5: Andre

941 243 24
                                    

Neva menatap pada layar ponselnya dengan tenang, sementara Kello duduk tepat di sebelahnya dengan memperhatikan ia memainkan ponselnya.

Fokus pemuda itu hanya menatap pada layar ponsel Neva, memastikan jika gadisnya tidak sedang ber-chatting riang dengan pemuda lain.

Keduanya sudah berada di cafe dengan Kello tentunya yang menjemput Neva terlebih dahulu di kontrakan gadis itu.

Ketenangan Kello mulai terusik ketika ada pesan masuk di ponsel Neva yang terlihat di layar.

Di kontak tersebut tertulis nama 'Bang Andre' yang sudah cukup dikenal oleh Kello sebagai tetangga di mana tempat Neva mengontrak.

"Apa isi pesannya?" Kello merebut paksa ponsel di tangan Neva kemudian membuka pesan chat yang dikirim oleh Andre pada kekasihnya.

"Nev, kamu tadi pulang duluan? Abang kira kamu tadi belum pulang, makanya Abang cari di divisi tempat kamu kerja," tulis Andre, yang dibaca oleh Kello.

Melihat bagaimana kekasihnya merebut ponselnya dengan paksa, tentu saja Neva tidak terima. Gadis cantik itu kembali merebut ponselnya dari tangan Kello sembari memelototinya.

"Kamu apaan 'sih, Kell? Ganggu privasi aku aja tahu enggak?"

"Kamu yang apa-apaan. Kenapa Andre itu masih chat kamu? Terus buat apa juga dia nyari kamu tadi?" Kello menatap Neva tidak terima. "Lagian kita berdua ini pacaran. Enggak perlu sok-sokan privasi segala."

"Enak aja enggak perlu privasi segala. Iya kali semua kehidupan aku harus kamu tahu," sungut Neva, membalas pesan chat dari Andre. "Lagi pula, aku memang sering nebeng sama Bang Andre kalau kamu lagi sibuk dengan teman-teman kamu itu. Salah?"

"Jelas aja salah, Nev. Kamu itu pacar aku. Enggak seharusnya kamu berangkat atau jalan nebeng dengan orang lain."

"Lah, kamu aja dekat dengan orang lain bisa, kenapa aku enggak bisa?"

"Aku 'kan laki-laki."

"Terus karena kamu laki-laki dan aku perempuan, aku enggak bisa begitu bertingkah seperti kamu? Oh, tidak bisa, Kello. Kalau kamu bisa dekat dengan perempuan lain atau bahkan mengabaikan aku demi teman-teman kamu, aku juga bisa melakukannya." Neva meletakkan ponselnya setelah selesai membalas pesan dari Andre. "Lagian kamu ini memangnya enggak bosen apa nongkrong terus dan menghabiskan waktu bareng teman-teman kamu itu? Kamu itu sudah dewasa, Kello. Kita ini udah lulus kuliah. Harusnya fokus ke tujuan awal kita, bukannya mau leha-leha terus main-main dengan teman-teman kamu yang pengangguran itu."

"Mereka bukan pengangguran, Nev. Cuma mereka belum dapat pekerjaan aja." Kello membela teman-temannya itu, membuat Neva menggelengkan kepalanya.

"Daripada menghabiskan waktu dengan nongkrong-nongkrong mendingan cari kerja," timpalnya.

"Mereka udah usaha kok cari kerja. Cuma namanya cari kerja 'kan susah. Aku udah menawarkan kerja di perusahaan papa tapi mereka menolak karena enggak enak hati."

"Kell, kamu masih mau ribut di sini dan membela mereka?" Neva menatap sengit pada Kello. "Kalau begitu, mendingan aku pulang aja."

Gadis cantik itu sudah bersiap untuk mengambil tas dan ponselnya yang ada di atas meja yang segera ditahan oleh Kello.

"Jangan, Nev. Oke, kita enggak usah bahas mereka."

Kello menatap melas pada kekasihnya yang sudah bersiap untuk pulang. Menjalin hubungan dengan Neva memang seperti naik roller coaster. Kekasihnya ini memang gampang emosi dan moody.

"Pacar aku cantik banget sih kalau rambutnya diikat seperti ini." Kello mulai mengeluarkan jurus rayuannya sambil mengusap kepala Neva dengan sayang. "Kamu pakai skin care apa makanya kulit wajah kamu putih dan halus?"

"Memangnya sejak kapan kamu melihat aku pakai skin care, Kello?" Neva memutar bola matanya. "Kalau mau bujuk rayu aku itu cari tahu dulu dan ingat-ingat apa pernah pacar kamu ini pakai skin care."

Kello menelan ludahnya dan kembali memaki dirinya sendiri di dalam hati karena ia salah ambil topik pembicaraan. Memang benar kalau berhadapan dengan singa betina nomor 2 ini, ia harus menyetok kesabaran sebanyak mungkin.

Perasaan maminya yang dijuluki sebagai Ratu singa di rumah tidak seperti Neva yang selalu mencak-mencak. Apalagi soal mencari kesalahannya, pacarnya ini paling juara.

"Kamu masih pakai shampo merk lama?" Kali ini Kello mengalihkan pembicaraannya ke arah lain, berharap kalau Neva akan menjawabnya dengan cara yang baik-baik.

"Nah, kamu baru mengabaikan aku 1 tahun ini dan udah lupa kebiasaan aku. Sampai shampo yang aku pakai sehari-hari aja kamu bahkan lupa," sahut Neva menggelengkan kepalanya. Benar-benar kesal dengan Kello yang dianggap tidak bisa mencari topik pembicaraan.

Kello akhirnya menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menatap Neva kesal.

"Aku harus bicara apa lagi supaya kamu enggak marah? Perasaan apa aja yang aku omongin kamu selalu emosi."

Neva menunduk dan menyeruput jus di dalam gelasnya. "Soalnya lihat wajah kamu itu bawaanya emosi terus."

"Terus apa yang enggak bikin kamu emosi, dong?" tanya Kello menatap kekasihnya melas.

"Mana aku tahu. Masa iya kamu bisa menyenangkan teman-teman kamu dengan topik yang sok asik. Sementara aku yang pacar kamu enggak bisa kamu senangi."

Kello akhirnya meluruskan tubuhnya ke depan dan menyeruput minuman di dalam gelasnya.

Apapun yang ia ucapkan pasti bakalan salah di mata sang kekasih yang masih dalam mood marah. Kalau bisa mengulang waktu tentu saja Kello lebih baik menolak permintaan Silvi yang mengantarnya pulang daripada harus berhadapan dengan singa nomor 2 ini.

Balikan, Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang