Bab 6

2.2K 199 5
                                    

"Hyunsuk?" Jihoon memandang Hyunsuk khawatir. Pasalnya ia tidak percaya bahwa Hyunsuk akan menangis seperti saat ini. "Jangan nangis"

Jihoon menepuk bahu Hyunsuk dan mencoba menyapu air mata Hyunsuk dengan tangannya, namun Hyunsuk langsung menepisnya kasar.

Jihoon bingung bagaimana cara membuat Hyunsuk berhenti menangis. Rasanya ia ingin memeluk pria kecil itu. Sebenarnya Jihoon lumayan menikmati keadaan Hyunsuk saat ini karena terlihat sangat menggemaskan.

Suara isakan diikuti suara tarikan ingus mendominasi ruangan VIP itu. Wajah Hyunsuk memerah, apalagi hidungnya. Ia terus-terusan mengusap air mata yang keluar seakan-akan ia sendiri juga tak ingin situasi ini terjadi.

"Hyunsuk maaf" ucap Jihoon. Ia memandang Hyunsuk dengan ekspresi memohon, berharap Hyunsuk berhenti menangis. Namun tampaknya percuma.

Beberapa menit telah berlalu dan Hyunsuk masih belum diam. Jihoon sudah ingin menyerah menenangkan Hyunsuk. Bahkan Hyunsuk menolak menemui suster.

Jihoon lelah, Hyunsuk seperti anak kecil. Jihoon langsung berpikir mungkin Hyunsuk memiliki sindrom little space. Namun pemikiran randomnya itu berhenti ketika Hyunsuk berhenti menangis.

Hyunsuk merebahkan dirinya diatas kasur rumah sakit dan langsung menggulung dirinya dengan selimut seakan tak ingin diganggu. Tetapi Jihoon masih bisa mendengar suara isakan kecil dibalik selimut.

Jihoon mengusap wajahnya kasar. Ia mendekati Hyunsuk dan duduk didekatnya. "Hyunsuk marah ya hm?"

Hyunsuk tak menjawab.

"Ga mau cerita apa gitu biar aku berubah pikiran" sambung Jihoon.

Hanya terdengar suara isakan. Lalu tak lama Hyunsuk menyibak selimutnya. Ia hanya menyibak sedikit yang hanya menampakkan matanya saja yang memerah.

Jihoon tersenyum. "Mungkin aku salah paham? Makanya cerita dulu" Bujuk Jihoon.

Hyunsuk menarik ingusnya lalu lekas menjawab, "gue ga mau ga hiks teme hiks nan sama mereka hiks"

Jihoon rasanya ingin tertawa gemas. "Terus maunya apa hm?"

"Gue jug hiks ga ga mau pindah sekolah"

Jihoon menganguk. Ia mengelus lembut kepalanya Hyunsuk yang terbalut selimut. "Boleh, tapi harus janji ya?"

"Ga mau hiks" Hyunsuk kembali menangis kecil.

"Hyunsuk, jangan nangis, dengerin dulu dong"

Hyunsuk berhenti menangis dan menatap Jihoon. "Jahat, gue ga suk hiks ka"

"Iya, tolong dengerin dulu dong" Jihoon merapikan kemeja lalu melanjutkan, "jangan tawuran lagi ya"

"Ga mau"

Jihoon menarik nafas panjang. Seandainya Hyunsuk tidak imut dan lucu mungkin ia sudah setres. "Kalo gitu pindah sekolah ya?"

"Jangan hiks"

"Jangan main geng-geng lagi, bahaya sukkie"

"Apa si, engga mau"

Jihoon mengeram, Hyunsuk mulai terlihat normal. "Makanya ayo buat kesepakatan"

"Ga mau, gue ga ada untungnya, berat sebelaaaah"Rengek Hyunsuk.

"Gitu ya? Kaya begitu?" Jihoon menaikkan alisnya. Aura pria itu berubah membuat Hyunsuk heran.

Jihoon bangun dari duduknya lalu mengambil jas miliknya da segera memakainya. "Jadi ga ada perlawanan, pindah sekolah dan berhenti berteman, atau mau homeschooling aja?"

Hyunsuk rasanya ingin menangis lagi. Mereka berdua sama-sama tak ingin kalah. Bagi Jihoon itu untuk keselamatan Hyunsuk yang merupakan tanggung jawabnya. Sedangkan bagi Hyunsuk keputusan itu akan membuatnya tidak bebas dan kehilangan kebahagiaannya.

Sweet Boy | Hoonsuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang