17

1.9K 266 28
                                    

Devan menggenggam tangan sang istri erat saat mereka keluar dari klinik kandungan yang baru saja mereka kunjungi.

"Gak usah berlebihan Dev," risih Rasya sambil mencoba melepas genggaman sang suami.

"Kata dokter kehamilan pertama rawan By," bela Devan sambil merangkul erat istrinya itu.

"Ya tapi gak berlebihan kayak gini, aku gak perlu digandeng, bisa jalan sendiri, gak bakal tiba-tiba jatuh," dan setelah mengatakan itu entah mengapa Rasya langsung tersandung namun untungnya Devan langsung menarik tubuh wanita itu ke dalam pelukannyan.

"Kan," ujar Devan seperti memberi penegasan.

"Aku jadi gak hati-hati karena kamu berlebihan."

"Bisa gitu," cibir Devan.

Mereka berdua baru saja melakukan pemeriksaan bulanan untuk kandungan Rasya, memastikan bahwa tidak ada masalah pada kehamilan wanita itu.

"Kamu gak ada ngidam gitu By?" tanya Devan sambil menyerahkan sebuah helm kepada sang istri.

"Enggak," jawab Rasya dengan santai.

"Gak asik banget, ngidam dong By biar aku kayak bapak-bapak yang lain, aku denger cerita mereka ngadepin istri ngidam seru-seru semua."

"Kamu dikasih kemudahan sama aku dan baby tapi malah minta disusahin."

...

"Ma, Jevan pulang," Jevan melangkah masuk ke dalam rumah dan langsung berjalan ke arah dapur, menebak keberadaan sang ibu.

"Eh kamu udah pulang," Jeana bangkit dari duduknya dan langsung menyambut sang putra.

"Mama minum?" tanya Jevan saat menyadari ada sebuah kaleng bir di hadapan sang ibu.

"Nemu di kulkas, gak tau punya siapa, tapi menggoda jadi Mama minum," jelas Jeana sambil kembali duduk di tempat sebelumnya setelah menerima kecupan dari sang putra.

"Punya aku itu," Jevan mengambil kaleng bir itu dari hadapan sang ibu, "masih sore loh Ma."

"Satu kaleng juga belum habis itu."

"Mama udah tua, gak baik minum alkohol," ujar Jevan setelahnya pria itu menegak sisa minuman yang ada di kaleng itu.

"Gak sopan kamu," omel Jeana.

Jevan membalasnya dengan tersenyum jahil, "Aku ke kamar dulu ya Ma," Jevan pun beranjak menuju ke tangga untuk pergi ke kamarnya.

"Jev," panggilan Jeana itu berhasil menghentikan langkah Jevan, "kamu belum bisa maafin Devan ya?"

Jevan terdiam sejenak, raut wajahnya seketika menjadi keras, "Buat sekarang penghianatan yang Devan sama Rasya lakuin masih membekas di hati aku, aku belum bisa maafin mereka," Jevan terdiam sejenak sebelum melanjutkan perkataanya, "tapi bukan berarti Mama juga harus satu pendapat sama aku, aku gak masalah kalau Mama pengen berdamai sama dia, tapi yang pasti aku gak bisa kalau untuk tinggal bareng mereka atau ketemu mereka dulu."

...

"Lama banget Bang," saat Devan dan Rasya sampai di rumah kontrakan mereka, Steven sudah berada di sana lebih dulu, duduk diam sambil bermain ponsel di teras rumah itu.

"Lagian lu ngapain ke sini?" tanya Devan kepada sang adik.

"Udah makan Lis?" sebelum Steven menjawab pertanyaan kakaknya itu, sang kakak ipar lebih dulu menyapanya.

"Udah Kak," jawab Steven sambil membantu Rasya membawa beberapa bungkus makanan yang ada di tangannya selagi wanita itu mencoba membuka kunci pintu rumahnya.

Our Mistake [Hyuckren Haeren Dongren GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang