RARA

2.5K 233 51
                                    

Daniel mengendarai mobilnya perlahan. Namun seketika atensinya tertuju pada sosok remaja cantik berambut panjang serta berseragam dokter sedang duduk di halte bus. Mungkin tengah menunggu bus? Daniel kenal siapa dia. Oh iya. Daniel ingat satu pesan dari Arthur. Untungnya, suratnya selalu Daniel bawa kemana mana agar kalau bertemu di jalan Tidka repot repot untuk pulang dulu. Daniel melihat ke kaca mobil, ia memutar balikkan mobilnya lalu berhenti tepat di depan remaja cantik tersebut.

Sosok remaja tersebut menatap bingung mobil Daniel. Apa ini penculik? Atau? Ah mana mungkin! Namun sesaat, matanya melotot saat tau siapa yang keluar. Sosok yang dulu sahabatnya suka. Rara. Iya, nama remaja cantik tersebut Rara. Rara melotot melihat style Daniel sekarang.

Daniel sendiri tersenyum menatap Rara. Ia mendudukkan dirinya di samping Rara. Rara yang masih shock hanya bisa diam dengan mulut terbuka.

Daniel terkekeh melihat itu.

"Tutup mulutnya, kalo ada yang masuk gimana?"

Rara semakin cengo mendengar apa yang barusan Daniel katakan. Ia menatap lekat Daniel. Kenapa tampan sekali? Daniel sudah sukses?

"Masih ingat saya?" Tanya Daniel.

Rara mengangguk ragu.

"Saya juga inget sama kamu" ucap Daniel.

Daniel mengeluarkan sesuatu dari sakunya, lalu memberikannya pada Rara.

"Ini apa?" Tanya Rara sambil menerima kertas tersebut.

Daniel menghela nafas panjang.

"Surat titipan dari Arthur. Tolong di baca ya, khusus buat kamu. Saya cuman mau nyampein itu aja. Setelah ini saya banyak urusan" jelasnya.

"Maaf, kamu sudah sukses? Style kamu keren" ujar Rara di iringi cengesan.

"Saya belum sukses. Hanya meneruskan perusahaan ayah saya." Jawab Daniel.

Rara mengangguk ngangguk paham. Oh iya, soal perusahaan. Itu memang benar. Sebelumnya, ayah Daniel memiliki perusahaan di Jakarta Timur. Daniel dan saudaranya pindah ke Jakarta Selatan untuk sekolah, dan meninggalkan perusahaan itu serta menitipkannya pada orang kepercayaan keluarga mereka. Daniel yakin, orang tersebut tidak akan melakukan hal yang aneh aneh.

Dan semenjak David dan Arthur pergi. Mereka memilih untuk kembali pulang ke Jakarta timur namun membeli rumah yang baru, karena rumah lama pasti orang itu tau. Maka dari itu, Daniel memilih membeli rumah baru.

"Kenapa enggak Arthur aja yang ngasih surat ini ke aku? Kenapa harus kamu?" Tanya Rara lagi.

Daniel yang mendengar itu hanya menunduk. Ia menghela nafas panjang.

"Sebelumnya saya tanya. Apa kamu membenci saya dan adik saya karena kejadian yang Ananta alami?" Tanya Daniel balik.

"Aku paham kok. Ananta orangnya emang kayak gitu. Dan, aku udah coba lupain hal itu kok. Walau masih agak kecewa. Tapi aku maafin kalian kok. Ananta pernah bilang jangan pernah benci kalian. Jadi amanah Ananta harus aku jaga." Jelasnya.

Daniel memangut-mangut mendengar penjelasan Rara.

"Tadi aku nanya soal Arthur lho. Kenapa Arthur enggak ngasih langsung ke aku?" Tanya Rara lagi.

Daniel lagi lagi menghela nafas panjang.

"Janji jangan kaget"

Rara mengernyit.

"Dua tahun lalu pas kita di keluarin dari sekolah. Enggak lama, David, Gavin sama Sam juga Jun tinggal di apartemen kedua. Terus, Jun mampir ke rumah kita karena katanya kangen sama saya. Nah setelah itu, Jun cerita, kalo akhir akhir ini sakitnya sering kambuh sampe tengah malem dia demam tinggi."

SALAH DENDAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang