Bab 14

1.6K 177 15
                                    

Suara serene polisi terdengar dari kejauhan.

"Ruto, kita harus pergi.." Ucap Junkyu. Wajahnya terlihat panik.

Haruto diam sebentar.

"Ini demi Hyunsuk." Kata Jeongwoo yang membuat Haruto akhirnya menyetujui itu.

Mereka yang tersisa naik ke motor mereka. Kemudian mereka langsung pergi sebelum polisi datang.

Sekarang hanya ada Hyunsuk, Hyunjin dan Junghwan.

"Lepasin gue bangsat, jangan ikut campur!!"

Junghwan mengunci pergerakan Hyunsuk dengan kuat. Hyunsuk tak melawan, namun mulutnya tak bisa diam. Junghwan menunggu kedatangan seseorang.

Orang yang Junghwan tunggu datang. Dua buah mobil sedang berwarna hitam datang. Namun bersamaan dengan sebuah mobil polisi.

Dua orang polisi dengan pistol mereka keluar dari sana. Sedangkan dari mobil sedang hitam keluar beberapa orang bersuit hitam dan berkacamata, mereka orang suruhan Jihoon.

Polisi tersebut mendekati Hyunsuk dan Junghwan. Junghwan melepas Hyunsuk, sebaliknya orang-orang bersuit hitam yang menahan Hyunsuk. Junghwan mengangkat kedua tangannya sambil mendekat ke polisi. Wajahnya mengatakan seolah mereka harus bernegosiasi.

Hyunsuk tak tahu lagi. Tubuhnya di tahan oleh orang-orang aneh yang terlihat menakutkan. Dengan mata sayu yang terlihat lemah ia melihat Junghwan berbincang-bincang dengan polisi. Entah kenapa...entah kenapa..hati Hyunsuk terasa begitu tenang sekarang. Seakan.. seakan....semua beban Hyunsuk telah hilang. Hyunsuk menutup matanya, ia akan tidur, karena ini terasa begitu menenangkan. Meski hal terakhir yang ia lihat sebelum terlihat adalah wajah Jihoon. Tak apa-apa... Tak apa-apa... Semuanya akan baik-baik saja..



































Hyunsuk tahu ruangan ini. Ruangan aneh yang ada di rumah Jihoon. Ruangan tempat dimana Hyunsuk pertama kali melakukan 'itu' dengan Jihoon.

Mats Hyunsuk terasa berat. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya. Segalanya terasa berat. Ia pasti tertidur cukup lama.

Hyunsuk melihat Jihoon. Ia duduk di atas sofa yang ada di ujung kiri ruangan. Wajahnya tampak tenang, tak ada kemarahan ataupun kebahagiaan.

Hyunsuk menggeliat untuk melepas segala beban yang terasa di tubuhnya. Jihoon sadar akan hal itu, namun ia masih tetap diam dalam posisinya. Tidak melihat ataupun melirik Hyunsuk sedikitpun. Fokusnya jatuh ke lantai yang entah sejak kapan jadi sangat menarik.

Tak ada rasa bersalah atau pun kemarahan dari gerak gerik Hyunsuk. Anak itu tampak tenang juga. Seakan-akan dia baru saja melakukan hal yang sangat menyenangkan. Mungkin baru saja terbangun dari mimpi indahnya.

Hyunsuk terkekeh ketika memikirkan hal itu. Seandainya yang tadi itu kenyataan ya..., batinnya.

Tidak. Itu adalah kenyataan. Hyunsuk baru sadar saat melihat tangannya penuh darah yang sudah mengering dan menghitam. Sontak senyum yang sangat lebar terpampang di wajah manisnya. Rasa puas memenuhi dirinya. Hyunsuk tidak peduli apakah Jihoon sedang melihatnya atau tidak.

Jihoon sendiri tidak bimbang apakah ia harus bicara atau tidak. Ada waktu disaat dimana ia aka serius. Seperti sekarang.

"Hyunsuk."

Hyunsuk menoleh ke arah Jihoon. Matanya langsung menangkap mata Jihoon yang menatapnya. Hanya ada keseriusan dimatanya. Tapi, tak ada kemarahan. Tak ada juga cinta disana.

Jihoon mengubah posisi duduknya. Ia membuka pahanya lebih lebar lalu sedikit membungkuk. Ia menyatukan jari-jarinya, seluruh atensinya tertuju ke arah Hyunsuk.

Mata Hyunsuk tampak tenang. Tak ada kebencian dari sorot matanya seperti yang biasa ia layangkan kepada Jihoon.

"Aku nggak akan tanya kenapa..." Mulai Jihoon.

Hening.

"Aku juga nggak akan kasih nasehat.." Lanjutnya.

Jihoon bangun. "Tapi,"

Ia mendekat ke arah Hyunsuk yang duduk di atas sofa yang lain. Tangannya menahan Hyunsuk dalam jangkauannya. Matanya fokus ke Hyunsuk. Wajah mereka mulai mendekat sampai beberapa senti saja. Bahkan mereka sudah bisa saling merasakan nafas satu sama lain yang berhembus di kulit wajah mereka.

"Aku bakal ngancam."

Hening. Tak ada balasan dari Hyunsuk. Mereka seolah berbicara melalui hati mereka. Mata mereka beradu. Mencoba untuk masuk lebih dalam supaya bisa melihat lebih jauh. Layaknya sebuah kisah yang hanya berdialog tatapan mata, tanpa kata-kata.

Itu berlangsung cukup lama. Sampai akhirnya mungkin mereka saling mengerti satu sama lain.

Jihoon mundur. Ia menarik nafas. Wajahnya teduh dan penuh kesombongan. Seakan-akan ia begitu yakin dengan apa yang akan ia akan ucapkan.

"Semua temen kamu yang jadi tersangkanya atau kamu nurut sama aku? I give you two choose, five minutes"

Jihoon kembali duduk di sofa yang tadi. Ia menunggu reaksi Hyunsuk.

Pupil mata Hyunsuk melebar. Air mata seolah-olah akan turun dengan deras dari sana.

"T-temen?" Ucapnya lirih. Namun wajahnya berusaha untuk tetap tegar.

"Kamu mau ngerusak masa depan mereka, Choi Hyunsuk? Kamu.sayang.mereka.kan?" Jihoon memelankan kalimat terakhir yang ia ucapkan. Ia berusaha menekan Hyunsuk. Mungkin sebentar lagi beribu umpatan akan keluar dari mulut Hyunsuk.

Hyunsuk berkutat dengan pikirannya. Bujuk rayu yang ia lakukan di rumah sakit tak akan mempan kelihatannya. Tampaknya Hyunsuk benar-benar harus memilih sekarang.

"3 menit lagi.." Jihoon melirik jam yang ada di tangannya.

Hyunsuk menghela nafas. Memang firasatnya tak pernah salah. Jihoon juga sama saja seperti Hyunjin. Hyunsuk terdesak, itu pilihan yang sulit. Hyuwwnsuk itu peduli dengan harga diri. Ia tidak suka di injak-injak dan di manfaatkan. Namun membiarkan teman-temannya bersalah juga merupakan hal yang buruk. Hyunsuk sayang dengan teman-temannya. Mereka bukan hanya rekan se geng, tapi teman.

"2 menit lagi..."

Hyunsuk tak bisa berkata bahwa ia tidak resah. Mudah saja bagi Hyunsuk untuk menyalahkan teman-temannya karena uang Jihoon. Tapi Hyunsuk tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi jika ia menurut pada Jihoon.

"1 menit lagi.."

"Gu-gue.."

Jihoon menaikkan sebelah alisnya. Ia menunggu jawaban Hyunsuk. Jihoon hanya berharap Hyunsuk memilih apa yang ia harapkan.

Hyunsuk menghela nafas. Kemudian senyuman licik terukir di bibirnya. "Salahin aja temen-temen gue."

Dahi Jihoon mengerut, wajahnya terkejut. "Apa?!"










































Tbc















Hampir terpikirkan bikin Hyunsuk setuju, tapi tidak. 🙂




Sweet Boy | Hoonsuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang