"Makasih ya Ci," ucap Rasya saat menerima barang-barangnya dari Nasyla.
Rasya kini sudah kembali ke rumah Nasyla, namun bukan untuk menginap, melainkan mengambil kembali semua barang yang kemarin dia bawa dan dititipkan pada gadis itu.
"Kamu serius gak mau nginep di sini lagi aja?" Nasyla masih ragu untuk membiarkan sang sahabat keluar dari rumahnya.
"Ini masalah aku sama Devan, kita gak mau terlalu ngerepotin kamu Ci."
"Ya tapi kalian berdua sama-sama gak ada tempat tinggal dan juga aku gak ngerasa direpotin kok, kalo Devan mau nginep di sini juga aku masih ada kamar kosong mumpung orang tuaku lagi gak di Indo."
Rasya menggeleng sambil tersenyum, "Makasih banyak Ci, tapi buat sekarang aku mau ikutin rencana Devan dulu."
Nasyla pun mencoba memahami sahabatnya itu dan membiarkannya dengan keputusannya tersebut.
"Cha pokoknya kalo kamu butuh apa-apa jangan sungkan buat minta tolong ke aku ya, lu juga ya Dev, tolong jagain Acah juga," ujar wanita itu saat menemani Rasya dan Devan naik taxi yang mereka pesan.
"Siap, thanks banget ya Ci udah nemenin Acha dan ngedukung dia terus."
...
"Kita di mana?" Rasya bertanya dengan bingung saat kini keduanya sudah tiba di sebuah rumah yang asing untuk wanita itu.
"Rumah omku," jawab Devan sambil menyeret koper milik Rasya dan juga beberapa barang lain dari gadis itu.
Mereka masuk ke rumah itu di sambut oleh seorang pembantu, "Kamar yang di kiri ya Mas, Bapak hari ini lembur jadi belum pulang, dia nyuruh saya siapin kamar aja buat Mas sama Mbaknya."
"Makasih Bi," ujar Devan dengan ramah tamah sambil mengikuti wanita itu ke ruangan yang disiapkan untuknya dengan Rasya yang mengikutinya dari belakang.
"Om kamu gak apa-apa kita nginep di sini?" tanya Rasya saat mereka sudah berada di dalam kamar itu, hanya berdua.
Devan mengangguk, "Aku mau minta kamar hotel tapi dia nyuruh kita ke sini."
Devan tentunya tidak memberitahukan Rasya tentang identitas asli pamannya itu, dia yakin wanita itu akan langsung menolak tawaran ini jika dia tau kalau paman yang Devan maksud adalah ayah kandung dari Jevan.
Sejujurnya Devan pun merasa tidak tau diri karena kini dia meminta pertolongan ayah dari orang yang telah dia khianati.
"Kamu mandi terus tidur duluan ya, aku mau diskusi dulu sama omku pas dia pulang."
"Gak enak kalau aku tidur duluan tanpa nyapa dia kan?"
"Besok pagi aja, dia juga bilang ke aku bakal pulang tengah malem, nanti kamu malah kemaleman tidurnya."
...
Devan masuk ke kamar memastikan bahwa Rasya sudah masuk ke alam mimpinya, lalu dia kembali ke luar saat mendengar suara mesin mobil memasuki halaman rumah pamannya itu.
Devan memutuskan untuk menunggu pria itu di ruang tamu, ingin berbicara dengan pamannya itu.
"Gak tidur?" tanya Tio saat dirinya baru saja masuk dan melihat Devan berada di ruang tamunya.
"Ada banyak yang pengen Devan omongin."
Tio mengangguk-anggukan kepalanya lalu berjalan menuju dapur serta memberikan kode untuk Devan mengikutinya. Devan pun kini sudah duduk di bangku bar yang ada di dapur, memperhatikan pamannya yang tengah mengeluarkan dua buah gelas dari sebuah lemari.
"Mau nyobain?" tanya Tio sambil mengeluarkan sebuah botol anggur putih yang ada di salah satu lemarinya, "dapet dari temen Om, katanya enak."
Devan menggeleng namun Tio tidak mempedulikannya dan tetap membuka tutup botol tersebut dengan sebuah alat yang dia miliki lalu menuangkannya ke dalam dua gelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Mistake [Hyuckren Haeren Dongren GS]
Fanfic⚠️⚠️ Genderswitch ⚠️⚠️ Fem! Renjun x Haechan Renjun as Rasya Haechan as Devan Tentang kesalahan besar yang dilakukan Rasya dan Devan Warning : Cheating, mention of abortion, kenakalan remaja