ARTHUR

3.5K 323 33
                                    

Lagi lagi dan lagi polisi menemukan kasus pembunuhan. Di taman yang sama tempat dimana Ananta di bunuh, kini terjadi lagi pembunuhan. Pembunuhan itu kini merajalela entah siapa yang berbuat. Di lihat, polisi terus menyelidiki kasus ini. Namun seketika, pandangan polisi itu tertuju pada sosok remaja laki laki yang tengah bersembunyi di balik semak semak.

Ketua polisi memberi kode dengan matanya untuk menghampiri semak semak itu.

"ANGKAT TANGAN!"

Remaja itu terkejut dan langsung mengangkat tangannya.

Arthur.

Astaga apa lagi yang dia perbuat?!

Polisi itu terkejut melihat baju Arthur yang penuh dengan darah. Sedangkan Arthur menelan ludahnya kasar. Skakmat! Kenapa dia harus ketahuan? Apalagi, dia masih memegang sebuah pisau.

"Jadi selama ini kamu pembunuh misterius itu?!" Tanya ketua polisi tegas.

Arthur menatap takut pada beberapa polisi yang mengelilinginya. Sial! Arthur kira tidak akan ketahuan. Kenapa jadi seperti ini? Sialan! Arthur, kau bodoh sekali. Payah! Arthur menatap ke arah kerumunan orang tempat ia tadi membunuh sosok anak kecil berusia 8 tahun. Arthur melihat keluarga korban berjalan menuju ke arahnya. Jantungnya berdegup kencang tak karuan. Tangannya gemetar. Keluarga korban itu semakin mendekat. Saat tiba di hadapan Arthur.

PLAK!

"GILA YA KAMU! ANAK SAYA SATU SATUNYA KAMU BUNUH APA KAMU UDAH GA WARAS?! MASIH REMAJA TERNYATA PSIKOPAT. DASAR GA PUNYA PERASAAN! GA PUNYA OTAK!! KAMU GILA!!!! KAMU GILA!!!" Teriak ibu korban histeris sambil memukul mukul Arthur.

Sedangkan Arthur? Anak itu menatap kosong ke arah kerumunan. Semua kerumunan itu menatapnya benci. Bahkan. Ada teman satu kelas Arthur yang melihat. Arthur menjatuhkan pisaunya. Tubuhnya lemas. Arthur menjatuhkan lututnya. Menatap kosong kedua tangannya. Apa yang Arthur lakukan? Apa ia akan berakhir di penjara?

"ARTHUR!"

Suara itu membuat lamunan Arthur buyar. Arthur menatap saudara saudaranya yang berlari ke arahnya dengan mata berair. Para polisi memberikan ruang untuk ke-11 saudara Arthur. Daniel memasang wajah kecewa sekaligus khawatir akan adiknya.

"K-kak? G-gue udah keterlaluan kak. G-gue bakal di penjara kak.." lirih Arthur dengan suara gemetar.

Daniel menarik tangan Arthur untuk berdiri. Tangannya ia gunakan untuk menarik kerah baju Arthur.

"APA APAAN LO HAH?! GUA UDAH BILANG CUKUP THUR!" Bentak Daniel. Yang di bentak hanya menatap kosong ke bawah.

"Lo liat sekarang. Apa yang terjadi hah?" Tanya Daniel, pelan. Namun menekan.

"Polisi thur, POLISI!!" Bentak Daniel lagi.

"Lo terobsesi akan dendam, thur. TAPI ENGGAK GINI JUGA DEK!"

Daniel melepaskan tangannya dari Kerah baju Arthur. Daniel menatap tajam Sam.

"Lo, Sam" tunjuk Daniel pada Sam yang diam dan tak bergeming sana sekali.

"Sam?" Tanya Sam pada Daniel sambil menunjuk dirinya sendiri.

"HARUSNYA LO GA NGEBIARIN KAKAK LO KELUAR DARI RUMAH SAM!" Bentak Daniel.

Sam yang di bentak hanya memejamkan matanya. Kenapa? Kenapa jadi salahnya? Sam tau dia yang membiarkan Arthur keluar dari rumah tanpa pengawasan dari mereka. Tapi apa harus? Apa harus Sam yang di salahkan?

Flashback on

Sam terlihat sedang bermain game di ruang tengah. Entah anak itu bermain game apa. Yang pasti, Sam benar benar sangat asik dengan dunia-nya sendiri. Daniel datang bersama Kevin dan Jayden. Daniel mengelus pelan Surai Sam.

"Kakak mau keluar bentar. Jagain yang lain, terutama Arthur. Inget. Jangan sampe, Arthur lepas dari pengawasan. Paham?" Jelas Daniel tajam.

Sam mengangguk lucu.

"Oke!"

Daniel tersenyum lembut mendengar respon dari adik polosnya ini. Daniel, Kevin dan Jayden langsung melenggang pergi dari sana meninggalkan Sam kembali sendiri dengan game nya.

Setelah dua jam mereka pergi. Arthur terlihat keluar dari kamarnya untuk menuju dapur. Arthur terlihat membuka kulkas. Mungkin haus, pikir Sam. Saat Sam kembali asik lagi dengan gamenya, Sam juga merasa haus. Jadi, ia memutuskan untuk beranjak dari tempatnya duduk untuk menuju dapur. Saat tiba di dapur Arthur terlihat memakai topi entah mau kemana.

"Kak mau kemana? Bukannya enggak bolehin keluar ya sama kak Daniel?" Tanya Sam polos.

"Gue cuman mau jalan jalan aja di taman. Lo diem, nanti gue bakal pulang sebelum mereka pulang. Asal Lo ga ngadu ke mereka. Kalo ngadu, gua bakal bunuh Lo. Ga peduli Lo Adek gue atau bukan." Jelas Arthur dan mengancam di akhir kalimat.

"Tapi kak--"

"Gue bilang. Biarin gue keluar."

Flashback off

Sam menunduk. Ia menyadari kesalahannya yang membiarkan Arthur keluar rumah tanpa pengawasan. Perihal dendam kenapa jadi semua orang yang jadi target untuk dia bunuh? Arthur sudah liar sekarang. Dia benar benar harus butuh pengawasan lebih.

"BODOH LO SAM! Kita udah nitipin Arthur ke Lo, TAPI LO MALAH BIARIN DIA KELUAR!" Bentak Jayden.

"Jadi kakak kok bego si? Makannya jagain kak!!" Bentak Travis.

"Kenapa jadi nyalahin gue si kak? KAK ARTHUR YANG ANCEM GUE KALO GUE GA NGEBIARIN DIA KELUAR!! LO SEMUA MAU GUA DI BUNUH KAK ARTHUR? ATAU EMANG KALIAN EMANG BERHARAP GITU CUMAN KARENA AKU ANAK ANEH?!" Bentak Sam balik.

David tidak menyangka dengan respon adik polosnya yang sekarang di bentak. Sebenarnya apa salah Sam?

"DANIEL, JAYDEN, TRAVIS UDAHHH!!" Bentak Gavin.

"Lo semua sadar ga si? Arthur yang udah liat dan bukan salah Sam! Tanya langsung sama orangnya, jangan maen bentak Adek Lo, Niel. Apa apaan si Lo ini hah?! Dimana rasa sayang Lo? Bukannya gue udah bilang ya sama Lo, kalo Sam, BUKAN ANAK YANG GA BISA DIANDELIN. JUSTRU SAM ANAKNYA PENURUT! Mikir pake otak! Lo, Niel. HARUSNYA JADI KAKAK ITU HARUS BISA BERTANGGUNG JAWAB DAN BISA NGEDIDIK DENGAN BAIK BAHKAN GA SALAH DALAM AMBIL KEPUTUSAN!" Emosi Gavin memuncak.

"Niel, Jay, vis." Panggil David pelan namun dapat membuat mereka takut.

"INTINYA SEMUA BEGO!" Putus David.

"Cukup kalian bertengkar. Sodara Arthur, mari ikut kami kekantor polisi"

•••

Disini sekarang. Daniel dan adik adiknya berada di rumah mereka. Daniel sedang berusaha menenangkan dirinya bersama Jayden, juga Travis. Sedangkan Sam? Dia berada di kamarnya di temani Gavin, David dan juga Jun. Sisanya semuanya berada di ruang tengah.

Sam terlihat murung. Entah kenapa hatinya sakit saat ia menerima bentakan dari Daniel, Jayden dan Travis. Seumur umur. Ini kali pertama Sam mendapat bentakan dari saudara saudaranya. Jika kalian bertanya, memangnya kenapa Sam diam saat di bentak bahkan terlihat murung? Jawabannya adalah. Sam, adalah anak spesial yang terlahir prematur. Maka dari itu, keluarganya bahkan seluruhnya tidak pernah membentak Sam sama sekali. Justru Sam, mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang lebih dari orang tuanya bahkan saudara saudaranya.

"Sam?" Panggil Jun memastikan.

"Ini salah gue ya kak? Salah gue yang udah ngebiarin kak Arthur keluar sendiri tanpa pengawasan. Sekarang, jadi gini kan?" Lirihnya pelan namun masih dapat Jun, David dan Gavin dengar.

"Sam, dengerin kakak." Tutur Gavin sambil memegang kedua bahu Sam.

"Kak Daniel emang kayak gitu, jadi ga heran kalo dia marah pelampiasannya salah satu dari kita. Oke?" Jelas Gavin berusaha meyakinkan.

"Tapi kak, ini kali pertama Sam di bentak sama kak Niel, kak Jay, sama Travis. Sakit kak" lirih Sam lagi.

"Kak Daniel ke kantor polisi sama yang lain ngurus Arthur. Gue di suruh di rumah sama kalian" ucap seseorang yang baru memasuki kamar Sam.

"Ky. Lo ga ikut kenapa? Kenapa cuman mereka berenam?" Tanya David.

"Kak Daniel, mau gantiin Arthur di penjara."

TBC

SALAH DENDAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang