20

2.6K 355 46
                                    

"Kamu yakin gak mau kasih tau hal ini ke Devan?" tanya Nasyla kepada sang sahabat yang kini sedang duduk di depannya.

Rasya menggeleng pelan, "Bakal runyam kalo Devan tau," ujarnya pelan, "aku tau Jevan salah, tapi omongan dia bener Ci, aku yang udah nyakitin dia, aku yang jahat di sini, tapi aku ngehindarin dia seakan-akan aku korbannya."

"Ya mau sesakit apapun hati dia, tetep aja nyium kamu kayak gitu cuma buat bales dendam tuh udah kelewatan Cha, lagipula ini alesan utama Devan gak ngizinin kamu minta maaf langsung ke dia, karna Devan tau Jevan bisa jadi kurang ajar kayak gini kalo lagi gak ngotak."

Rasya terdiam, dia berada dalam kebimbangan, karena baginya apa yang Jevan lakukan hanyalah cara pria itu menjelaskan poin dari perkataannya, saat berhebungan dengannya Rasya berani untuk berciuman bahkan tidur dengan saudara pria itu.

Wanita itu merasa tidak perlu memberitahu sang suami mengenai apa yang terjadi karena hal itu akan membuat kondisi semakin sulit.

"Aku juga gak suka sama cara dia Ci, tapi please jangan bilang Devan tentang ini, aku gak mau hubungan mereka berdua makin ancur," mohon Rasya kepada sang sahabat.

...

Rasya sedang membersihkan wajahnya saat suara ketukan pintu mengagetkaannya, terdengar suara sang suami dari balik pintu itu. Rasya melirik jam yang ada di layar ponselnya sejenak sebelum bangkit untuk membuka pintu, merasa heran kenapa suaminya itu sudah pulang pukul enam sore.

"Kamu udah pulang?" tanyanya sambil membantu pria itu membawa tasnya.

Devan mengangguk lemah, "Aku minta izin pulang cepet hari ini, capek lembur mulu, tapi ya masih ada yang harus aku kerjain sih," jawab Devan sambil membuka jaketnya, "kamu udah makan?"

Rasya menggeleng, "Belum, baru mau order."

"Makan di luar yuk, belakangan ini kita jarang keluar bareng," ajak pria itu.

"Ya lagian kamu sibuk banget, apalagi nanti kalo udah masuk kuliah, pasti kamu bakal lebih sibuk lagi," gerutu Rasya.

Devan yang sudah melepaskan kemejanya dan bertelanjang dada itu pun langsung memeluk sang istri, "Ututu bayi gedenya ngambek," godanya, "yaudah makanya hari ini ayo makan di luar, sushi gimana?"

"Serius? mahal loh," Rasya terlihat ragu, karena sushi bukan pilihan yang baik untuk gaya hidup irit yang tengah mereka jalani.

"Santai, kali-kali."

...

"Gimana tadi di kampus? ketemu temen-temen kamu gak?" tanya Devan saat mereka sedang menunggu pesanan mereka diantarkan.

Rasya menggigit bibirnya gugup, dia tidak ingin membohongi sang suami tapi alangkah lebih baik suaminya itu tidak mengetahui apa yang terjadi. Rasya pun menjawab pertanyaan itu dengan gelengan, "Belum siap ketemu mereka, perut aku udah keliatan, mereka pasti sadar kalo ketemu."

Devan dengan lembut mengusap tangan Rasya yang ada di genggamannya, "Maaf kamu jadi harus sembunyi-sembunyi gini."

Rasya menggeleng pelan, "Aku gak mau nyembunyiin kehamilanku dari mereka, tapi buat sekarang aku belum siap nerima penilaian buruk dari temen-temenku sendiri."

Devan mengangguk, tentu saja dia tau Rasya akan mendapat banyak cemoohan dari orang-orang.

Semua orang pasti akan langsung bergosip tentang dirinya karena tidak lama setelah Rasya putus dengan Jevan, wanita itu hadir dengan keadaan hamil dan gosip ini akan semakin panas jika mereka tau ayah dari bayi itu adalah orang yang selama ini dikenal sebagai saudara kembar Jevan.

"Aku janji," genggaman tangan Devan semakin erat Rasya rasakan, "everything will be ok, aku udah punya rencana, buat kita, buat baby, buat kamu," ujar Devan sambil memberikan senyuman termanisnya untuk sang istri.

Our Mistake [Hyuckren Haeren Dongren GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang