Bab 12

1.8K 181 22
                                    

"Mahiro?" Hyunsuk menyipitkan matanya agar dapat dengan jelas melihat sosok yang ada di depannya.

"Abangnya Mashiho,kan?" Hyunsuk berkacak pinggang sambil memerhatikan Mahiro yang terlihat mencurigakan.

"Ada ap-"

Hyunsuk segera menghindar ketika melihat Mahiro mengeluarkan sebuah pisau. "K-kenapa?"

"Ga usah banyak ngomong. Lo kan yang deket-deket sama Jihoon akhir-akhir ini?" Mahiro melotot melihat Hyunsuk.

"Hahahahaha." Hyunsuk tertawa keras mendengar ocehan yang keluar dari mulut pemuda itu. Ia sampai mengcengkram perutnya yang sakit saking lucunya.

Mahiro yang melihatnya merasa jengkel. Saat ini ia sedang serius tetapi Hyunsuk malah bercanda.

"Gue peringatin lo untuk jangan deket-deket dia." Mahiro kembali mengingatkan Hyunsuk yang masih tertawa.

Bukannya takut, Hyunsuk malah tertawa makin keras mendengar ancaman dari Mahiro. Sampai air mata juga ikut keluar dari sudut matanya.

"Lo kira gue bercanda?" Mahiro mengangkat pisau yang ia pegang tinggi-tinggi. Setelah itu ia menerjang Hyunsuk dengan mata pisau fokus ke Hyunsuk.

BUGH....

"Ugh..."

Mahiro terlempar jauh karena tendangan Hyunsuk yang jatuh tepat di wajahnya. Rasa sakit terasa cukup kuat di wajahnya. Hidungnya benar-benar perih sampai membuatnya pusing. Ia bahkan tak sanggup berdiri.

Hyunsuk masih berdiri dengan santai di posisinya. Hanya dengan satu serangan cukup untuk melumpuhkan Mahiro. Padahal Hyunsuk hanya mengangkat kakinya  sejajar dengan wajah Mahiro lalu menyepaknya. Hyunsuk juga tak menyangka Mahiro akan terlempar sejauh itu.

"Lo sasaengnya Jihoon ya?" Hyunsuk mendekati Mahiro yang wajahnya sudah merah. Dan Hyunsuk agar terkejut juga karena darah mengalir keluar dari hidung Mahiro.

Mahiro menatap Hyunsuk sinis. Ia tak menyangka Hyunsuk sekuat ini. Biasanya pihak bawah seperti Hyunsuk akan takut melihat orang jahat sepertinya. Ya, dia juga lupa Hyunsuk ini teman adiknya.

Hyunsuk menepuk bahu Mahiro. "Tenang aja, gue ga bakal ambil Jihoon kok."

Mahiro sedikit tenang mendengarnya. Walaupun ia merasa bahwa Hyunsuk berbohong. Ia berbalik untukmu melihat Hyunsuk yang sudah agak menjauh darinya.





Angin malam itu berhembus kencang dan sejuk. Hampir semuanya terdapat cahaya di setiap sudut kota. Gedung-gedung pencakar langit berdiri dengan megahnya.

Hyunsuk memasukkan tangannya ke dalam saku hoodienya. Ia berjalan-jalan sendirian di sungai Han untuk menikmati angin malam. Malas sekali untuk pulang karena rasa tak nyaman.

Tut... Tut.....

Ponsel Hyunsuk yang ada di dalam saku celananya bergetar kuat seperti ikan yang baru di tangkap. Hyunsuk mengambil ponselnya dari sana. Ternyata Haruto menelponnya.

"Kenapa?" Tanya Hyunsuk.

"Lagi dimana?" Suara serak yang terdengar berat itu terdengar dari balik benda pipih yang Hyunsuk tancapkan di telinganya.

"Kepo amat lo." Celutuk Hyunsuk.

"Nyet, tawuran yuk."

Hyunsuk melihat ke atas. Ia berpikir sejenak apakah harus menyetujui ajakan Haruto. Mungkin Jihoon akan marah dan mengancamnya lagi.

"Gue ga m-"

"Black dog."

Mata Hyunsuk berbinar di malam tanpa bintang hari itu. Jantungnya berdetak kencang saat mendengar kata yang disebutkan Haruto. Hyunsuk tak bisa menahan perasaan yang menggebu-gebu ini.

Senyuman manis yang terlihat licik itu terukir di wajah manis Hyunsuk. Sudut bibirnya menyungging menampilkan deretan gigi putih yang rapi. Sebuah dehaman dari Hyunsuk mengakhiri panggilan tersebut. Ini akan jadi malam yang panjang baginya. Dan juga teman-temannya.


























Jihoon menatap gusar sosok karyawannya yang ternyata adalah penguntit. Mahiro yang berdiri di depan meja kerja Jihoon di kantornya merasa sangat bahagia. Ia tak pernah sempat berbicara atau pun berurusan dengan Jihoon karena pangkatnya yang tak begitu penting di perusahaan.

Jihoon menghela nafas panjang. Ia tak habis pikir ketika melihat wajah Mahiro yang babak belur. Tentu saja ia tahu siapa pelakunya.

"Saya mengerti kamu itu mengagumi saya. Tetapi pekerjaan ya pekerjaan." Jihoon memulai ceramahnya. Akan tetapi ia tidak tertarik untuk melanjutkannya. Mulutnya malas bergerak malam ini.

"Kamu di pecat." Ucap Jihoon to the point.

"Wonyoung, kamu urusin dia. Saya mau pulang dulu."

Ceklek....

Jihoon sampai di rumah. Tak ada orang di rumah selain maid. Ia melirik arlojinya, sudah pukul 12 lewat. Dan Hyunsuk masih belum pulang. Percuma saja Jihoon menelepon Hyunsuk karena Hyunsuk tak akan mengangkatnya.

Jihoon yang baru pulang itu langsung menuju ke kamarnya. Ia melewatkan makan malam karena tidak lapar. Jihoon merebahkan tubuhnya di atas kasur. Pikirannya kemana-mana. Ia mengusap wajahnya berkali-kali sambil mendengus. Ia telah menunjukkan sisi gelapnya kepada Hyunsuk. Anehnya Hyunsuk tidak mengatakan apa-apa. Jihoon rasa akan semakin sulit dekat dengan Hyunsuk.

Jihoon kembali duduk. Ia membuka kancing di jasnya lalu kemeja. Ia memakai kaos tipis berwarna putih. Setelah selesai berganti pakaian, Jihoon keluar dengan piyama tidur berwarna dongker.

Ia berjalan ke dapur untuk minum segelas air putih. Para maid mungkin sudah tidur. Setelah melepas dahaga ia naik ke lantai atas. Tangannya meraih pegangan pintu lalu membukanya.

Gelap

Jihoon mencari saklar di dinding sebelah kanan. Lampu pun hidup. Tapi tak terlihat tanda-tanda orang yang ia cari berada disana. Jihoon mengerutkan keningnya. Ia kembali menutup pintu kamar Hyunsuk dan turun.

Jihoon hendak mencari ponselnya yang tertinggal di kamarnya. Namun saat ia kembali ke sana lagi, sebuah panggilan masuk dari Junghwan.

"Ada apa?" Tanya Jihoon. Ia ingin marah sekarang karena Hyunsuk tak ada. Dan ia makin curiga ketika Junghwan menelponnya.

"Ji, lo harus kesini. Hyunsuk..."

"Hyunsuk kenapa?" Tanya Jihoon khawatir.

"Hyunsuk bunuh orang."



















Tbc



Sweet Boy | Hoonsuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang