18

2K 306 16
                                    

"Serius kita boleh tinggal di sini?" tanya Rasya dengan penuh keraguan setelah mereka sampai di rumah milik sang kakak ipar yang kabarnya dipinjamkan untuk dia dan Devan tinggalin.

"Serius kali," jawab Devan.

"Kamu mah gitu kalo ditanya."

"Ya aku juga gak paham, Marvel kan gak jelas orangnya," ujar Devan dengan santai tanpa menyadari ada sosok sang calon kakak ipar di belakangnya.

"Iya emang Marvel gak jelas," perkataan Junita itu berhasil mengagetkan Devan dan Rasya.

"Eh Kak Nita udah dateng," Devan tertawa kecil di akhir kalimatnya, merasa tidak enak telah mengatai tunangan wanita itu.

"Nanti sore aku ada janji sama temen soalnya, jadi sekarang aja deh, kuncinya udah di kamu kan Dev? buka gerbang dulu gih kakak mau masukin mobil," titah Junita karena memang mobilnya kini sedang sedikit menutupi jalan.

Devan pun dengan sigap segera mengeluarkan kunci rumah tersebut dan mencoba membuka gerbang rumah itu, sedangkan Rasya kini sedang diam sambil memainkan jarinya, tidak enak hati untuk melihat ke arah Junita. Tentu saja mereka saling kenal, Jevan yang memperkenalkan mereka, bahkan Rasya datang ke acara pertunangan Junita dan Marvel dengan status sebagai kekasih Jevan.

"Santai aja Sya sama aku," ujar Junita, menyadari kalau Rasya terlihat tegang, setelahnya wanita itu kembali ke dalam mobilnya, bermaksud memasukan mobil itu ke dalam pekarangan rumah.

Setelah mereka memarkirkan mobil Junita dan motor Devan, mereka pun langsung masuk ke dalam rumah itu, Junita memberikan beberapa penjelasan tentang rumah tersebut.

"Maaf ya belum sempet isi apa-apa, paling kamar aja kemarin yang aku sempet isi, itu juga cuma kasur, AC, sama lemari, aku sih udah pesen tv buat ruang tengah sama kamar, tapi bingung juga naronya gimana soalnya belum sempet beli lacinya," jelas Junita.

Rumah itu memang masih kosong, seperti perkataan Junita, hanya kamarnya saja yang sudah di isi, itupun hanya satu dari dua kamar yang ada di lantai bawah.

"Santai aja kali Kak, gua sama Acha juga paling cuma make kamar sama kamar mandi," ujar Devan.

"Emang gak masak sama gak nerima tamu?"

"Gampang itu mah," jawab Devan dengan santai.

"Aku juga gak bisa masak," kali ini Rasya yang bersuara setelah sedaritadi banyak terdiam, "jadi segini juga udah cukup kok Kak, makasih banyak ya."

"Santai aja, sekarang kan kita keluarga," Junita tersenyum manis pada calon adik iparnya itu sambil mengelus lembut lengan Rasya, memberitahu gadis itu bahwa dia ada di pihaknya, "oh iya, di atas ada satu kamar lagi, tapi kuncinya gak aku kasih ya Dev, itu isinya barang-barang aku sama Marvel yang belum kepake, jadi kamar itu gak usah diapa-apain."

"Sip, ngomong-ngomong emang lu sama Kak Marvel kapan rencana mau isi rumah ini? biar gua siap kalo mau lu usir Kak."

"Masih lama kok, gak bakal tahun ini, tau sendiri kan Kakak kamu masih berpikir kalo pernikahan itu nyeremin."

Devan tertawa, ingin sekali mengejek kakak sulungnya itu, sudah siap dan mapan, bahkan sudah berani melamar seorang wanita, tapi masih takut untuk berumah tangga, benar-benar pria yang aneh.

...

"Sumpah tau gak kalo gua udah gak waras udah gua tonjok tau Wan," Nasyla bercerita seru dengan mulut penuh kue macaroon.

"Ya lu tonjok aja lah, dianya juga gak waras, gak ada otak," Yuan yang menjadi teman berbincang Nasyla ikut terbawa emosi mendengar cerita gadis itu, "iya sih dia mabok, tapi gak ada otak loh ngomong kayak gitu."

Our Mistake [Hyuckren Haeren Dongren GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang