Kini Tio menatap Devan dengan tajam, dan Devan pun hanya dapat menunduk. Jujur Tio bingung harus apa setelah mendengar semua cerita Devan tersebut, jika ditanya apakah dia marah? tentu saja, Devan melakukan kebodohan besar yang tidak seharusnya mudah dimaafkan, apalagi putranya lah korban dari kebodohan itu.
Tapi Tio bisa apa, semua sudah terjadi, tidak ada yang bisa dia lakukan selain meceramahi putra dari sahabatnya itu yang sudah seperti anaknya sendiri.
"Terus kalian hampir ngegugurin anak itu semalem? di kamar hotel yang Om kasih buat kamu sama Jevan kalau kalian lagi pengen sendiri?"
Devan hanya dapat mengangguk kecil, merasa bersalah, itu memang kamar hotel pemberian sang paman, tidak diaperuntukan untuk tamu, hanya Devan dan Jevan yang dapat menggunakannya.
"Jangan-jangan kamu nidurin Rasya di sana juga?" curiga Tio.
"Enggak Om, Devan maupun Jevan gak pernah bawa Rasya ke sana," jawab Devan dengan tegas.
"Kamu yakin itu anak kamu bukan anak Jevan? Kamu yakin Jevan gak pernah bawa dia ke sana?" selidik Tio.
"Aku yang goda Rasya," Devan menggigit bibirnya sejenak, "aku yang ambil keperawanannya dia, dan Jevan sama aku cukup terbuka tentang kehidupan sex, dia bilang ke aku kalo dia sama Rasya gak pernah berhubungan sejauh itu."
Tio menghembuskan nafasnya kasar, dia sangat ingin memukul Devan untuk menyadarkan pria itu, tangannya sudah terkepal penuh emosi, namun dia merasa tidak punya hak untuk memarahi putra sahabatnya itu, dan juga butuh banyak keberanian untuk Devan mengakui dosanya sekarang.
Tio bangkit dari duduknya, kini dia berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum, mencoba meredakan emosinya.
"Segera kasih tau orang tua kamu dan orang tua dia, dan paling utama Jevan harus tau penghianatan kalian, dan dengan kamu ngakuin ini ke Om, Om simpulin kalau kamu mau bertanggung jawab, terima semua konsekuensi yang bakal kamu hadapin," ujar Tio dengan posisi berdiri sambil memegang gelas minumnya, "Om marah sama kamu, tapi Om bisa apa Devan? dan Om bakal lebih marah lagi kalau semalem kalian beneran ngebunuh anak itu."
...
Devan dengan perlahan memasukkan kartu kunci kamar hotelnya dengan Rasya, dan saat mencapai ruang tidur dia bisa melihat Rasya yang kini sudah terduduk di pinggir ranjung, menatap Devan dengan penuh pertanyaan.
Devan berjalan mendekati Rasya, dan berlutut di hadapan wanita itu, dia mensejajarkan wajahnya tepat di hadapan perut Rasya, dan menempelkan dahinya di sana sambil memeluk pinggang gadis itu.
"Cha, kamu siap nerima semua konsekuensi yang bakal kita hadapin?" tanya Devan dengan wajah yang sedikit menempel dengan perut Rasya.
Rasya mengangguk sambil mengelus lembut rambut Devan, Devan tentu saja tidak bisa melihat anggukan gadis itu, namun dia tetap melanjutkan pertanyaannya.
"Kamu siap dipandang buruk sama orang-orang, terutama sama temen dan keluarga kamu?" lanjut Devan masih dalam posisi yang sama, "karena keputusan yang bakal kita ambil bakal bikin kita ngelukain banyak orang."
Kini Rasya membungkukkan tubuhnya dan memeluk kepala Devan, air matanya mulai turun dari pelupuk matanya.
...
"Kamu tidur dulu ya," ujar Devan sambil mengelus pelan punggu Rasya, kini mereka masih ada di atas ranjang hotel, dan waktu sudah kembali malam.
Dari semenjak tadi siang mereka terus mengobrol mengenai segala pro dan kontra keputusan mereka tersebut, tentang segala kemungkinan yang akan mereka hadapi ke depannya, tentunya Devan juga memesan layanan kamar untuk kebutuhan perut keduanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/329139863-288-k968932.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Mistake [Hyuckren Haeren Dongren GS]
Fanfiction⚠️⚠️ Genderswitch ⚠️⚠️ Fem! Renjun x Haechan Renjun as Rasya Haechan as Devan Tentang kesalahan besar yang dilakukan Rasya dan Devan Warning : Cheating, mention of abortion, kenakalan remaja