Bab 18

1K 93 9
                                    

Di pagi harinya saat sedang sarapan...

"Aku bakal pergi bentar ke luar karena ada urusan bisnis" Ujar Jihoon pada Hyunsuk di meja makan. Kali ini Hyunsuk mau makan bersama.

Hyunsuk tak menjawab, ia juga tidak makan hanya mengaduk-aduk makanannya tak minat.

"Selama aku ga ada jangan bikin masalah"

Mendengar tak ada balasan atau anggukan membuat Jihoon sedikit kesal. Tiba-tiba ia mengetuk meja makan dengan kuat. Hyunsuk yang sedang melamun di buat terkejut tak terkecuali para pembantu.

"Hmm" balas Hyunsuk tanpa menatap Jihoon. Kelihatan sekali tak ada tanda-tanda Hyunsuk akan menuruti kemauan Jihoon.

Jihoon mengurut dahinya. Ia memang tahu bahwa ia belum bisa memenangkan hati Hyunsuk, tapi apakah Hyunsuk akan bersikap sedingin ini padanya? Seakan yang semalam itu bukan apa-apa. Bagi Jihoon saja, ketika ia membayangkan hal-hal yang berlangsung saat ia bercinta dengan Hyunsuk sudah membuatnya rindu setengah mati. Tapi Hyunsuk?

"Kamu marah?" Tanya Jihoon berusaha memelankan suaranya. Bagaimana pun ia sangat mencintai anak ini sampai ke sel-selnya.

Hyunsuk berhenti membuang muka. "Kalau kamu pergi nanti aku kangen"

Sumpah Jihoon benar-benar tidak kuat saat ini. Hatinya yang sebelumnya ia pertahankan agar tetap mencair malah mencair seluruhnya saat melihat tingkah Hyunsuk. Bagaimana tidak? Hyunsuk mengatakan itu sambil bertingkah imut. Siapa pun yang melihat Jihoon saat ini pasti bisa melihat semburat merah samar di pipi pria itu.

Jihoon berusaha mempertahankan ekspresinya meski sebenarnya ia ingin melahap Hyunsuk saat ini.

"Ga akan lama kok, cuma beberapa hari aja"

Jihoon yang tadi berusaha meredakan marah Hyunsuk malah dibuat semakin tidak karuan saat Hyunsuk membalas.

"Jadi kamu ga kangen sama aku disana nanti?"

Jihoon tak menjawab. Matanya sedikit terbelalak saat memikirkan Hyunsuk ada benarnya. Jihoon segera membuang muka untuk memikirkan solusi terbaik atas permasalahan ini. Menatap mata Hyunsuk hanya membuatnya ingin melahap Hyunsuk.

"Atau kamu disana cari orang lain?"

Jihoon segera melihat Hyunsuk dengan cepat. "MANA MUNGKIN"

Seluruh ruang makan terdiam. Tak ada dentingan  sendok yang bertumbukan dengan piring. Tak ada sedikitpun suara yang keluar.

"Ma-maksudnya, mana mungkin aku cari orang lain. Kan tujuan aku disana untuk bisnis."

Hyunsuk tersenyum. Ia menyenderkan wajahnya di tangannya sembari menatap Jihoon. Di bawah sana kaki Hyunsuk mulai merayapi celana Jihoon, menuju paha, lalu tepat di dekat penis yang tertidur milik Jihoon.

"Hyunsuk.." tegur Jihoon. Ia yang sudah rapi sudah harus berangkat kerja setelah ini. Hari ini akan ada pertemuan penting yang tak bisa ia lewatkan.

Hyunsuk mengucapkan sesuatu lewat bibirnya tanpa suara. Setelah itu mengedipkan matanya. Ia tak menunggu reaksi Jihoon akan tetapi langsung berjalan pergi.

Saat ini pilihan di tangan Jihoon. Telat beberapa menit atau melewatkan kesempatan ini. Bisa saja Jihoon melewatkan kesempatan kali ini hanya saja penisnya sudah duluan tegang.

Akhirnya Jihoon ikut bangun dari kursinya dan berjalan mengikuti Hyunsuk pergi.

Saat Jihoon membuka pintu kamar Hyunsuk sudah duduk manis menunggu kedatangan Jihoon. Jihoon tak berkata apa-apa, namun siapapun tahu pria itu sedang bernafsu saat ini.

"Aku tahu kamu ga akan nolak"

"Iya deh si paling tahu" balas Jihoon yang entah kenapa terdengar sedikit berbeda dari aksen bicara yang ia gunakan biasanya.

Jihoon duduk di ujung kasur. Hyunsuk duduk di lantai di hadapan Jihoon. Tangan mungil Hyunsuk mulai membuka resleting celana Jihoon. Setelah itu menarik celana dalam Jihoon sampai si junior keluar.

"I will make you cum"

"Aku menerimanya dengan senang hati."

Hyunsuk memasukkan penis Jihoon ke mulutnya. Ia mulai memainkan lidah dan mulutnya dengan telaten untuk membuat sang dominan senang. Mata Hyunsuk menatap Jihoon yang tersenyum senang.

"Mmmhmmm..." Hyunsuk menggerakkan mulut juga tangannya maju mundur secara perlahan. Terdengar erangan lembut dari Jihoon.

Tangan kekar Jihoon menyentuh leher Hyunsuk lalu kepala Hyunsuk setelah itu mengusap rambut Hyunsuk sambil mengikuti gerakan kepala Hyunsuk. Sesekali Jihoon menekan kepala Hyunsuk agar memasukkan penis Jihoon lebih dalam ke mulutnya.

"Kenapa.... servis pagi ini?"

"Uwahhh.." Hyunsuk berhenti menghisap penis Jihoon. Sebaliknya ia memainkan tangan dan jemarinya dengan lihai disana.

"Jangan banyak tanya." Balas Hyunsuk dingin.

"Ehmmm.... yang mana ekspresi yang jujur?" Jari jempol Jihoon dengan sengaja ia masukkan ke mulut Hyunsuk.

Hyunsuk tak menjawab pertanyaan Jihoon. Ia kembali menjilat penis Jihoon. Lalu tiba-tiba Hyunsuk berhenti ketika Jihoon ingin cum. Hal itu membuat Jihoon sangat kesal. Ekspresi pria itu langsung gusar dan tidak tenang.

"Aku mau ikut.." pinta Hyunsuk dengan suara yang sengaja ia imut-imutkan.

Jihoon tak menjawab dan masih terlihat kesal. "Cepat..."

"Aku bakal lanjutin kalau kamu mau bawa aku"

"Choi Hyunsuk, jangan berhenti di tengah-tengah, lanjutkan! Cepat!" Jihoon meninggikan suaranya. Ia cukup sibuk dan tidak sempat bercinta pagi ini tapi karena itu Hyunsuk ia sulit menolaknya. Namun yang ia inginkan bukan berhenti di saat dirinya ingin cum seperti ini.

Hyunsuk mendengar itu juga ikut-ikutan jengkel. Hyunsuk berhenti memohon lagi dan melanjutkan menghisap penis Jihoon yang menganggur sesaat itu.

"Arghh.....angh....euhmm......." Jihoon bernafas tidak beraturan. Sperma sedikit demi sedikit muncrat dari penisnya ke wajah Hyunsuk. Jihoon yang baru ingin puas merasa tidak senang saat melihat wajah Hyunsuk yang menjilat sperma Jihoon dengan ekspresi tak minat.

Junior yang tadinya menegang kini mulai tertidur setelah puas mendapatkan servis pagi ini. Jihoon bernafas kasar. Bukannya ia tak ingin membawa Hyunsuk pergi, hanya saja ia takut tak bisa menanggung tanggung jawab menjaga Hyunsuk disana. Karena Jihoon tau, author tahu dan readers juga tahu, Hyunsuk itu sangat-sangat tidak bisa di atur dan keras kepala.

Jihoon meninggalkan kecupan di bibir dan pipi Hyunsuk sebelum pergi. Setelah itu merapikan pakaiannya dan berjalan keluar. Sekretaris beserta supir pribadinya pasti telah menunggunya di luar.

Pagi itu berakhir tanpa sepatah kata selamat tinggal ataupun kata selamat jalan dari mulut keduanya.













Sweet Boy | Hoonsuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang