#9

107 17 14
                                    

Ak tdk ada pilihan lain selain menuruti permintaan [name] untuk menemui orang tuanya, lagipula itu haknya untuk bertemu orang tuanya.
Ak juga bisa sekalian meminta ijin menikahi [name] pada orang tuanya.

Sepanjang jalan gadis itu terus menatap keluar jendela, sesekali ia bertanya apakah orang tuanya mau menerimanya dn ak harus meyakinkannya walau ak tahu ini akan menyakitinya.

TOK

TOK

TOK

Ak org yg mengetuk pintu rumah keluarga [name], alasannya simpel hanya untuk mengantisipasi kemungkinan buruk yg terjadi.

Begitu pintu terbuka sosok pria paruh bayalah yg membuka pintu, senyum merekahnya turun menandakan ia kecewa dengan kehadiranku.

"Ayah?"

Sorot matanya juga menajam seolah melihat sesuatu hal yg dibencinya. Sebagai pria ak langsung pasang badan agar [name] tdk celaka.

"Mau apa kalian ke sini ? Kami tdk menerima tamu."

Nada sarkas di pertemuan pertama adalah etika yg buruk, ak melirik ke belakang memperhatikan mimik wajah [name] yg mendadak murung.

"Tuan setidaknya tolong terima kami menjadi tamu mu."

Ak bukan org yg bisa berbudi bahasa dan merayu seseorang ak tdk seperti Dazai, tapi ak tahu cara beretika yg baik.

"Ak tidak menerima tamu!"

Suara kerasnya sudah cukup membungkam mulut siapapun, ak melirik ke belakang [name] semakin menunduk tangannya terus meremas gaun yg dipakainya.

"Biarkan Nakahara San masuk barang 15 menit saja."

Suara lain mengintrupsi dan membuat kami menatap ke sumber suara.

"Tapi~"

"Hanya 15 menit."

Berkat bujukan sang ibu, kami bisa masuk ke dalam. Sang ibu sudah menyediakan teh untuk kami, wanita paruh baya itu menatap sendu ke arah [name] yg masih menggenggam ujuk gaunnya.

"Waktu mu di mulai saat kau bicara, jadi cepatlah."

Benar benar menyebalkan.

"Ak datang ke sini hanya ingin meminta agar tuan mengijinkan [name] kembali ke rumah, anda jgn cemas saya sudah melamarnya dn segera menikahinya. Jadi tdk ada alasan untuk menolak kehadirannya."

Bujukan demi bujukan ak lontarkan untuk meyakinkan orang tua [name], mereka sanggat alot meski ak menjanjikan membiayai sekolah anak bungsu mereka.

"Ayah Ibu tolong maafkan ak, semua itu terjadi begitu cepat ak tdk bisa mengelak."

Kurasa itu adalah tangis terdalam yg pernah ak dengar, ak hawatir jika dia mendapat penolakan lagi lalu dia frustasi. Ak memeluknya sepanjang ia menangis ak tkt kehilangannya itu kejujuran hatiku.

"Ibu~"

Sang ibu hanya berisyarat pada suaminya seolah memohon.

"Baiklah."

Kata baiklah, sudah cukup menetralkan suasana. [Name] juga langsung diam dan melihat ke arah ayahnya.

"Dengan syarat, pernikahan hrs segera di lakukan Nakahara San dn kau harus menepati janji mu itu."

"Sepakat."

Memang beginilah harusnya, semoga dengan begini [name] bisa lebih membaik.

"Ak pulang ya, jgn sedih terus kau harus tersenyum. Semua akan baik baik saja, ingat itu."

"Terima kasih Chuuya Kun~"

Collecting Love (Keeping Promises) | Chuuya X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang