Prolog

3.9K 320 8
                                    

Sebuah sedan berhenti di depan sebuah rumah sederhana berwarna moka. Seorang pria dengan jas keluar dari dalam mobil dan segera masuk ke dalam rumah.

Rumah tersebut sangat sederhana, namun cukup untuk membuat seseorang terkesan. Banyak piala dan medali berjejer disana, lukisan-lukisan aneh dan abstrak tampak menambah kagum nya seseorang, belum lagi kerajinan tangan yang membuat siapa pun terpesona melihatnya, mulai dari miniatur kapal Titanic dan masih banyak lagi.

Jihoon membuka salah satu pintu kamar yang ada di rumah itu. Matanya langsung di sambut oleh seseorang yang terbujur lesu di atas ranjang. Rambut nya yang sudah agak memutih dan wajahnya yang mulai keriput itu tersenyum melihat seseorang yang ia tunggu-tunggu.

"Duduklah disini ,Ji " Pria itu menunjuk kearah kursi yang berada tak jauh dari ranjangnya.

"Saat saya mendengar anda sakit, saya sangat khawatir, karena itu saya bergegas kemari" Ucap Jihoon dengan raut khawatir melihat gurunya itu.

Pria itu hanya membalas dengan senyuman. Walaupun wajah nya sudah mulai keriput, namun masih anda tanda-tanda seseorang yang gagah, berwibawa dan pintar dari sirat nya.

" Apakah saya perlu membawa anda ke rumah sakit?"

"Tidak perlu ,Ji"

" Saya tidak bisa melihat anda begini terus, ayo kita ke rumah sakit" Protes Jihoon.

"Aku tidak apa-apa, ini memang sudah takdirku bila harus seperti ini" Jawabnya dengan suara serak. "Ada hal yang ingin ku sampaikan padamu"

" Apa itu? Saya akan bersedia mendengar nya" Jihoon membetulkan posisi duduknya sambil memandang seseorang yang telah mendidik nya hingga sampai se-sukses ini.

" Ketika kau melihat ku, uhuk uhuk-"

Jihoon dengan sigap memberikan gurunya itu air. Ia menjadi sukses seperti ini bukan karena keturunan, tapi karena kerja keras dan tekadnya menuntut ilmu dan juga bantuan seorang guru yang begitu ia sayangi seperti orang tuanya sendiri.

" Kau pasti tahu, Jihoon, umur ku tidak lama lagi"

Setetes air mata turun dari mata Jihoon. Ini begitu menyesakkan, seseorang yang begitu berharga itu mungkin akan pergi sebentar lagi.

" Kau bilang akan membalas jasaku, aku ingin kau melakukan ini untuk ku"

" Apapun itu akan kulakukan, katakan saja"

Sang guru tersenyum. Ia mengelus rambut Jihoon, wajahnya penuh air mata. "Kau tau aku punya seorang putra"

"Aku ingin kau menjaga nya, jika suatu hari ia akan menikah, pilihlah pasangan yang terbaik untuk nya, dan aku tak akan melarang jika kau menikah dengan nya, alangkah baiknya ia bertemu dengan orang seperti mu, Jihoon "

Jihoon memeluk sang guru sambil menangis. " Akan ku lakukan, akan ku jaga dia sebaik mungkin, akan ku sayangi ia seperti aku menyayangimu"

"Terimakasih"





































































Next to the chapter one »»»»

Sweet Boy | Hoonsuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang