Jaehyun dan Renjun berlari tergoppoh-gopoh kedalam kamar Jaemin setelah berhasil mendobrak pintunya. Beberapa saat yang lalu, Renjun yang akan mengantar makan malam untuk sang adik langsung panik luar biasa pendapati pintu kamar Jaemin terkunci dari dalam. Pemuda itu akhirnya memanggil Jaehyun untuk mendbrak paksa pintu kamar Jaemin.
Begitu tiba di dekat ranjang, Renjun dan Jaehyun serempak menahan nafas melihat kondisi Jaemin yang hanya terbaring diam sembari menatap nyalang langit-langit kamar.
"NANA" Pekik Jaehyun begitu menyadari banyak noda darah mengotori selimut putih yang sedang Jaemin kenakan. Pemuda itu bergegas mendekat, sedangkan Renjun jatuh terduduk dengan tubuh bergetar hebat.
Jaehyun menyibak selimut yang Jaemin gunakan dengan lembut. Nafasnya memburu dan jantungnya bergemuruh hebat saat melihat banyak darah yang keluar dari kedua pergelangan tangan Jaemin. Tubuh Jaehyun bergerak gusar, menarik kasar kemeja yang sedang ia gunakan, merobeknya menjadi beberapa bagian kemudian ia ikatkan ke kedua luka mengaga di pergelangan tangan Jaemin untuk menghambat pendarahan.
"Renjun cepat siapkan mobil" Ucap Jaehyun panik.
Tubuh Jaemin diangkat dengan hati-hati untuk dibawa ke rumah sakit. Jaehyun menghembuskan nafas berkali-kali begitu mereka sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Mata Jaehun tak lepas memandang Jaemin, memastikan adiknya masih sadar.
"Bertahanlah sweetheat. aku mohon" Lirihnya, sungguh Jaehyun lebih suka Jaemin menangis, meraung di pelukannya dari pada hanya diam dengan pandangan kosong seperti saat ini.
Permohonan untuk tetap bertahan tak berhenti terucap dari mulut Jaehyun. Dalam lima tahun, ia sudah berkali-kali menyaksikan Jaemin seperti ini namun ia tak kunjung terbiasa. Rasanya sungguh menyakitkan, detak jantungnya terpacu hebat takut ia akan kehilangan adik yang sangat ia sayangi. Tak Jauh berbeda dari Jaehyun, Renjun yang sedang mengemudi juga sama paniknya, tubuhnya bergetar hebat, nafasnya tercekat namun ia harus tetap kuat agar bisa mengantar sang adik dengan cepat ke rumah sakit.
"Hyung" suara lemah itu berhasil menyedot perhatian Jaehyun dan Renjun.
"Ya? Bertahanlah kita sedang menuju rumah sakit" Ucap Jaehyun sembari mengusap lembut surai Jaemin sedangkan Renjun hanya memperhatikan dari kaca spion.
"Kenapa Logan ada disini?"
Pertanyaan itu berhasil membuat tubuh Jaehyun dan Renjun menegang.
"Kau hanya berhalusinasi. Sekarang bertahanlah, setelah sembuh kita kunjungi Logan ok?" Jaehyun mengeratkan pelukannya pada tubuh lemah Jaemin mencoba menenangkan si manis dan juga meyakinkan dirinya sendiri bahwa Jaemin akan baik-baik saja.
----
Beberapa hari berlalu, kondisi Jaemin sudah jauh lebih baik walaupun pria manis itu masih enggan membuka matanya. Renjun tersenyum tipis sembari menyeka tubuh sang adik. Hari ini adalah pertama kalinya Renjun berani menjenguk Jaemin setelah mengantar sang adik ke rumah sakit waktu itu.
Renjun tak berhenti menyalahkan dirinya sendiri setelah menndengar kondisi sang adik. Dokter berhasil menyelamatan nyawa Jaemin walaupun pria itu kehilangan begitu banyak darah namun sang adik tak kunjung bangun dari tidurnya. Dokter megatakan, kondisi mental Jaemin sangat memperhatikan hingga pemuda manis itu tak mau bangun.
Isakan kecil lolos dari bibir tipis Renjun, disusul aliran air mata yang perlahan membasahi pipi gembilnya. Renjun menyesal, Jika saja ia tak memaksa Jaemin menerima Karina sebagai klien mereka. Jika saja ia tak memaksa Jaemin untuk tetap bekerja saat musim gugur.
Harusnya ia cukup puas dengan senyum Jaemin walaupun tak sampai mata. Harusnya ia cukup puas dengan keberadaan Jaemin di sekitarnya. Isakan Renjun semakin kencang, tangnnya mengusap lembut pipi sang adik yang nampak pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING ORGANIZER [NOMIN]
ФанфикNa Jaemin dengan segala luka di hatinya memilih untuk kabur ke London, meninggalkan segala kenangan manis di setiap sudut Korea. Dengan air mata yang tak berhenti mengalir dari mata indahnya, ia berkata pada seluruh anggota keluarganya bahwa ia ingi...