2: Arkello Sanjaya

1.1K 306 33
                                    

Kello terus menghubungi nomor Neva namun tidak juga mendapatkan respon. Segera pemuda itu meminjam ponsel pada maminya untuk menghubungi Neva.

"Ternyata benar nomor aku diblokir sama dia. Neva, berani-beraninya kamu memblokir nomor aku."

Kello  bergumam dengan kesal kemudian berusaha untuk menghubungi Neva menggunakan ponsel milik Maminya.

Deringnya memang tersambung, namun sayang sekali telepon dari nomor maminya juga tidak diangkat. Mungkin Neva sudah tahu jika yang menghubungi adalah dirinya dan bukan maminya.

"Berantem lagi sama pacar kamu itu? Makanya, Kello, jangan buat anak orang kesal. Kamu sendiri yang rugi pada akhirnya."

Nia berkacak pinggang sambil menatap anaknya yang sejak tadi mondar-mandir berusaha untuk menghubungi nomor Neva.

"Tadi aku lagi mau jemput dia, Mi. Terus, Silvi mau numpang dengan mobil aku. Makanya aku antar dulu dia sebentar sebelum jemput Neva. Kalau aku jemput Neva bareng sama Silvi, bisa-bisa Neva marah sama aku," ujar Kello  tidak berbohong. "Terus, enggak sengaja Neva mergoki aku lagi naik mobil bareng Silvi. Aduh, gimana, nih, Mi?"

Pemuda itu menatap melas pada maminya berusaha untuk mencari solusi agar Neva tidak marah lagi padanya.

"No comment, itu mah derita kamu." Nia mengangkat bahunya dengan acuh. "Lagian kamu udah punya pacar masih aja mau deket-deket sama perempuan lain. Mami doain semoga aja Neva ada yang dekati supaya kamu tahu rasanya jadi dia seperti apa."

Kello langsung memasang wajah cemberut dan menduduki dirinya dengan kesal di sofa.

"Mami kenapa ngomong yang enggak-enggak 'sih? Nanti kalau kejadian beneran bagaimana? Ucapan Mami 'kan kadang dikabulkan."

Kello tidak berbohong karena kadang ucapan maminya menjadi kenyataan.  Contohnya saja, beberapa waktu yang lalu saat dia keluar malam, maminya mengatakan untuk jangan keluar takut terjadi sesuatu. Namun, Kello  tidak mendengarkannya dan justru tetap keluar malam untuk bertemu dengan teman-temannya. Sayangnya, saat di pertengahan jalan, ia justru hampir mengalami kecelakaan. Beruntung ia hanya jatuh dari motor dan selamat dari tabrakan truk yang melaju dengan oleng.

Sejak itu Kello mensugestikan dirinya sendiri kalau apapun yang diucapkan oleh maminya bisa jadi kenyataan.

"Mami cuma ngomong fakta, kok. Kasihan tahu anak orang kalau kamu permainkan seperti ini."

"Mempermainkan bagaimana? Aku ini serius dengan Neva, Mi. Buktinya aku sudah memikirkan mengumpulkan uang untuk masa depan kami. Aku juga enggak mungkin mau terus-terusan main seperti ini. Tapi 'kan aku mau puas-puasin masa mudaku, supaya pas aku udah menikah nanti,  aku enggak kepingin lagi untuk main-main."

Nia menggelengkan kepala dengan jalan pikiran putranya. "Kamu mau puas-puasin masa muda kamu tapi dengan jaminan kamu kehilangan Neva? Oh, Kello, anak mami ini memang paling pintar."

Sekali lagi Nia menggelengkan kepalanya dan berbalik pergi. Meladeni putranya berbincang tidak akan ada habisnya. Lebih baik ia mengalah dan kembali ke kamarnya sambil menunggu suaminya datang.

Sementara kedua putrinya mungkin sudah terlelap karena hari memang sudah malam.

Keesokan pagi, seperti janji Neva pada Andre kemarin sore yang ingin menumpang kendaraan Andre. Gadis itu segera pergi ke rumah samping untuk menjemput Andre yang akan membawanya.

Kebetulan Andre juga bekerja di perusahaan milik  papanya Kello hingga keduanya bisa pulang dan pergi bersama.

"Tan, Bang Andre-nya udah siap?"

Neva menyapa tante Indri yang merupakan mamanya Andre. Wanita itu sedang menyapu halaman depan rumahnya, menyingkirkan daun-daun yang jatuh.

"Sebentar lagi mungkin udah siap, Nev. Kamu enggak masuk dulu? Biar bisa sarapan bareng sama Abang kamu."

"Aku enggak lapar, Tan. Nanti aja kalau udah tiba di kantor." Neva tersenyum dan dengan santai mengambil posisi duduk di lantai teras rumah Andre.

"Duduk aja di kursi, Nev. Lantainya masih dingin."

"Enggak apa-apa, Tante. Aku di sini aja."

Tante Indri menganggukkan kepalanya kemudian melanjutkan kembali tugas menyapu halaman depan rumahnya.

Tak lama kemudian sosok Andre muncul dengan motor ninja miliknya. Pria itu memanaskan motornya sebentar, kemudian melaju ke arah di mana Neva sudah berdiri dari tempatnya.

"Mau berangkat sekarang?"

"Iya, Bang. Males kali aku kalau nanti Kello bakalan datang ke sini."

Andre menganggukkan kepalanya kemudian menyalakan kendaraannya setelah pamit pada ibunya.

Sedangkan Neva yang mengenakan celana panjang langsung duduk di belakang Andre dan memegang ransel hitam yang tergantung di punggung pria itu.

Motor kemudian melaju pergi meninggalkan halaman depan rumah Andre. Bertepatan dengan itu sebuah mobil berpapasan dengan mereka.

Siapa lagi pemilik mobil tersebut jika bukan Kello yang langsung membelalakkan matanya saat melihat Neva diboncengi oleh seorang pria.

Segera, pemuda itu langsung mencari arah untuk memutar mobilnya. Setelah berhasil memutar mobilnya, Kello dengan kecepatannya langsung menyusul untuk mengejar Neva yang sudah naik motor.

Sadar dengan kehadiran Kello di belakangnya, membuat Neva mendekatkan dirinya pada Andre.

"Bang, itu ada mobil Kello di belakang. Dia mengejar kita."

Andre membuka kaca helmnya kemudian menoleh. "Kamu bilang apa tadi?"

Kembali Neva mengulangi apa yang diucapkan, membuat Andre kembali bertanya.

"Kamu mau naik mobil sama dia atau kita ngebut?"

"Ngebut!"

Andre menutup kaca helmnya kemudian fokus pada jalanan di depannya dan semakin menambah laju kecepatan kendaraannya membelah jalanan kota yang sudah mulai padat.

Sementara di belakang mereka, Kello tidak berhenti untuk memaki karena ia tidak berhasil untuk menangkap Neva yang naik motor bersama laki-laki lain.

"Neva." Kello menyebutkan satu nama sang kekasih dengan amarah yang menumpuk di hatinya.

Balikan, Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang