08. Hurt

211 146 143
                                    

08. Hurt = Terluka

Jangan lihat seseorang dari sisi luarnya saja, karena belum tentu sisi dalam dan luarnya sama.

—Samudra Aaron Adhinata

—Samudra Aaron Adhinata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Oh, itu semua temen-temen lo, Cha?" Suara itu ... Alesha tidak suka mendengarnya.

Setelah kepulangan Senja, Samudra, Ella, dan Leon, ada seseorang yang datang ke rumah Alesha lagi, orang itu adalah sepupunya—cucu kesayangan Astrid. Alesha saat ini berada di depan rumah, ketika dia akan masuk kembali ke dalam, ada tamu yang tak diundang, dia pun menghentikan langkahnya.

Arganta Arkana Maheswara namanya, panggil saja Arka. Dia memang satu sekolah dengan Alesha, tapi beda jurusan. Umur mereka juga selisih lima bulan saja, Arka lebih tua dari Alesha. Berbeda dengan Alesha yang masih mengenakan seragamnya, cowok itu memakai kaos hitam.

"Kenapa?" tanya Alesha balik dengan singkat dan tanpa menatap lawan bicaranya.

"Ya ..., heran aja, cewek modelan kayak lo ternyata punya teman."

"Kenapa kamu ke sini?"

"Cuma mau ngasih tau kalau ntar malam lo dan abang lo itu disuruh nenek ke rumah," jawab Arka.

"Nggak males."

"Ini perintah asal lo tau! Gue udah ngirim pesan ke lo, tapi cuma centang dua dan nggak dibaca."

Alesha mulai menatap wajah Arka. "Ar, kamu benar-benar nggak mau ngaku tentang kejadian yang menimpa kakek?" Pertanyaan Alesha melenceng dari topik pembicaraan utama.

"Lu ngapain sih tiba-tiba bahas kakek, aneh lu."

---


Hari telah berganti, yang tadinya hari Rabu sekarang Kamis. Seperti biasa, setelah bel istirahat berbunyi, sebagian besar murid SMA Nusantara langsung menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar, Samudra termasuk dari salah satu dari mereka. Tatapan mata cowok itu tetap lurus ke depan saat orang-orang menyapanya. Jangankan menyapa orang itu balik, Samudra tersenyum saja tidak.

Di pertengahan jalan menuju ke kantin, ada seseorang yang memanggil nama Samudra. Dia sangat mengenal suara itu. Namun, bukannya berhenti, dia malah terus melangkahkan kakinya.

"Samudra!"

Yang dipanggil tidak menoleh sedikitpun.

"Samudra!" panggil Senja sekali lagi. Dia agak mempercepat langkahnya agar bisa mengimbangi langkah Samudra.

"Dipanggil itu noleh, dong!" seru Senja.

Akhirnya Senja menghadang Samudra agar berhenti. "Samudra!"

"Tiga kali gue manggil lo, Sam." Senja menyerahkan kotak bekal yang dibawanya ke Samudra, "Nih, tadi pagi lo belum sarapan 'kan?"

Samudra belum menerima kotak bekal itu dan sepertinya tidak akan menerimanya. Dia hanya menatap Senja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Be The Best! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang