"Jaemin ssi"
Jaemin menoleh saat merasa seseorang memanggil namanya. Mata indahnya menangkap seorang pria yang tengah berjalan sembari melambai padanya.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanyanya begitu pria dengan mata bulan sabit itu telah sampai di dekatnya. Jaemin meremat kuat jemarinya di bawah meja, mencoba menetralkan degup jantungnya yang sudah menggila.
"Ah tidak, aku kebetulan lewat dan melihatmu duduk sendirian, bolehkah aku bergabung?"
Pria itu langsung duduk begitu saja tanpa menunggu jawaban dari si manis. Senyum lebar tak luntur barang sedikit pun dari wajah tampannya. Senyum yang telah lama Jaemin rindukan.
"Apa kau menyukai cafe ini? Aku beberapa kali melihatmu disini sendirian"
Pertanyaan Jeno membuat Jaemin sedikit kebingungan. Jadi pria di hadapannya sering melihatnya disini? Jaemin menatap dalam mata Jeno, meminta penjelasan.
Jeno berdeham sebentar, menyeruput segelas kopi yang telah ia pesan sebelumnya lalu kembali tersenyum.
"Kantorku berada di sekitar sini jadi aku sering mampir untuk membeli kopi. Beberapa kali aku melihatmu duduk termenung sendiri di bangku ini"
"Jadi kau tau aku sebelum pertemuan saat itu?" Tanya Jaemin.
"Tidak juga, aku hanya tau wajahmu. Jadi saat pertemuan pertama kita aku sedikit kaget ternyata WO yang selama ini Karina bicarakan adalah orang yang sering aku lihat di cafe ini"
Jaemin mengangguk-angguk mengerti, sedikit merasa lucu karena ternyata selama ini Jeno telah lama berkeliaran di sekitarnya namun ia tak menyadari hal itu. Diam-diam ia bertanya-tanya; apakah jika ia sadar lebih awal mereka akan kembali bersama?
"Kenapa kau selalu terlihat murung?"
Pertanyaan itu di balas senyum kecil oleh si manis tanpa berniat menjawab.
Keduanya berakhir terdiam cukup lama, enggelam dalam pikiran mereka sembari menikmati kepadatan jalan yang kebetulan terlihat dari tempat mereka duduk.
---
Hari semakin sore dan langit mulai berwarna jingga saat Jeno menghabiskan kopi di gelasnya. Rasa kopi itu sudah sedikit hambar karena es yang telah mencair. Matanya melirik pria manis di sebelahnya sembari tersenyum simpul.
Diam-diam ia bersyukur bisa menemani pria yang selalu terlihat murung itu. Dulu ia hanya bisa melihat dari jauh. Cerita yang ia sampaikan tadi tak sepenuhnya benar. Memang benar kantornya berada di distrik yang sama dengan cafe ini. Namun ia tak pernah sekalipun singgah.
Pertama kali melihat Jaemin adalah saat ia dalam perjalanan pulang. Saat itu kondisi jalan sangat macet dan secara kebetulan mobilnya berhenti tepat di jalanan depan cafe. Ia yang bosan akhirnya mulai mengamati sekitar. Netra gelapnya tak sengaja melihat seorang pria manis yang duduk seorang diri dengan raut sendu di dalam cafe.
Pria itu duduk di salah satu meja panjang yang menghadap langsung ke kaca yang bisa terlihat dari luar cafe. Selama lima menit ia tak melepas pandangannya sebelum kembali berkedara saat jalanan mulai senggang.
Setelah itu, tanpa sengaja ia kembali melihat si cantik berwajah sendu dan pertemuan selanjutnya ia lakukan secara sengaja. Diam-diam Jeno selalu pergi ke cafe berharap dapat melihat pria cantik yang belakangan ia tau akan datang setiap hari selasa dan sabtu. Pria itu akan datang sekitar jam tiga sore dan akan pulang saat matahari sudah tenggelam.
"Aku akan pulang"
Suara itu membangunkan Jeno dari lamunannya, menyadari matarahi sudah tenggelam sempurna bergati dengan rembulan yang malam ini nampak sangat terang. Senyum indahnya perlahan mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING ORGANIZER [NOMIN]
FanfictionNa Jaemin dengan segala luka di hatinya memilih untuk kabur ke London, meninggalkan segala kenangan manis di setiap sudut Korea. Dengan air mata yang tak berhenti mengalir dari mata indahnya, ia berkata pada seluruh anggota keluarganya bahwa ia ingi...