7

2.2K 298 26
                                    

Melihat Rasya yang terduduk di lantai, Devan langsung bangkit dan memeluknya, mencoba menutupi tubuh wanita itu agar tidak mudah terkena amarah sang ibu.

"ANAK KURANG AJAR KAMU!" kali ini ibu dari Rasya itu berteriak kencang, membuat air mata Rasya mulai terjatuh, "kamu mau malu-maluin keluarga kita Rasya?!!"

Sang ibu maju untuk mendekati anaknya, namun berhasil ditahan oleh pembantu mereka. Ayahnya hanya terdiam, tidak mencoba menahan sang istri maupun ikut mengamuk. Dia menarik nafasnya dalam lalu mengeluarkannya dengan kasar, mencoba menenangkan diri.

"Umurnya berapa?" tanya sang ayah dengan suara tenang.

"Pah!"

"Dua bulan Om," dan Devan langsung menjawabnya.

Ayah dari Rasya itu terlihat mengepalkan tangannya di atas sofa yang masih dia duduki, dan sang ibu sudah membulatkan matanya tidak percaya.

"Dua bulan? dua bulan anak itu di perut kamu? Rasya! jawab Mama!" Rasya semakin menangis dipelukan Devan, "tiga minggu lalu Jevan masih ke sini sebagai pacar kamu, apa maksudnya kamu hamil anak dari kembaran Jevan dari dua bulan lalu? hah?!"

Devan hendak membuka suaranya sebelum suara tegas dari ayahnya Rasya terdengar, "Keluar," suara itu penuh ketegasan, tidak ingin dibantah, "kalian berdua keluar sekarang!" perintahnya.

"Om, kita di-"

"Saya bilang keluar sebelum kamu habis di tangan saya," ujar pria itu sambil menunjuk wajah Devan dengan penuh amarah, "Mbak masukin pakaian-pakain Rasya ke koper, bersihin kamar dia," perintahanya kepada sang pembanyu dan Rasya yang medengarnya mulai terisak, "mulai sekarang Cha, Papa gak mau ngakuin kamu sebagai anak Papa, anak Papa bukan wanita murahan dan rendahan kayak gitu," perkataan tajam sang ayah berhasil mengancurkan hati gadis itu.

...

"Aku cariin hotel dulu ya buat malem ini."

Setelah diusir oleh ayah dari Rasya, kini mereka sudah kembali berada di mobil, Rasya menangis cukup lama dan tangisannya semakin kencang saat tadi pembantunya membawakan barang-barang miliknya dan memberikan pelukan hangat kepadanya serta kalimat-kalimat menenangkan untuk gadis itu.

"Gak perlu, aku ke rumah Aci aja," ujar Rasya dengan suara serak sehabis menangisnya.

Devan memperhatikan wajah sembab Rasya sebelum kemudian meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya, "Kita tau ini bakal terjadi."

Ya, mereka tau, Rasya pasti akan diusir, seperti apa yang dialami oleh kakak kandung wanita itu setelah dia mengaku menyukasi sesama jenis, keluarga Rasya adalah keluarga yang sangat menjunjung tinggi agama dan kehormatan keluarganya, bagi orang tua Rasya kakaknya adalah sebuah aib besar, dan kini putri mereka juga memiliki aib memalukan yanh dapat merusak nama keluarga mereka.

Tangan Devan kini berpindah mengusap pelan perut datar Rasya, "Kamu udah lebih tenang kan? mau makan malem dulu?"

Rasya menggeleng, "Langsung ke rumah Aci aja, nanti kalau laper aku pesen makan di sana."

Devan pun menuruti gadis itu dan mulai menancap gasnya.

...

"Inget pulang kamu?" itulah pertanyaan yang Devan dengar dari sang ayah saat dirinya keluar dari garasi dan berjalan menuju teras rumah.

Tanpa mempedulikan pertanyaan sindiran itu Devan menghampiri sang ayah dan mencium tangannya.

"Kemana aja sih ini anak satu, udah tiga hari ngilang tiba-tiba pulang, butuh duit kamu makanya pulang?"

Devan sedang tidak ingin meladeni candaan ayahnya itu, dia memilih untuk duduk di kursi yang ada di samping ayahnya, "Pa, besok Devan mau bawa cewek ke rumah."

Our Mistake [Hyuckren Haeren Dongren GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang