14. Never

156 100 180
                                    

14. Never = Tidak pernah

Waktu pasti terus berjalan, tidak akan pernah sekalipun berhenti, dan roda kehidupan akan terus berputar. Hal itu membuat semua orang bisa berubah dalam segi apapun.

—Samudra Aaron Adhinata

—Samudra Aaron Adhinata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Sial!" umpat Samudra ketika melihat gerbang sekolah yang sudah ditutup.

Salahkan saja dirinya, siapa suruh dia tidak langsung berangkat sekolah tadi, Samudra malah mampir ke tempat lain sebelum ke sekolah. Namun ternyata bukan hanya Samudra yang telat, ada satu orang lagi yang baru saja tiba, orang itu adalah Leon. Samudra tidak salah lihat kan? Yang terlambat itu Leon, si peraih peringkat satu, anak OSIS, dan ketua kelas X MIPA 1. Baru kali ini Leon terlambat.

Satpam yang bertugas hari ini membuka gerbang ketika melihat ada dua murid yang belum masih di luar.

"Kalian kenapa bisa terlambat? Motornya diparkirkan di tempat parkir, setelah ikut saya," ujarnya tanpa basa-basi.

Jarak tempat parkir dengan gerbang dekat sekali.  Samudra dan Leon mengendarai motornya masing-masing diikuti satpam. Setelah sampai di parkiran, mereka berdua turun dari motor. Satpam tadi masih bersama mereka.

"Samudra Aaron Adhinata, kedua kalinya di semester ini kamu terlambat." Satpam membaca name tag Samudra, dia ternyata masih ingat dengan cowok yang beberapa hari lalu terlambat. "Leonal Anggara Jaya, kamu juga anak kelas unggulan dan anggota OSIS kan? Karena kalian berbeda dari yang lain, saya akan memberikan hukuman yang spesial."

Pria yang berusia empat puluh tahun itu mengajak mereka berdua  ke gudang sekolah. Dia menyuruh mereka untuk merapikan barang-barang di sana dan membuang yang tidak perlu. Biasanya hukuman murid lain yang telat adalah berlari keliling lapangan, tapi Leon dan Samudra berbeda. Ini tidak salah hukumannya? Merapikan gudang yang berantakan dua orang saja? Apakah bisa selesai?

"Kalian tidak boleh masuk kelas sebelum semuanya rapi. Bapak tinggal dulu, kalau sudah selesai, jangan lupa kunci gudangnya lagi dan berikan pada saya kuncinya. Saya ada di pos jaga. Saya tau kalian anak baik, jangan coba-coba untuk kabur. Awas saja kalau kabur!"

Setelah mengatakan kalimat itu, si satpam pergi begitu saja—meninggalkan Samudra dan Leon di depan gudang sekolah. Leon yang tadi diberi kunci gudang pun membuka pintu tersebut.

Mimpi apa Samudra kemarin sampai-sampai ia ada di sini berdua dengan Leon. Entahlah, sampai sekarang dia belum berbaikan dengan Leon semenjak perkelahian di depan Senja kala itu. Tanpa berlama-lama lagi, Samudra menaruh tas abu-abunya di tempat yang agak bersih, begitupun Leon.

Be The Best! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang