PULANG

3.1K 272 77
                                    

Daniel merahasiakan kepergian David dari semua orang. Daniel hanya ingin mengabulkan keinginan David untuk merahasiakan pemakamannya dan bahkan, hanya dia dan adik adiknya saja yang akan mengurus pemakaman David. Disini, Tiga bungsu menangis meraung Raung. Pasalnya, tiga bungsu ini sangat dekat dengan David. Ketika mereka marah, atau diposisi sedih, ngambek. Hanya David yang bisa meluluhkan mereka. Tapi sekarang? David nya sudah pergi. Tidak ada lagi yang akan mengajak mereka bermain. Mengajarkan mereka sesuatu yang menarik. Disini, Sam juga menangis histeris dalam pelukan Gavin. Gavin dan yang lain hanya bisa menatap kosong makam yang bertuliskan nama saudara tersayang mereka. 

Percayalah. David Arkanta kini sudah berpulang kepangkuan tuhan. Jayden berjongkok. Ia mengusap usap nisan yang bertuliskan nama adiknya tersebut. Jayden tersenyum tipis, ia menatap saudara saudara yang lainnya. Tatapan mereka kosong, dan para bungsu menangis. Jayden berdiri. Ia menghampiri Jun yang sedang diam di samping Gavin.

"K-kak demam Sam makin tinggi kak!" Pekik Gavin.

Sontak mereka langsung menghampiri Sam. Namun..

"KAK JUN YA TUHAN!" Kevin menahan tubuh Jun yang jatuh. Jun pingsan.

"K-kak Jun juga demam lagi" lirih Kevin.

Mereka tanpa ba-bi-bu langsung bergegas membawa keduanya masuk kedalam mobil. Mereka melakukan kecepatan mobilnya di atas rata rata. Lebih terkejutnya lagi, Jun mengalami kejang hebat di dalam mobil tepatnya di pangkuan Kevin. Begitu pula dengan Sam di mobil kedua. Anak itu juga mengalami mimisan dam mulut yang mengeluarkan banyak busa. Tepatnya. Sam berada di pangkuan Jayden.

•••

Daniel tak henti mondar mandir di depan ruang operasi bersama Jayden. Dokter bilang, David mengalami pendarahan di kepalanya juga ada sedikit luka dalam sampai harus menjalani operasi secepatnta. Detik itu juga, Daniel membiarkan dokter untuk mengoperasi David saat itu juga. Daniel tidak suka menunda. Ia ingin adiknya sehat kembali. Daniel ingin melihat senyum David kembali. Daniel rasanya panik, Daniel tidak ingin adiknya kenapa Napa. Jayden yang melihat Daniel terus mondar mandir langsung menahan tubuh itu dan memeluknya. Jayden terus membisikkan beberapa kata penenang di telinga Daniel. Setelahnya, Daniel sudah tenang. Dia sekarang sudah anteng duduk, hingga sang dokter keluar ruangan dan membuat mereka kembali berdiri.

"Gimana dok?" Tanya Daniel. Jayden yang paham langsung memegang kedua pundak Daniel.

"Syukurlah, operasinya berjalan dengan lancar. Namun saat ini, keadaan pasien masih lemah. Ada kemungkinan, pasien mengalami koma. Kami belum bisa menjamin kapan pasien sadar. Yang pasti, jangan meninggalkan pasien sendiri ketika sudah di pindahkan ke ruang rawat biasa, dan tetap jaga pasien. Takut terjadi sesuatu" jelas dokter tersebut.

Daniel dan Jayden mengangguk.

"Terima kasih ya dok"

Dokter itu mengangguk. Namun seketika, atensinya tertuju pada pintu ruang operasi yang terbuka lebar menampilkan brankar yang di dorong keluar. Jayden dan Daniel melemas ketika melihat wajah tampan nan pucat adiknya itu tertutup masker oksigen, serta tubuhnya yang terpasang beberapa alat. Jayden meringis melihat keadaan adiknya saat ini. Daniel berjalan pelan menghampiri brankar itu. Ia mengecup sayang kening David.

"Cepet bangun malaikat kecil kakak. Kita nunggu Adek bangun." Ucap Daniel lirih sambil mengelus elus punggung tangan David yang tak tertancap infus.

Setelah berbicara tersebut, dokter mengangguk dan langsung mendorong brankar tersebut untuk di pindahkan ke ruang rawat. Setelah tiba di ruang rawat. Dokter tadi pamit bersama beberapa perawat. Kini hanya sisa Jayden dan Daniel di ruangan tersebut. Jam menunjukkan pukul 4 pagi. Daniel menatap lekat wajah damai adiknya ketika memejamkan matanya.

SALAH DENDAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang