#1

202 23 18
                                    

Setelah di usir ibu dn ayahnya, kini [name] tinggal di sebuah apartemen mewah yg Chuuya sewakan. Hampir semua barang Chuuya yg membelikannya mulai dari baju sampai makanan.

Semenjak itu juga [name] tdk pernah keluar dari apartemen, bahkan pergi ke sekolah. Dia terlalu takut dan malu bertemu teman teman dan Dazai Kun.
[Name] masih trauma dan selalu menangis setiap mengingat Dazai.

"Uweek!"

Mual itu sudah dirasakannya sejak seminggu yg lalu, hampir setiap pagi dan hampir beberapa makanan membuatnya muntah.

"[Name]?"

Suara itu, Chuuya datang.

"Kau belum sarapan kan ? Hari ini ak membawa bahan masakan, ak tahu kau sanggat suka memasak."

[Name] menerima apa pun yg diberikan Chuuya, saat ini ia merasa hanya Chuuya tempatnya bersandar.

"Apa yg terjadi pada mu ? Kenapa kau pucat begitu ?"

[Name] hanya bisa menggeleng ia juga tak tahu ada apa, beberapa kali ia memperhatikan wajahnya sering pucat namun kembali saat ia merasa lebih baik.

[Name] mulai memasak dengan tenang, sembari mendengar Chuuya bercerita soal sekolah.
Ia memberikan [name] buku catatan dan PR, itu diberikan Chuuya agar [name] tetap belajar.

Dua porsi omelette telah tersaji di atas meja. Masakan yg selalu Chuuya rindukn.

Baru beberapa suap, [name] kembali berlari ke toilet untuk memuntahkan sesuatu yg tak ada.

"Kau baik baik saja ?"

Belum sempat ia keluar, Chuuya sudah datang dan bertanya padanya. [Name] hanya menggeleng dan merasakan Chuuya menarik tangannya keluar dari toilet.

"Duduklah, ada yg ingin kutanyakan."

Setelah [name] duduk dengan tenang di sofa, Chuuya menyusul dengan membawa segelas air. Pria itu duduk dekat dengan [name] meneliti sejenak wajahnya.

"Sudah berapa hari kau mual ?"

"Seminggu."

"Kita ke dokter ya."

••••

Pagi ini ak datang ke apartemen [name] seperti biasa ak membawa makanan namun kali ini ak membawa bahan masakan ak tahu dia hobi memasak.

Begitu tiba ak di sambut wajah pucat [name], dia jadi sanggat pendiam dn tertutup. Lihatlah baju yg ia pakai, ia menutup semua tubuhnya kecuali kepala dn wajahnya.

Wajahnya sanggat pucat apa dia baik baik saja?

"Ada yg terjadi padamu ? Kenapa wajahmu pucat begitu ?"

"Tidak apa apa."

Walau dia berkata begitu tp kenyataannya tdk seperti itu. Dia mulai mual mual, ak dengar dan ku rasa mual itu tdk lah normal karena itu ak membawanya ke dokter.

"Tuan istri anda hamil, sudah 1 minggu usia kehamilannya."

Detik itu ak tak tahu lagi harus bereaksi apa, ak hanya melihat [name] menangis bahkan sepanjang perjalanan. Ak hanya bisa memeluknya, ak mengerti kehancuran yg Yui rasakan tp ak tdk bersamanya sekarang ak bersama [name] ak merasakan sakit yg dia rasakan tetapi ak tdk berani menenangkannya ak hanya bisa memeluknya hanya ini yg bisa kulakukan.

"Istirahatlah, jangan memaksakan diri. Ak ada di sofa jika kau butuh sesuatu."

"Chuuya Kun~ apa menurud mu Dazai Kun masih mau bertanggungjawab untuk anak ini?"

Ak melihatnya, melihat wajah sedih bercampur frustasi.

"Dazai? Dia tidak akan berubah sampai kapanpun, ak mengenalnya lbh baik dari siapapun."

"Lalu ak harus bagaimana Chuuya Kun? Ak malu dn takut."

Lagi dan lagi ak tdk bisa bicara apapun, ak hanya bisa merengkuhnya berharap bisa menenangkannya.

"Kita akan hadapi ini bersama, ak janji padamu."

Hanya janji dn janji, ak ragu apakah ak bisa menepatinya.

"Kita gugurkan saja."

"Jangan! Dia tdk berdosa jangan bunuh dia. Ak janji akan melakukan sesuatu, kau tenanglah di sini."

Sebenarnya ak merasa panik saat [name] mengatakan ingin mengugurkan kandungannya, ak tak menyangka dia berfikir demikian dan ak berkata demikian itu juga membuatku tak bisa berfikir lagi.

"Benar benar Dazai itu!"

Collecting Love (Keeping Promises) | Chuuya X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang