17

405 61 5
                                    

Neva menelan ludahnya menatap pada Kello yang berdiri dengan wajah dingin.

"Pasti salah lagi gue," gumam Neva. Gadis itu segera menghampiri Kello dan berdiri di hadapan pemuda itu. "Kamu kenapa pasang wajah cemberut seperti ini? Kamu nggak bisa menyalahkan aku karena ini juga salah kamu. Coba aja kalau kamu nggak tiba-tiba pergi ninggalin aku tadi, aku nggak mungkin berangkat bareng Bang Andre," ujar Neva.

"Terus karena aku ninggalin kamu tadi, kamu bisa seenaknya pergi dengan laki-laki itu? Kamu memang nggak ada usaha untuk naik ojol ataupun taksi apa?"

Neva mengangkat bahunya  menatap Kello. "Kalau bisa nebeng dan gratis kenapa harus bayar? Lagian aku kebetulan aja ketemu dengan Bang Andre waktu aku lagi mau keluar dari gang."

"Kamu memang nggak ngerti perasaan aku, Nev. Jujur aja aku benar-benar kecewa dengan sikap kamu yang kayak gini. Kamu pikir aku nggak akan cemburu apa kamu pergi dengan cowok lain? Masalah tadi malam belum kelar dan kamu sudah bikin masalah lagi pagi ini. Udahlah, aku males ribut sama kamu karena ini masih pagi."

Kello pergi masuk ke dalam kantor meninggalkan Neva yang berdiri di tempat.

"Salah lagi. Udah jelas salah dia yang ninggalin gue," gerutu Sasa.

"Ngapain lo pagi-pagi di sini? Ubah profesi lo jadi satpam?" tegur Ana. Gadis cantik itu juga baru saja tiba dan melihat pemandangan di depan lobby di mana Neva berdiri seperti orang linglung.

Menoleh ke sumber suara, Neva mendengus. "Ribut gue mbak sama Kello. Ngambek lagi itu cowok."

"Oh? Ngambek kenapa lagi? Pusing lama-lama gue lihat lo berdua. Kalau nggak lo yang ngambek, ya pasti si Kello."

"Yah, namanya juga hubungan. Tapi, kali ini memang salah gue  'sih. Soalnya tadi malam gue lupa pamit sama Kello kalau gue bakalan nemenin Bang Andre buat cari kado. Terus, handphone gue juga lowbat," ujar Neva sambil melangkah. Tentunya diikuti oleh Ana yang juga ikut penasaran dengan cerita keduanya.

"Terus?"

"Nggak tahu siapa yang kasih tahu Kello tentang gue yang jalan sama Bang Andre. Tadi bahkan Kello datang ke kontrakan gue dan marah-marah waktu gue mau berangkat kerja. Eh, dia bahkan ninggalin gue, nggak ingat apa kalau gue juga mau nebeng mobil dia sekalian?" Neva memasang raut wajah cemberut. "Kebetulan Bang Andre lewat dan gue nebeng dong. Toh, kantor di tempat Bang Andre kerja juga di sebelah tower kita. Nggak begitu jauh."

"Bentar, memangnya lo beli kado buat siapa?"

Segera Neva memutar bola matanya. "Kan, tadi gue udah bilang kalau gue cuma nemenin Bang Andre aja."

"Oh. Memangnya si Andre-Andre itu beli kado untuk siapa?"

"Iya buat pacarnya lah. Berhubung gue cewek dan ukuran badan pacarnya sama kayak gue, makanya diajak gue sekalian juga buat traktir gue jajan."

"Kello nggak tahu kalau Andre itu udah punya pacar?"

"Udah pernah gue kasih tahu dan dia nggak percaya. Dia pikir kalau gue ini udah cantik banget apa sampai banyak orang yang naksir sama gue. Memang 'sih orang cemburu itu nggak pandang bulu."

Keduanya kemudian melangkah masuk ke dalam lift bersama beberapa karyawan lain sambil terus bercerita dengan suara pelan tentunya.

Neva merasa bersalah akan permasalahan yang terjadi pada Kello. Gadis cantik itu tentu saja akan melakukan berbagai macam cara agar Kello tidak lagi marah padanya.

Maka dari itu saat jam makan siang sudah berlangsung, gadis cantik itu segera pergi menuju lantai tempat di mana ruangan Kello berada. Namun, Neva justru menemukan kekecewaan ketika tiba di cubicle Kello, ternyata tempatnya sudah kosong.

"Nyari Kello, Nev? Dia udah pergi tadi. Kalau nggak salah mau ikut dengan Bu manager buat meeting di luar."

Neva menoleh menatap Billy yang baru saja kembali dengan membawa Tumblr yang diduga berisi kopi, mencium dari aromanya dari jarak jauh seperti ini.

"Kello pergi dengan Bu manager? Dari jam berapa memangnya, Bang?"

"Jam 11 tadi kalau nggak salah." Billy meletakkan tumblrnya di atas meja dan beralih menatap serius pada Neva. "Kalian lagi ada masalah?"

Mulut Neva bergerak tanpa suara ketika ditanya seperti ini oleh Billy. Ini menandakan jika mulut pacarnya itu pasti sudah bercerita yang tidak-tidak pada temannya.

"Kello nggak ada cerita apa-apa sama gue, tenang aja. Tapi, melihat dia yang cemberut sepanjang waktu, terus lo yang tiba-tiba datang ke sini, gue bisa tebak kalau kalian memang lagi ada masalah. Siapa yang nggak hafal dengan hubungan kalian berdua?" Billy mengangkat bahunya menatap pada Neva. "Selesaikan dengan kepala dingin. Kalau  kalian berdua lagi sama-sama panas, mendingan kalian berdua diam-diam dulu buat menenangkan diri. Daripada nanti memaksa kalau lagi sama-sama panas nanti berakhir nggak baik."

Saran dari Billy tentu saja mendapat anggukan dan senyum dari Neva.

"Thanks, Bang, atas sarannya. Masalah ini memang salah di gue, makanya itu gue datang ke sini cuma mau minta maaf aja. Nggak tahunya Kello justru nggak ada di sini."

"Iya. Mungkin nanti dia bakalan balik lagi. Ada titip pesan buat dia?"

Neva menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, Bang. Nanti gue aja yang ngabarin dia. Kalau begitu gue pamit dulu, Bang. Sekali lagi terima kasih."

Neva melemparkan senyumnya pada Billy kemudian segera pergi dari hadapan pemuda itu.

Tujuan Neva langsung pergi ke kantin karena perutnya sudah agak lapar dan perlu diisi untuk amunisi ketika berhadapan dengan pacarnya itu nanti.

Balikan, Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang