"Anak anak semuanya, kemarin ibu mendapat kabar dari orang tua Ananta bahwa beliau telah berpulang ke rumah tuhan," ucap guru itu membuat semua orang menegang sekaligus menangis. Terutama Rara.
Kenapa Rara masih tetap masuk sekolah? Padahal temannya sudah meninggal? Karena Rara harus tetap terlihat baik baik saja sesuai ancaman Arthur kemarin. Dan kemana mereka sekarang? Jelas. Arthur dan kakak kakaknya tidak masuk sekolah hari ini, entah karena apa aku pun tidak tau.
"Rara?" Panggil Bu Hana.
Rara mendongkak dengan mata yang sedikit berkaca kaca.
"Kamu teman dekatnya, kamu tau alasan Ananta meninggal?" Tanya Bu Hana.
Rara menunduk. Ia bingung harus menjawab apa? Ia juga gugup untuk menjawab kebenaran. Karena sahabatnya, Ananta. Kemarin di bunuh secara tragis tepat di depan matanya. Jujur saja, Rara takut sekaligus sakit harus kehilangan sahabatnya.
"S-saya enggak tau Bu, s-saya baru tau dari ibu" jawab Rara yang langsung mengeluarkan isakannya.
Bu Hana mengerti dan langsung memeluk erat tubuh Rara. Mengusap ngusap lembut rambut panjang Rara. Yang Bu Hana tau, Rara ini sahabat kecil Ananta. Jadi wajar, saat kepergian sahabatnya. Rara menangis.
"Sudah Rara sudah ya? Pulang sekolah nanti, kita semua ke rumah duka untuk melayat" ucap ibu Hana dan di angguki seluruh murid.
"Baik Buu"
•••
"Mana John sama kakak kakaknya?" Tanya pak Bara dengan suara lantang yang melihat 4 kursi di belakang kosong.
"Katanya si pak, katanya ya. Katanya sakit" jawab Alena.
"Sakit? Sakit sampe ber12? Bahkan kakak kakaknya yang di kls atas juga enggak masuk. Itu sakit atau bolos?" Tanya pak Bara sekali lagi dengan tegas.
"Mungkin acara keluarga, pak. Soalnya, tadi saya liat, mereka semua pake jas gitu kayak mau ke acara nikahan. Mungkin sodaranya ada yang mau nikah" ucap Karin.
Bohong kalau dia melihat Travis dan saudara saudaranya ke acara nikahan.
•••
"Kak Daniel" panggil remaja laki laki berambut blonde itu.
"Hm?"
"Kenapa kita enggak masuk sekolah aja? Gimana kalo mereka semua curiga sama kita?" Tanya Sam dengan penuh ke khawatiran.
Daniel menghela nafas panjang. Bagaimanapun, ini salah Arthur. Jika saja Arthur tidak melakukan pembunuhan, tidak akan seperti ini. Lihatlah, di koran, tv berita, serta saluran berita lainnya, polisi melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang pembunuhan anak kecil itu, serta pembunuhan Ananta.
"Ini salah kakakmu Arthur, Sam. Lagi pula, siapa yang nyuruh dia biar jadi semakin liar? Siapa?" Tanya Daniel dengan nada sedikit tegas.
"Kak, kalau ketauan gimana? Apa kita bakal di penjara?" Tanya Sam lagi.
Hal itu membuat Daniel mengepal kedua tangannya erat erat. Jika kalian tanya yang lain sedang apa? Yang lain sedang memberi Arthur hukuman. Kenapa mereka tidak sekolah? Dengan alasan, jika satu di antara mereka ada yang melakukan pembunuhan di depan umum. Maka, hal itu harus di terapi hukuman yang sangat berat antara dua belas bersaudara ini.
Mereka sudah terlatih sejak lahir. Siapa yang melatih mereka? Tentu saja keluarga mereka, seperti ayahnya, ibunya, bahkan paman dan saudaranya yang lain yang membantunya untuk menjadi liar seperti ini. Dulu pernah terjadi saat mereka masih kecil dan pertama kali belajar bermain tembak tembakan. Salah satu bayi mati terbunuh oleh pistol Daniel yang tepat sasaran. Hal itu membuat keluarganya bersetuju untuk mengangkat Daniel sebagai ketua untuk membimbing adik-adiknya latihan, karena Daniel yang sudah pro dalam bermain pistol. Sampai sekarang, Daniel masih menjadi pagar sekaligus pawang adik adiknya. Bukan hanya Daniel, tapi Jun juga termasuk pagar adik-adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH DENDAM [END]
Mystery / Thriller"Lanjutin hidup kalian berdua ya?" Kisah seorang 12 bersaudara yang memiliki dendam abadi terhadap seseorang yang telah membunuh kedua orang tuanya. Namun akibat sebuah dendam tersebut, membuat beberapa dari mereka kehilangan nyawa nya. Bagaimana k...