Jaemin mendudukkan tubuh lemasnya di sebuah halte, hari sudah semakin sore namun pria manis itu masih tak ingin beranjak pulang. Setetes air mata kembali jatuh membasahi pipi gembilnya saat ia mengingat apa yang terjadi beberapa saat yang lalu.Jaemin tak berhenti menggerutu saat calon suami Karina tak kunjung datang. Kepalanya terasa semakin berat pun rasa mualnya semakin menjadi-jadi. Beberapa kali pria manis yang sudah terlihat pucat itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Memutuskan untuk menunggu lima menit lagi.
Lima menit kemudian Jaemin yang sudah kepalang kesal benar-benar mengemasi seluruh barangnya. Pria manis itu sempat berhenti sejenak untuk mengirim pesan kepada Jaehyun agar menjemputnya karena jujur saja ia sudah tidak kuat menahan tubuhnya sendiri. Setelah mengirim pesan, Jaemin kembali memasukkan beberapa barangnya yang masih tersisa kedalam tas.
"Jaemin-ssi"
Sebuah suara husky terdengar, menginterupsi kegiatan Jaemin. Si manis mengerutkan alis saat merasa tak sing dengan suara itu.
"Permisi, kau benar tuan Na Jaemin?" Suara itu kembali terdengar karena Jaemin tak kunjung mendongak.
pikiran Jaemin mendadak kacau, tubuhnya menengang dan dadanya bergemuruh hebat. Pria itu menggelang ribut, berusaha menghilangkan pikiran bodoh yang tiba-tiba terbesit olehnya.
Tepukan lembut di bahunya membuat si manis tersentak kecil dan berakhir mendongak untuk memastikan sesuatu. Manik coklat itu bergetar begitu bertatapan langsung dengan manik kelam pria yang sejak tadi memanggil namanya.
"Jeno-ya" lirihnya tanpa bisa di cegah.
Jaemin masih mematung bahkan saat pria yang ia panggil Jeno tadi sudah mendudukkan dirinya di kursi yang tadi dipakai Karina. Raut kebingungan tercetak jelas di wajah tampannya.
"Ah sepertinya kau sudah tau namaku. Apa kau baik-baik saja?"
Pertanyaan itu Jaemin dengar dengan sangat jelas namun tak ia jawab. Pria itu masiih bergelung dengan rasa terkejutnya dan masih menerka-nerka lelucon apa yang sedang ia hadapi kali ini.
"Jeno bagaimana bisa?" kalimat itu akhirnya lolos dari mulut Jaemin, disertai air mata yang perlahan menetes dari mata indahnya.
Pria dihadappan Jaemin terlihat kelibukan begitu menyadari apa yang terjadi.
"Kau baik-baik saja? Mari kita lanjutkan masalah ini besok jika kau sedang sakit" ucap Jeno ditengah rasa terkejut dan bingungnya.
"Masalah?"
Jeno menaikkan sebelah alisnya saat pria di hadapannya ini sepertinya tidak fokus dengan tujuan pertemuan mereka.
"Masalah pernikahan, aku Lee Jeno calon suami Yoo Karina"
Satu kalimat yang keluar dari bibir Jeno bagai panah yang menusuk tepat di jantung Jaemin. Calon suami? Jeno-nya? Kedua hal itu terus berputar di kepala kecil Jaemin.
Tapi, lebih dari pada itu, saat ini Jaemin sibuk menerka-nerka bagaimana bisa Jeno-nya yang sudah meninggal lima tahun lalu berada disini, duduk di hadapannya dan mengaku bahwa ia adalah calon suami orang lain.
Tubuh Jaemin mendingin seketika saat sadar pria tampan itu harusnya tidak disini. Apa orang ini hanya mirip dengan Jeno? Tidak, bahkan namanya juga sama. Tapi satu hal yang memukul telak hati Jaemin, Jeno di hadapannya tak mengenalinya. Jika pria dihadapannya itu benar Jeno-nya tidak mungkin pria itu hanya berdiam diri sambil menatap bingung Jaemin alih-alih membawa si manis kedalam pelukannya.
"Maaf aku harus pergi"
Setelah mengucapkan hal itu Jaemin pergi begitu saja menghiraukan teriakan Jeno yang memanggil namanya. Bahkan ia meninggalkan semua barangnya begitu saja.
---
Jaemin kembali terisak, kepalanya rasanya ingin pecah namun lebih dari itu hatinya terasa begitu sakit. Beberapa orang bahkan sudah mendekat sekedar untuk bertanya tentang keadaannya namun si manis tetap terisak tanpa menjawab pertanyaan khawatir dari orang-orang tersebut hingga ia merasakan sesuatu merengkuhnya.
"Tidak apa-apa aku disini, aku menemukanmu"
Kepala si manis mendongak, tangisnya kembali pecah saat mengetahui bahwa orang yang memeluknya adalah Jaehyun. Pria itu mengusap lembut kepala Jaemin sembari mengatakan kepada orang-orang yang tadi berkerumun bahwa ia mengenal si manis. Orang-orang itu tersenyum jenaka sebelum meninggalkan mereka berdua.
"Hyung, dia..." ucap Jaemin di sela tangisnya.
"Ssttttt, tenanglah aku disini" bisik Jaehyung sembari terus mencoba menenangkan sepupunya.
Jaehyun menundukkan kepalanya saat tak lagi mendengar suara isakan. Kepalanya bergerak, mengecup lembut dahi Jaemin bertepatan dengan sebuah mobil hitam yang berhenti di dekat mereka. Renjun keluar dari mobil tersebut dengan raut khawatirnya.
-----
Renjun tak berhenti menangis setelah mendengar cerita Jaehyun. Ia tak berhenti menyalahkan dirinya sendiri yang secara tidak langsung membuat adik kembarnya seperti ini. Tadi, sesampainya di panthouse Jaehyun langsung membaringkan Jaemin di kamar lalu menceritakan apa yang terjadi.
Jaehyun mengendarai mobilnya sedikit cepat setelah menerima pesan dari Jaemin. Ia merutuki kebodohannya yang membiarkan Jaemin menegak banyak alkohol semalam, padahal ia tau si manis memiliki toleransi rendah dengan alkohol dan kemungkinan besar akan sakit keesokan harinya. Ia dan Renjun hanya terlampau senang saat melihat jemari Jaemin yang kosong tanpa cincin yang secara tak langsung mengikat kenangan buruknya.
Jaehyun berlari kecil menuju cafe setelah memarkirkan mobilnya. Pria itu memindai setiap sudut cafe namun tak kunjung menemukan keberadaan Jaemin di sana. Akhirnya ia berinisiatif untuk menghubungi saudaranya itu untuk memastikan.
Panggilan diterima setelah dering ke dua. Jaehyun mengerutkan dahinya saat bukan suara Jaemin yang terdengar namun malah suara pria yang mengaku sebagai client Jaemin. Perasaan Jaehyun sudah tidak enak, pria itu bergegas berlari keluar cafe untuk menemui si penerima panggilan.
Tubuh Jaehyun menegang saat ia telah berdiri di hadapan seorang pria yang tengah membawa tas dan ponsel Jaemin di kedua tangannya.
"Kau yang menghubungi ponsel ini?" Tanya pria itu.
"Jeno" lirih Jaehyun
"Kau juga mengenalku? Ah apa Karina pernah bertemu denganmu juga?" Tanya Jeno keheranan.
"Apa maksudmu?"
"Perkenalkan aku Jeno calon suami Karina. tadi, saat aku datang tuan Na Jaemin juga memberiku ekpresi yang sama persis denganmu apa kalian baik-baik saja? Apa Karina mengatakan hal buruk tentangku?"
Jaehyun semakin terkejut mendengar pertanyaan Jeno. Jelas-jelas pria di hadapannya itu tak mengenal dirinya. Bukan, bukan itu yang membuat Jaehyun tercengang. Jeno harusnya tidak ada disini. Bagaimana bisa orang yang sudah meninggal kembali hidup bahkan terlihat sangat sehat.
"Dimana Jaemin?" Tanya Jaehyun akhirnya. Ia akan memikirkan masalah ini nanti. Sekarang yang terpenting adalah Jaemin.
------
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING ORGANIZER [NOMIN]
أدب الهواةNa Jaemin dengan segala luka di hatinya memilih untuk kabur ke London, meninggalkan segala kenangan manis di setiap sudut Korea. Dengan air mata yang tak berhenti mengalir dari mata indahnya, ia berkata pada seluruh anggota keluarganya bahwa ia ingi...