adik bayi

2.8K 287 208
                                    

Suara riuh tepuk tangan itu menandakan dimulainya acara anniversary hotel milik papanya Mauka.

Beliau berdiri memberi sambutan, di belakangnya ada Mauka dan para jajaran eksekutif perusahaan.

"Sebenarnya hotel ini akan saya wariskan ke anak manis saya. Anak saya satu satunya, Mauka Devandra Brawijaya, tapi dia ini lebih mencintai pekerjaannya yang sekarang. Seorang terapis untuk anak berkebutuhan khusus, luar biasa sekali anak saya ini. Dia mengikuti jejak mamanya. Mauka?"

Papanya Mauka menoleh ke si anak semata wayangnya yang dibalas senyuman manis.

"Iya, papa?"

"Papa bangga sama kamu, lebih bangga lagi kalo kamu cepet cepet nikah, dek"

Mauka senyum senyum aja haha hehe. Malu banget, mana para tamu yang diundang dan juga jajaran eksekutif pada nyorakin dia.

Pandangan Mauka beralih ke arah bangku tamu yang tersedia. Agak jauh dari panggung sih.

Disana, ada Gibran yang lagi diledekin sama Aru. Mereka duduk sebelahan, Mauka malu tapi juga pengen ketawa liat ekspresi malu malu menggelikan dari Gibran.

"Sono Bran, nikahin pacar lo" kata Aru sambil senggol senggol lengan berotot milik Gibran.

"Nanti, nunggu skripsi" balesnya.

"Halah, ketuaan ntar kak Mauka nya. Keburu digondol cowo diluaran sana loh"

Cowo diluaran sana. Seketika Gibran mikir, cowo yang dimaksud itu siapa? Apakah Weda? Atau bahkan Damian, abangnya sendiri?

Hmm, dia harus diskusiin ini secara matang sama Mauka. Biar Mauka ga diambil orang lain, harus diiket emang.

"Pacar gue cantik banget ya, Ru?" Celetuk Gibran.

Aru yang lagi asik makan risol mayo sambil scroll instagram itu menoleh ke arah panggung dimana Mauka berdiri.

Cantik banget emang, kemeja coklat favoritnya dengan sedikit gaya vintage itu cocok banget di badan rampingnya. Aru aja sempet insecure liat Mauka yang manis banget.

Padahal Aru juga cantik banget hari ini. Kemeja putih dengan vest biru dipadukan dengan jeans hitam miliknya, Aru manis banget. Bahkan tadi dipuji puji sama Eza.

"Kalo gue gimana? Gue cantik juga kan?"

Gibran menatap Aru yang lagi masang muka cantiknya. Tatapan Gibran seolah bilang, dih cakep lu?

Beda cerita kalo yang natap dia ini Eza, pasti penuh akan kekaguman.

"Bersihin tuh remahan risol sama mayonnaise di bibir lo" bales Gibran.

"Ngeselin, lo"

Dari pada ngomong sama Gibran yang bisa bikin dia jengkel, Aru lebih milih buat chatan aja sama Eza. Mau bales chatnya ayang aja dia mah. Aru naruh hapenya lagi, terus dia natap ke sekelilingnya.

Anyway, tempat duduknya Aru dan Gibran itu khusus untuk tamu undangan yang dibawa oleh karyawan dari hotel. Sedangkan Eza duduk ditempat khusus buat devisi HRD, jadi dipisah.

Acara terus berlanjut, setelah sambutan sambutan, pencapaian prestasi dari hotel dan juga penobatan beberapa karyawan terbaik pun sudah terlewati.

Saat ini memasuki acara terakhir dan juga sebagai hiburan untuk para karyawan.

After Party. Ini usulan Eza yang ditulis di proposal, waktu direvisi ini ga diubah.

Sekarang formasi duduknya diganti, meja bundar yang gede itu diisi oleh 8 orang diantaranya Eza, Aru, Gibran, Mauka, Arsa, Bima, Haidar sama Varen.

our | jeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang