11: Silvi

908 233 16
                                    

"Lana, udahan, dong, pilih snacknya. Memangnya kamu enggak capek apa dari tadi keliling-keliling terus? Itu troli kamu udah hampir penuh."

Kello menatap nelangsa pada troli yang sedang didorong oleh Alana.

Ukuran troli tersebut setinggi dagu Alana. Anehnya, adik bungsunya itu mampu mendorong troli tersebut berkeliling sambil memilih cemilan yang menurutnya sangat enak.

Alana tidak membiarkannya sama sekali untuk menyentuh troli karena takut dirinya akan memindahkan beberapa snack yang sudah berada di dalam troli.

"Kalau urusan cemilan seperti ini, aku enggak capek. Jadi, Bangke tenang aja enggak perlu khawatir kalau aku bakalan kecapean," sahut Alana, menatap pada kakaknya.

"Abang enggak peduli kalau kamu mau capek atau enggak. Abang itu lebih peduli kalau kamu menguras habis dompet Abang."

Kello bergumam, namun anehnya Alana masih bisa mendengar.

"Bangke jangan seperti orang miskin gitu deh. Uang Bangke banyak. Tadi pagi aku dengar kalau Bangke dapat transferan dari mami."

Alana kemudian memasukkan wafer dalam kotak yang sudah ia baca varian rasanya.

"Kamu dengar? Tapi, itu jatah bulanan Abang."

Alana mengangkat bahunya tidak peduli. Gadis cantik itu kemudian mendorong trolinya menuju rak tempat susu terjajar rapi.

"Eh, Kello, kamu di sini juga? Belanja dengan siapa?"

Kello menoleh ketika mendengar suara yang tidak asing menyapa indera pendengarannya. Pemuda itu melempar senyum pada sosok Silvi yang sepertinya juga tengah berbelanja melihat dari troli yang didorong oleh gadis itu.

"Iya, nih. Lagi nemenin Alana dan Alea belanja. Lo lagi belanja bulanan juga?"

"Iya, Kell. Biasa kebutuhan di rumah. Aku disuruh mama buat belanja. Sebenarnya tadi mau berangkat bareng mama, cuma Mama kebetulan kedatangan tamu," jawab Silvi. Tidak lupa gadis itu juga melempar senyum pada Kello dan kemudian tatapannya beralih pada sosok Alana yang kini sudah menoleh menatap mereka. "Hei, Alana, apa kabar?"

Alana meletakkan kotak susu kemudian membalas uluran tangan Silvi dan mencium tangan gadis itu.

"Aku baik, Kak." Gadis kecil itu membalas dengan senyum manis.

"Imut banget adik kamu, Kell. Sopan dan ramah lagi," tutur Silvi, menatap pada Kello.

"Iya. Memang udah diajarin sama Mami untuk bersikap sopan kalau ada orang yang menyapa." Kello mengusap kepala Alana. "Belanjanya udah belum?"

"Kenapa Bangke pengen banget cepat-cepat pulang? Bangke udah ada janjian dengan Kak Neva?" Alana mendongakkan kepalanya menatap pada sang kakak dengan mata polosnya. "Kenapa tadi enggak ajak Kak Neva aja sekalian biar Bangke enggak cepet-cepat mau pulang."

"Abang tadi udah ketemu dengan Kak Neva. Jadi, malam ini enggak ketemu lagi. Abang udah lelah, Alana," ucap Kello gemas.

Tidak peka sekali Alana jika ia ingin cepat-cepat pulang, batin Kello menggerutu.

"Ya udah kalau begitu, aku pilih susu lagi. Kalau susu sudah selesai, kita pulang," sahut Alana mengalah.

Kello menganggukkan kepalanya dengan ekspresi lega yang terlihat jelas dari wajahnya.

"Alana memang suka pilih-pilih sendiri belanjaannya?" Silvi menoleh dan tersenyum menatap pada Kello yang melangkah bersama menuju rak untuk cemilan.

"Iya. Baik Alana maupun Alea punya pilihan mereka masing-masing." Kello menjawab dengan santai. "Lo udah hampir selesai belanjanya?"

"Iya. Tinggal bayar lagi aja di kasir. Bareng aja sekalian, enggak apa-apa 'kan?"

Kello mengangguk sebagai tanggapan.

Tak lama kemudian terlihat sosok Alea yang mendorong troli miliknya ke arah mereka.

Langkah kaki Kello tertahan kala melihat tumpukan buku di bagian bawah dan ditimbun dengan berbagai jenis cemilan favorit Alea.

Tanpa sadar, telapak tangan pemuda itu menyentuh saku celananya. Pada akhirnya, baik Alana maupun Alea sepertinya sudah kompak untuk menguras habis isi kantongnya.

"Alea dari belanja apa aja?" Silvi bertanya dengan nada ramah menatap Alea yang kini sudah berdiri di hadapan mereka.

"Enggak lihat?" Gadis kecil itu menunjuk trolinya yang hampir penuh dengan gerakan bibir, membuat Silvi tersenyum canggung.

"Banyak juga belanjaan Alea. Alea suka baca buku-buku?"

Alea mengangguk sebagai respon. Tatapan gadis kecil itu kemudian beralih pada sosok kembarannya yang kini sedang melangkah ke arah mereka.

"Kakak belanja buku-buku lagi? Buku-buku Kakak udah menumpuk di rumah," komentar Alana pada Kakak kembarnya.

"Suka aja." Jawaban singkat dari Alea ditanggapi dengan anggukkan kepala oleh Alana.

Mereka kemudian pergi menuju kasir dan menyusun satu persatu baik cemilan maupun buku yang dibeli Alana maupun Alea.

Kebetulan saat ini mereka sedang antre hingga Silvi mencari kesempatan untuk mengobrol dengan Kello terlebih dahulu.

Posisi keduanya yang berdekatan tentu saja membuat beberapa orang yang berada di sekitar kasir menatap pada keduanya.

Baik Kello maupun Silvi sama-sama mendengar apa yang dikomentari orang-orang tentang betapa cocoknya mereka berdua sebagai sepasang kekasih.

"Itu mungkin adiknya si cowok. Ya ampun, keren banget cewek itu bisa akrab dan belanja bareng adik-adiknya si cowok."

Bisikan terdengar tak jauh dari posisi mereka berada, membuat Silvi menundukkan kepalanya, sementara Kello bersikap acuh. Sayangnya, hal itu tidak terjadi pada Alana.

"Bangke ini memang kakak aku. Tapi kakak Silvi ini bukan pacarnya Bangke. Pacarnya Bangke itu Kakak Neva. Nah, Kakak Neva-nya lagi enggak ada di sini," jelas gadis kecil itu tanpa diminta.

Sementara di sebelahnya, Alea menganggukkan kepalanya, mengiyakan apa yang diucapkan oleh sang adik.

Orang-orang yang tadinya berkomentar tentang betapa cocoknya Kello dan Silvi akhirnya mengalihkan perhatian mereka ke arah lain.

Membayar semua belanjaan milik Alana maupun Alea, akhirnya Kello membawa kedua adiknya pulang dan berpisah dengan Silvi di parkiran mobil.

Rasa-rasanya Kello tidak membuat masalah dengan Alana maupun Alea. Namun, entah mengapa Kello merasa jika kedua adiknya ini memiliki dendam dengan cara menguras dompetnya habis-habisan.


Balikan, Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang