AWAL KEHIDUPAN BER11

3K 262 49
                                    

Sudah 5 bulan setelah kepergian David. Mereka kini mulai mengikhlaskan kepergian David. Kini mereka sudah kembali ke aktivitas seperti biasa. Oh iya, omong omong tentang orang yang bersangkutan di sekolah. Mereka sudah tak berurusan dengan anak anak di sekolah lagi. Tapi mereka masih sering bertemu dengan teman sekelasnya dulu. Tapi mereka tidak tau apa apa tentang kasus si 12 bersaudara ini.

Hari ini Arthur dan Kevin terlihat sudah rapi dengan jas hitam mereka. Mereka berniat ingin pergi ke pemakaman David. Karena Arthur kangen. Jujur saja, semenjak 5 bulan yang lalu, tidak ada yang bisa mengendalikan emosi Arthur selain David. Tapi sekarang? Arthur harus bisa melakukannya sendiri dan tidak terus bergantungan dengan David.

Mereka sedang dalam perjalanan. Di dalam mobil, Kevin fokus menyetir sedangkan Arthur bermain ponsel. Sepanjang jalan sangat sepi. Namun seketika, mereka melewati sekolah dimana mereka bersekolah dulu. Tapi karena kejadian pembunuhan yang Arthur lakukan waktu itu membuat mereka tidak bisa bersekolah lagi.

Arthur menatap kosong ke arah sekolah itu. Dalam hati, Arthur sangat ingin bersekolah disana lagi. Tanpa Arthur sadari, mobil mereka ternyata berhenti. Kevin sengaja memberhentikan mobilnya karena melihat Arthur yang seperti sangat ingin kembali bersekolah. Namun atensi Arthur seketika tertuju pada gadis cantik berambut panjang serta kulit putih berjalan mendekat ke arah halte bus. Arthur kenal dia. Dia adalah sahabat dari orang yang telah Arthur bunuh.

"Mau di samperin?"

Arthur menoleh ke samping, ia baru sadar kalo mobilnya sedari tadi diam dan tak bergerak. Arthur menatap lekat mata Kevin.

"Sana kalo mau di temuin. Kakak disini aja, kalo ada apa apa lari kesini" ujar Kevin.

Arthur kembali mengalihkan pandangannya pada sosok remaja perempuan tersebut.

"Kakak tau. Kamu ada rasa sama dia?" Tanya Kevin.

Sebenarnya, Kevin sangat tau kalau Arthur menyukai Rara. Sejak Ananta meninggal, biasanya Arthur tidak akan segan segan membunuh orang terdekat yang berurusan dengannya juga. Tapi anehnya, Arthur tidak melukai Rara sama sekali. Dari sana, Kevin menyadari kalau Arthur sedang jatuh cinta.

"Enggak kak, ayo ke makam kak David aja. Aku udah kangen" ucap Arthur.

Kevin menaikkan sebelah alisnya.

"Yakin?" Tanya Kevin memastikan.

Arthur mengangguk. Melihat itu, Kevin terkekeh dan langsung mengusak lembut Surai Arthur kemudian kembali menjalankan mobilnya.

•••

Sekarang, Arthur dan Kevin sudah sampai di makam David. Arthur berjongkok. Ia menaruh buket bunga mawar di atas makam itu. Arthur mengusap usap batu nisan tersebut.

"Halo, kak. Arthur datang nih. Gimana disana kak? Bahagia? Kak, gue cuman mau bilang. Maaf, mungkin ini juga gara gara gue yang terlalu liar. Gara gara gue juga Lo kayak gini." Ucapnya lirih.

Kevin masih diam menunggu Arthur untuk melanjutkan katanya.

"Kak." Arthur terdiam sejenak. Ia menunduk. Tangannya ia gunakan untuk menyeka air matanya.

"Kak gue kangen sama Lo. Gue pengen Lo balik kak. Tapi mustahil, Lo udah pergi buat selamanya ninggalin kita." Lanjutnya.

"Kak. Andai Lo enggak keluar rumah waktu itu kak. Pasti enggak akan cepet pergi kak. Kok Lo tega si kak? Kak gue kangen kak. Gue kangen." Hancur sudah pertahanan anak itu. Arthur kini menangis terisak. Kevin yang melihat itu langsung menarik Arthur ke dalam dekapannya. Memberikan elusan sayang pada Surai Arthur. Serta mengecup puncak kepala Arthur.

Entah rasanya sesak. Kenapa orang yang sudah tidak ada tidak bisa kembali? Mereka merindukan matahari mereka. Tapi sekarang? Matahari mereka tenggelam selamanya dan tidak akan pernah kembali. Rasanya sakit. Rasanya sesak sekali. Tidak bisakah, tuhan merubah takdir? Atau mengulang kehidupan ke 5 bulan lalu? Mereka ingin mengulang semuanya.

Pada akhirnya, mereka harus terbiasa hidup hanya dengan 11 orang.

•••

"TAU AH GUE NANGIS KALO GITU!"

Jayden menghela nafas panjang. Jika boleh dia ingin menjual kedua adiknya yang seperti tom and Jerry ini.

"TAPI KAK JUJU ABISIN DONAT AKU TAU ENGGAK!" Teriak si bungsu.

"Cuman donat doang aelah"

Iya Justin. Cuman donat doang. Tapi. Tidak heran, ini Justin. Justin Bieber. Enggak. Canda doang. Ehek.

Jayden menarik John untuk duduk lalu memasukan bolu ke dalam mulut John yang seketika anak itu langsung kicep sambil mengunyah kue nya. Setelah tertelan, John cengengesan.

"Hehe. Enak kak" ucapnya.

Jayden terkekeh.

"Juju kamu yang ngalah dong sama adek. Liat tuh adeknya mau nangis gitu. Yang ngalah ah" kesal Jayden.

Justin yang mendengar itu berdecak sebal. Ia memutarkan bola matanya malas laku berjalan ke dapur. Ia membuka laci dan mengambil beberapa donat yang masih tersisa lalu kembali ke John dan Jayden lagi.

"Nih!" Ketus Justin sambil memberikan donat itu.

Mata John seketika berbinar.

"WAHH donat! Makasih kak Juju! Sayang kakak!" John memeluk Justin palu berlari membawa donat tersebut ke kamarnya.

"Gitu dong, adeknya sayang sama kakak nya. Kakak nya sayang enggak?" Tanya Jayden pada Justin.

Justin mengangguk.

"Kalo kak Jay sayang aku enggak?" Tanya Justin.

"Enggak. Kakak enggak sayang kamu" jawab Jayden santai.

Senyum Justin seketika luntur mendengar jawaban Jayden. Jayden hanya terkekeh melihat perubahan raut wajah Justin.

"Bercanda. Kakak sayang. Sayang sama semua Adek kakak termasuk kak Niel juga" ucap Jayden lembut.

Justin melebarkan matanya. Sedangkan Jayden terus tertawa kecil melihat raut wajah senang dari Justin. Jayden merentangkan tangannya. Justin yang mengerti langsung berlari dan duduk tepat di pangkuan Jayden lalu memeluk erat tubuh kecil kakaknya.

"Kakak janji ya jangan ninggalin aku sama yang lain!" Ujar Justin yang masih dengan posisi memeluk Jayden.

"Iya, janji."

Justin melepas pelukannya. Ia berpindah tempat menjadi duduk di samping Jayden dengan posisi menghadap sang kakak.

"Setelah kak David. Enggak akan ada yang ninggalin kita lagi kan? Cukup kak David kak. Justin enggak mau yang lain juga kena" lirih Justin.

Jayden mengusap lembut pipi adiknya.

"Percaya sama kakak kan?"

Justin mengangguk.

"Percaya semua akan baik baik aja" ucap Jayden meyakinkan.

BRAK!

"ANJING ANAK BABI!"

"KAKAK!"

Oke. Jayden kicep kalo Justin sudah berteriak seperti ini.

"Kakak ih kaget nya kasar banget!" Bentak Justin.

Tersangka yang membuka pintu secara paksa hanya menatap tanpa dosa. Ia berjalan menghampiri Jayden dan Justin.

"Sialan! Sialan sialan." Ucap Daniel.

"Kenapa kak?" Tanya Jayden.

"Orang yang udah bikin David pergi, ternyata orang yang sama yang udah bunuh Ayah sama Bunda" jelas Daniel.

"GILAK TU ORANG. ANJING EMANG" teriak Justin.

Jayden mengepalkan tangannya erat erat.

"Gue bakal bales dendam sama dia. Nyawa, ya di bayar sama nyawa. Enak aja orang tua sama adek gua. Enak aja keluarga kita ada yang mati, dia enggak. Enggak adil." Tajam Daniel.

"Gue juga. Nyawa ya harus di bayar sama nyawa. Gue pengen, tu orang mati di depan kita." Lanjut Jayden.














































"ENGGAK MAU TAU AKU IKUT!"

TBC

SALAH DENDAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang