Bagian 22 Jiwa Muda yang Bergelora

122 4 0
                                    


Jaka memberitahukan Naira jika ia pergi duluan dengan dua orang calon investornya.Sedangkan Naira pergi dengan Pak Emir dua jam kemudian.Urusan pabrik ia serahkan pada Josi dulu selama dua hari ke depan.

"Mau ketemu calon mertua ya,Bu?" ledek Pak Emir sambil mengemudi.

"Jangan mulai deh.Ini murni urusan moral.Aku tahu selama tiga tahun ini sudah mengambil keuntungan lebih banyak dari warga Desa Sukamulya.Kini waktunya aku membalas jasa mereka" kata Naira.

"Oh, kirain Bu Naira mau ketemu calon mertua" ledek Pak Emir lagi.

"Ngaco kamu"tukas Naira.

Perjalanan terasa tak begitu lama karena Naira tidur di mobil.Setibanya di Desa Sukamulya,Naira langsung ke kantor balai desa karena menurut penuturan Jaka di sana akan diadakan musyawarah antara warga desa dengan investor.

Situasi di kantor balai desa sudah sepi.Naira tiba jam tiga sore.

"Permisi,Pak.Kalo musyawarah desa tentang budi daya lobster itu sudah selesai atau belum mulai, ya?" tanya Naira pada seorang pegawai desa.

"Acaranya nanti malam,Bu.Ba'da isya."

Musyawarah masih lama. Ia memutuskan untuk berkeliling melihat ladang singkong milik petani di sana yang setiap panennya akan dikirim ke pabriknya.

Dari kejauhan ia melihat Jaka dan dua orang calon investornya.Ia berjalan mendekati ketiganya.

"Bu Naira rupanya" kata salah seorang dari calon investor tersebut.

"Pak Jaka bilang kalau Bu Naira sudah menjadi pemasok tunggal hasil panen singkong di desa ini" timpal calon investor lainnya.

"Itu benar.Sudah tiga tahun saya kerja sama dengan petani singkong di sini.Saya rasa desa ini juga memiliki potensi lain selain tanaman singkong yaitu lobster dan udang.Benar begitu kan,Pak Jaka?" kata Naira membantu Jaka meyakinkan kedua kenalannya.

Jaka mengangguk dan terkesima dengan perkataan Naira yang dengan sungguh-sungguh membantunya mewujudkan impiannya untuk memajukan ekonomi desanya.

"Karena musyawarahnya masih lama, bagaimana kalau bapak sekalian istirahat dulu di rumah saya.Kita jalan saja karena dari sini cukup jalan sebentar" ajak Jaka.

Mereka kemudian pergi ke rumah Jaka dengan berjalan kaki.Pak Karya dan istrinya tidak merasa kaget dengan kehadiran orang-orang tersebut dan Naira karena Jaka sudah menelpon mereka akan kedatangan tamu-tamu pentingnya itu.

Naira berencana langsung pulang namun Pak Emir menolak untuk nyetir malam-malam.Ia terpaksa akan tidur di mobil sementara Pak Emir bisa tidur di mana saja.

Seperti biasanya perlakuan Pak Karya dan istrinya selalu menyenangkan pada setiap tamu yang datang ke rumahnya.Mereka pun tidak segan-segan meminjamkan kamar tidurnya untuk para tamu.Karena tidak enak maka Naira memilih menolak tawaran istri Pak Karya untuk tidur di kamar Jaka.

Namun kedua kawannya tak segan menerima tawaran Pak Karya untuk tidur di kamarnya.Mau bagaimana lagi,di desa itu tidak ada penginapan sehingga mereka terpaksa tidur di rumah warga.

Acara musyawarah berjalan cukup alot.Beberapa warga belum bersedia lahannya dirombak menjadi empang.Pukul sembilan malam lewat musyawarah baru mencapai kata mufakat.Semua suara warga bulat menyatakan setuju dengan rencana budi daya lobster dan udang yang tertunda selama setahun.

Jaka otomatis akan menjadi kepala penggerak usaha tersebut.Dengan demikian Jaka resmi mengundurkan diri dari Naira Food.Namun, Jaka baru akan keluar jika dana sudah cair dari investornya.Sedangkan kedua orang itu baru akan mengucurkan dana di akhir Januari 2023.Masih ada waktu satu bulan untuk Jaka menyelesaikan pekerjaannya di Naira Food.

Ruang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang