8

2.1K 296 44
                                    

Pagi hari, kediaman keluarga Chavez cukup ramai seperti biasanya, Marvel dan Jordan sudah siap dengan setelan kantor mereka, Steven dengan seragam putih abu-abunya, dan Jevan dengan pakaian kasual untuk ke kampus. Mereka kini sudah berada di meja makan untuk menyantap sarapan buatan sang nyonya rumah, sedangkan satu anak lagi masih berdiam diri di dalam kamar.

"Steven panggilin abang kamu gih, tanya dia ada kelas jam berapa," perintah Jeana kepada si bungsu.

Steven terdiam sejenak, menatap Jevan lalu berpaling pada Marvel, menunggu persetujuan mereka, Marvel pun hanya menggerakkan kepalanya memerintah Steven melakukan perintah dari sang ibu.

"Bang," Steven mencoba mengetuk pintu sang kakak, "kata Mama lu kelas jam berapa?" tidak ada sahutan sama sekali.

Steven mencoba mengetuk pintu kamar sang kakak lebih keras, dan tak berapa lama akhirnya yang dipanggil itu keluar, "Jevan masih ada di bawah?" dan langsung memberikannya pertanyaan.

Steven mengangguk.

"Bilang aja ke nyokap nanti gua ke bawah, gua gak enak ketemu Jevan sekarang," setelah mengatakan itu Devan kembali menutup pintu kamarnya.

"Gak mau turun dia?" sindir Marvel saat melihat adik bungsunya kembali dengan seorang diri.

"Gua pergi duluan deh biar dia turun," ujar Jevan sambil bangkit dari duduknya.

Jordan mengangkat alisnya bingung, dan Jeana kini tengah mengernyit, "Ini ada apa? Kalian berantem?"

Jevan menarik nafasnya sejenak, "Nanti Devan pasti bakal jelasin kok ke Mama."

"Apa sih? Udah gede juga masih aja pada berantem, kalian bukan anak-anak lagi," omel Jeana tanpa mengetahui alasan dari pertengkaran kedua putranya itu.

"Mama bakal denger alesannya dari Devan, setelah denger itu Mama baru bisa mutusin apakah aku berhak marah atau enggak."

...

"Kamu nunggu lama?" tanya Devan kepada Rasya yang baru saja naik ke dalam mobil Marvel yang masih dia pinjam.

"Enggak kok," jawab Rasya sambil memasang sabuk pengamannya.

"Papa kayaknya udah pulang, tapi kalo kamu belum siap atau mau ke tempat lain dulu gak apa-apa, atau aku bisa ngomongin ini sendiri sama mereka."

Rasya menggeleng, "Kita udah mantep buat ngehadepin ini bareng-bareng dan tanpa keraguan," ujar gadis itu sambil menggenggam erat tangan Devan.

Devan balas menggenggam tangan Rasya dengan kedua tangannya sambil tersenyum, "Kamu tau reaksi orang tuaku gak bakal lebih baik dari orang tua kamu, dan mungkin bakal lebih buruk."

"Kita hadepin sama-sama ya, kayak kamu yang nemenin aku ngehadapin orang tuaku, aku juga bakal nemenin kamu sekarang."

Devan tersenyum, lalu menarik tangan Rasya untuk mengecupnya dalam.

...

"Ini belum ada yang pulang?" tanya Jordan heran karna sudah malam hari namun keempat putranya belum ada di rumah.

"Steven lagi main sama temen-temennya, Marvel bilang banyak kerjaan jadi dia lembur, Jevan sih bilangnya lagi nongkrong juga, kalo yang satu lagi kamu tau sendiri dia gak pernah ngabarin aku selain kalo ditanyain."

Jordan meangangguk-anggukan kepalanya, "Kalo tau kita bakal cuma berduaan doang mah aku pulang cepet aja dong dari tadi."

Jeana yang ingin membalas perkataan suaminya terhenti saat mendengar pintu gerbang rumah mereka tersebuka, "Noh ada yang pulang."

Dengan mendengus Jordan mengintip ke arah jendela untuk melihat anaknya yang mana yang datang, "Marvel katanya lembur, kok udah pulang aja."

"Eum? Mobilnya Marvel, Devan yang make, gak tau kenapa mereka udah beberapa hari tukeran kendaraan."

Our Mistake [Hyuckren Haeren Dongren GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang