Hal pertama yang Jaemin lihat setelah berhasil membuka mata setelah beberapa hari tak sadarkan diri adalah langit-langit kamar dengan banyak tempelan bintang dan dinding bercat abu-abu muda yang dipenuhi dengan foto polaroid. Keningnya mengerut dan bola matanya bergerak mengamati ruangan tempatnya berbaring, memastikan bahwa apa yang tengah ia pikirkan memanglah benar. Helaan nafanya terdengar setelah yakin jika ia memang tengah berada di kamarnya sendiri, di rumah kedua orang tuanya, di Seoul.
"Nana ya, kau sadar?" Sebuah suara terdengar di telinga Jaemin seiring dengan suara langkah kaki yang mendekat.
"Hyung?" lirih Jaemin begitu sosok Xiaojun tertangkap penglihatannya.
"Kau baik-baik saja? sebentar, hyung akan memanggil dokter untuk memeriksa kondisimu"
Lengan Jaemin meraih baju sang kakak, menahannya untuk pergi.
"Ada apa sweetheart?"
"Bagimana bisa aku disini?"
Xiaojun menghela nafas, menggenggam jemari sang adik.
"Nanti hyung jelaskan, sekarang kau harus periksa lebih dulu"
Jaemin mengangguk sembari memperhatikan sang kakak yang tengah mengubungi seseorang yang Jaemin yakini adalah seorang dokter. Dua puluh menit kemudian pintu kamar kembali terbuka menampilkan seorang pria tampan dengan sebuah tas besar di tangannya.
"Ini dokter Haechan adik tingkatku sekaligus dokter yang menanganimu beberapa hari ini"
Haechan tersenyum singkat sebelum mulai memeriksa keadaan sang pasien. Ia adalah adik tingkat Xiaojun saat kuliah, mereka berdua kenal karena unit apartemen mereka bersebelahan. Haechan adalah sosok social butterfly yang mudah bergaul dengan siapapun jadi, saat mengetahui tetangga sebelah unit apartemen nya bersekolah di kampus yang sama dengannya, pria berkulit sedikit tan itu sering menyapa dan bahkan mengantar makanan. Setelah keduanya dekat, Xiaojun akhirnya tau jika Haechan adalah adik dari teman seangkatannya, Seo Hendery. Jadi dari sana kedua orang itu semakin dekat.
"Keadaannya sudah membaik hyung, adik mu hanya perlu istirahat beberapa hari lagi dan- Haechan menjeda ucapannya lalu berbalik untuk menatap tepat di kedua iris indah Jaemin -aku sarankan untuk tidak menggunakan otak cantikmu itu untuk terlalu banyak berfikir" Lanjut Haechan disertai senyum diakhir kalimatnya yang menurut Jaemin sangat menyebalkan.
"Terimakasih Haechan ah"
"Bukan masalah hyung, aku pergi dulu. Nanti seseorang akan datang untuk mengantar obat"
Jaemin menatap kepergian Haechan dengan pandangan tak suka. Ia tak suka dengan tatapan menyebalkan doker muda itu saat tadi berbicara dengannya.
"Jangan dipandangi terus nanti kau jatuh cinta"
Ucapan Xiaojun mengundang tatapan sinis dari Jaemin. Bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini sang kakak malah menggodanya. Si manis menghembuskan nafas pelan tak ingin meladeni kakak jahilnya itu. Matanya kembali menatap Xiaojun bengitu teringat janji pria tanpan nan cantik itu yang akan menjelaskan bagaimana bisa ia terbangun di kamar lamanya.
Xiaojun menghela nafas saat melihat tatapan menuntut sang adik, pria itu tersenyum hangat sebelum duduk di sebelah Jaemin, membawa sang adik kedalam pelukan hangatnya.
"Dua hari setelah kau di rawat, Renjun menghubungi kami, dan kau tau sendiri bagaimana sifat keluargamu. Papa langsung menyiapkan pesawat dan kami terbang ke London saat itu juga. Mama menangis begitu sampai dan melihatmu terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit, sedangkan papa terlihat kecewa kepada Renjun karena tidak langsung menghubungi kami saat kau dalam masalah. Dan malam itu juga, setelah Jaehyun hyung dan Renjun menjelaskan apa yang terjadi, papa langsung meminta Jaehyun menyiapkan pesawat untuk membawamu pulang"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING ORGANIZER [NOMIN]
FanfictionNa Jaemin dengan segala luka di hatinya memilih untuk kabur ke London, meninggalkan segala kenangan manis di setiap sudut Korea. Dengan air mata yang tak berhenti mengalir dari mata indahnya, ia berkata pada seluruh anggota keluarganya bahwa ia ingi...