"Apa maksudmu?" Tuan Yoo menaikkan intonasi suaranya setelah mendengar ucapan yang di lontarkan Jeno.
"Saya amnesia selama ini, dan sekarang saya sudah mengingat semua. Sedari awal saya tak pernah mencintai nona Karina. Saya menyetujui pernikahan karena masalah pekerjaan dan saat itu saya tak punya tujuan hidup. Sekarang saya sudah mengingat tujuan hidup saya jadi-
Jeno berdiri, membungkuk sembilan puluh derajat.
-mohon maaf, karena saya ingin membatalkan perjodohan ini."
PLAKKK
Sebuah tamparan mendarat di pipi Jeno begitu pria menegakkan tubuhnya, ia bisa melihat nyonya Yoo berdiri dari kursinya yang kebetulan berada di sebelah Jeno dengan wajah yang merah padam karena amrah.
Jeno memasang senyum tipis, memaklumi tindakan nyonya Yoo walaupun saat ini pipinya terasa sangat panas. Bagaimana pun juga Jeno mengakui dirinya sebagai pria yang berengsek dan tidak bertanggung jawab karena membatalkan begitu saja pernikahan yang sedari awal memang mereka kehendaki berdua meskipun ada alasan di baliknya.
"Kau tak bisa seenaknya Lee Jeno, ingat perusahaan mu akan runtuh begitu aku mencabut sahamku." Ucap tuan Yoo dengan wajah yang tak bersahabat, nyonya Yoo sudah kembali duduk sedangkan Karina hanya duduk diam di kursinya sembari menunduk.
"Mark, tolong berikan berkas yang kau bawa." J
Mark langsung membuka tas yang ia bawa, mengambil dua map dari sana lalu ia menyerahkannya satu map pada tuan Yoo dan satu lagi ia berikan pada Jeno.
"Apa ini?"
"Silahkan dibuka tuan, saya akan mengembalikan saham yang sudah anda investasikan. Dengan ini saya ingin membatalkan kontrak karena ada beberapa hal yang tak sesuai dengan persyaratan awal. Saya juga akan membayar pinalti sebayak lima puluh persen sesuai dengan yang tertulis pada kontrak."
Tuan Yoo membuka berkas yang diberikan Mark dengan kasar, matanya bergerak kesana kemari membaca setiap kata pada berkas itu.
"Saya sudah berbaik hati tidak melaporkan anda karena pengalihan saham tanpa kesepakatan. Saya juga bersedia membayar pinalti sebagai bentuk permintaan maaf karena membatalkan pernikahan. Jadi silahkan tanda tangan."
"Jika aku tidak mau tanda tangan?"
Jeno tersenyum miring kemudian memberikan berkas yang tadi diserahkan Mark padanya.
"Saya akan menggugat sesuai dengan apa yang saya cantumkan di kertas gugatan ini."
Tuan Yoo tak bisa berkata-kata, matanya memejam dengan tangan yang mengepal kuat sedangkan Jeno tersenyum puas.
"Saya akan memberi waktu untuk berfikir, besok sekertaris saya akan menemui anda lagi."
Jeno bangkit dari duduknya diikuti Mark. Keduanya membungkuk sebelum berlalu pergi.
Saat sudah sampai di lobby restoran, tangan Jeno dicekal, membuatnya terpaksa berhenti dan berbalik, menemukan Karina yang entah ingin berbuat apa hingga menahannya.
"Ada apa?" Tanya Jeno dingin.
"Aku ingin berbicara sebentar."
---
Mereka berakhir di dalam mobil karena tak terbesit satu tempat pun untuk berbicara. Keduanya duduk bersisian di kursi belakang, sedangkan Mark memilih untuk menunggu di luar, memberikan privasi pada kedua orang itu berbicara.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Jeno to the point.
"Kau tak ingin mempertimbangkannya?"
Jeno tak menjawab, pandangannya hanya lurus ke depan membuat Karina membuang nafas.
"Jeno ya, aku mencintaimu. Bisakah kau mempertimbangkan itu?"
"Dari awal hubungan kita hanya karena pekerjaan, kau tau itu Karina. Aku tak ingin menyakitimu lebih dari ini."
Karina kembali menghembuskan nafas.
"Dari mana kau tau kau menyakiti ku Jeno? Kita bisa melakukannya pelan-pelan dan membuatmu jatuh cinta padaku."
"Kau tak melihat semuanya? Aku bersama Jaemin selama hampir separuh hidupku, dan selama itu cintaku tak pernah luntur. Saat amnesia pun aku kembali mencintainya. Kau tau?,Aku sudah terjebak di sana dan aku juga tak mau melepaskan diri."
Jeno mendengar isakan di sebelahnya. Ia sudah benar-benar lelah, ingin segera pulang ke apartemen dan bersantai menghilangkan segala beban yang ada di hatinya tapi gadis di sampingnya malah merecokinya dengan pertanyaan yang harusnya sudah jelas apa jawabannya.
"Keputusanku sudah bulat, sedari awal aku tau kalian menjebak ku karena kau menyukaiku. Aku tak pernah mencintaimu kau sangat tau itu Karina."
Jeno keluar dari mobilnya setelah mengatakan hal itu, ia memberi kode pada Mark untuk mengusir Karina.
"Aku tau Jaemin tak mau kembali padamu, kau bodoh jika meninggalkanku Jeno, kau akan sendirian."
Karina ternyata tak juga menyerah. Mereka berhadapan cukup sengit di sebelah mobil.
"Mencintai memang bukan berati memiliki, dan aku memilih untuk mencintai Jaemin seumur hidupku. Siapapun tak bisa merusak hal itu termasuk dirimu."
Setelahnya, Jeno masuk kembali kedalam mobil. Mark sudah menunggu di dalam, dan langsung tancap gas begitu Jeno selesai mengenakkan sabuk pengaman.
Selama di mobil, Jeno banyak diam. Ia kembali merenungi apa yang harus ia lakukan setelah ini tanpa Jaemin. Rasanya sangat tak mungkin karena saat ini ia telah mengingat semuanya. Ia sudah terbiasa dengan Jaemin yang berada di sisinya. Ia terbiasa dicintai pria manis itu dan sekarang saat semuanya telah hancur, ia kebingungan.
Mark yang melihat raut lesu bosnya hanya bisa menghela nafas, selama hampir empat tahun bekerja dengan Jeno ia tak pernah melihat Jeno se-kacau ini. Jeno memang pria dingin yang tak tersentuh. Kesehariannya hanya mengurus kantor dan sisanya ia habiskan untuk berdiam diri di rumah.
Selama hampir empat tahun ini Jeno juga tak pernah terlihat dekat dengan siapapun, satu-satunya gadis yang pernah dekat dengan Jeno hanya Karina, itupun Mark bisa melihat jika Jeno tak pernah nyaman akan hal itu. Jeno juga tak pernah terlihat memiliki teman kecuali hubungan profesional karena pekerjaan.
"Mau minum?"
"Kau memang selalu mengerti aku."
---
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING ORGANIZER [NOMIN]
أدب الهواةNa Jaemin dengan segala luka di hatinya memilih untuk kabur ke London, meninggalkan segala kenangan manis di setiap sudut Korea. Dengan air mata yang tak berhenti mengalir dari mata indahnya, ia berkata pada seluruh anggota keluarganya bahwa ia ingi...