#19

5.1K 527 16
                                    

Jaemin termenung menatap Jeno yang masih tak sadarkan diri di atas bangkar rumah sakit. Dokter mengatakan jika kondisi Jeno tak terlalu parah, pria itu hanya mengalami gagar otak ringan selain itu hanya ada beberapa luka di tubuhnya yang mungkin akan sembuh dalam seminggu ke depan. 

Senyum kecil Jaemin merekah, mengagumi bagaimana paras sang mantan kekasih. Bahkan luka di wajah nya tak mengganggu ketampanan pria itu sama sekali. Satu tangan Jaemin terangkat, mengusap lembut pipi Jeno yang tak memiliki luka. Jeno sejak dulu memang selalu tampan, tak heran ia menjadi idola saat berada di bangku sekolah dulu. 

Jaemin merindukan masa-masa itu, dimana hanya ada kebahagiaan yang menyelimuti mereka. Jika bisa memutar waktu Jaemin akan lebih memilih untuk tidak menikah jika ia tau kecelakaan itu akan terjadi. 

Suara pintu terbuka terdegar membuat Jaemin langsung menoleh. Ia pikir sang ibu yang datang setelah membeli beberapa makanan namun ternyata ia malah menemukan sosok Karina yang berdiri di ambang pintu dengan raut cemas. 

Jaemin akan menyapa gadis itu namun Karina lebih dulu melangkah mendekat dan menampar pipinya dengan sangat keras. Kejadian itu begitu cepat hingga membuat Jaemin tak sempat menghindar.

"Apa yang kau lakukan pada Jeno?" Desis Karina dengan dada naik turun menahan amarah.

Jaemin hanya diam, tak tahu harus menjawab apa. Ia juga masih terkejut dengan apa yang Karina lakukan beberapa saat lalu.

"Pergi Jaemin, hubungan mu dan Jeno sudah selesai. Kau tak sadar jika selama ini Jeno sial karena mu?"

Ucapan Karina tentu saja membuat Jaemin kembali terkejut. Kalimat itu menyiratkan bahwa Karina sudah tahu mengenai hubungannya dengan Jeno. Jaemin akan bertanya mengenai hal itu namun Karina lebih dulu melempar sesuatu kearahnya. Benda yang Karina lempar menggelinding jatuh menciptakan suara nyaring di kamar sunyi itu. Jaemin mencoba menajamkan penglihatan nya, memastikan benda apa yang tadi Karina lempar. Mata indah Jaemin melotot tak percaya saat menyadari bahwa benda itu adalah cincin pertunangannya dengan Jeno. 

"Aku sudah tau semuanya, aku tau bagaimana masa lalu kalian. Dan cincin itu, cih-"

Karina menjeda kalimatnya.

"Aku pikir Jeno membelinya untuk ku saat menemukan benda itu di dalam laci kamarnya. Bahkan di dalam sana terukir huruf J&J. Aku pikir J itu untukku ternyata Jaemin? Betapa lucunya kenyataan ini?"

Jaemin masih diam tak berkutik menerima segala omelan yang Karina lontarkan padanya.

"Kau penasaran bagaimana aku bisa tahu?"

Karina tertawa singkat. Bukan tawa bahagia namun tawa hambar yang membuat siapapun tahu jika gadis itu terluka.

"Aku baru mengingat cincin itu sama persis seperti milikmu waktu itu, aku menyewa seseorang setelahnya untuk mencari tahu tentangmu. Dan ternyata apa yang aku dapat? Kau adalah calon istri Jeno? Kalian bahkan menjalin hubungan selama itu. Dan hal yang paling membuatku sakit adalah KALIAN TETAP BERHUBUNGAN DAN BAHKAN PERGI KE JEPANG PADAHAL KAU TAU AKU DAN JENO AKAN MENIKAH."

Hening sesaat, Jaemin tak berniat membalas ucapan Karina karena pada kenyataannya ia memang salah. Tak seharusnya ia menerima ajakan Jeno waktu itu.

"Pergilah, Jeno sudah melupakanmu dan setelah ini ia akan menikah denganku. Aku mohon padamu pergilah Jaemin."

Karina menangis sesenggukan, tubuhnya meluruh tepat di hadapan Jaemin yang sudah berdiri sejak tadi.

"Aku mohon pergilah! aku sangat mencintai Jeno, bahkan undangan pernikahan kami telah disebar."

"Aku mohon, aku mohon."

Jaemin tak kuasa membendung tangisnya. Pria itu meraih tubuh Karina untuk ia peluk, sama-sama menangis karena rasa sakit yang mereka tanggung.

"Aku mohon pergilah." Karina masih tetap meracau dan Jaemin dengan sabar mengusap lembut surai panjang gadis itu.

"Maafkan aku." Kata-kata itu akhirnya keluar dari bilah tebal si manis.

"Aku akan pergi setelah ini, tolong jaga Jeno."

Setelah mengucap hal itu, Jaemin melepaskan pelukannya lalu pergi meninggalkan Karina yang masih terisak dengan hebat. 

Begitu keluar dari ruang rawat ternyata sudah ada Haechan yang berdiri sembari merentangkan tangan, bersiap untuk membawa si manis kedalam pelukan hangatnya.

"Aku sudah benar kan Haechan?" Tanya Jaemin setelah masuk kedalam pelukan hangat Haechan.

Si pria tan tak bersuara ia hanya mengangguk sembari mengusap punggung Jaemin.

"Kau hebat, sudah ayo kita pulang. Renjun sudah menunggu di rumah."

---

TBC

THE WEDDING ORGANIZER [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang