Senyum semringah menghiasi wajah tampan Kello saat melangkah masuk ke dalam rumahnya. Maklum saja, saat ini pemuda itu sedang merasa bahagia karena ia tidak terlibat konflik dengan Neva hari ini.
Sepertinya ia memang harus menjauhi teman-temannya itu. Kalau dipikir lagi, semakin sering ia berhubungan dengan teman-temannya, semakin sering pula ia bertengkar dengan Neva.
Kello melewati ruang tamu rumahnya yang saat ini sedang ramai.
Ternyata ada teman-teman maminya yang sedang berkumpul, membuat Kello mau tak mau menghampiri mereka kemudian menyalami mereka satu-persatu sebagai bentuk sopan santun yang sudah diajarkan oleh maminya.
"Kello makin besar makin ganteng, ya, Jeng Nia. Kira-kira jeng Nia mau enggak besanan dengan saya?"
Wanita dengan penampilan glamour dan wangi parfum yang menyebar ke seluruh ruangan, menatap Nia dengan kedipan sebelah mata, memberi kode agar setuju mau menjodohkan anak mereka.
Nia yang sadar akan situasi tertawa. "Iya, Mbak. Kello memang makin besar makin ganteng. Sayang aja, gantengnya Kello ini udah ada yang punya."
Wanita bernama Aminah itu memasang ekspresi terkejut.
"Oh, Kello udah punya pacar ternyata. Pacarnya orang mana, Kell?" Aminah menatap Kello dengan sedikit kekecewaan yang dilihat dari raut wajahnya.
"Orang sini juga, Tante," jawab pemuda itu dengan senyum manisnya.
"Oh, sayang sekali. Niatnya Tante pengen jodohin kamu dengan anak tante."
"Iya, Mbak Aminah. Kello udah pacaran dari SMA, lho, sama pacarnya. Iya bukan 'sih, Kell? Takutnya mami salah ingat," sahut Nia menatap pada putranya.
"Iya, Mi. Udah hampir 7 tahun aku pacaran dengan Neva." Kello menjawab dengan jujur. "Kalau begitu, mami, tante, aku balik ke kamar dulu. Mau mandi soalnya, gerah habis pulang dari kantor."
Nia menganggukkan kepalanya begitu juga dengan Aminah dan beberapa wanita lainnya.
Setelah masuk ke dalam kamarnya, Kello tidak langsung mandi melainkan mendudukkan dirinya terlebih dahulu di sofa dalam kamarnya.
Pemuda itu mengeluarkan ponsel dari dalam tas ransel yang ia kenakan, kemudian mendial nomor Neva.
"Halo, Sayang. Aku baru aja sampai di rumah," kata Kello pada Neva.
"Iya? Kalau baru aja sampai di rumah, kenapa kamu enggak mandi dulu, Kello? Kenapa pakai telepon aku segala?"
"Memangnya kenapa kalau aku telepon kamu sekarang? Memangnya enggak boleh?"
"Bukannya enggak boleh. Jorok aja kamu pulang kerja bukannya langsung mandi dan bersih-bersih tapi duduk-duduk santai dulu. Kello, kamu itu bawa kuman dari luar." Suara Neva terdengar gemas di ujung telepon. "Ya udah, sekarang kamu mandi dulu. Habis mandi telepon aku lagi."
"Kamu memangnya udah mandi?" tanya Kello.
"Belum," jawab Neva santai.
"Terus sekarang kamu lagi ngapain?"
"Rebahanlah. Memangnya mau ngapain lagi?"
"Tadi kamu bilang aku yang jorok dan bawa kuman dari luar. Tapi, kamu sendiri juga jorok. Bukannya pulang langsung mandi tapi kamu rebahan dulu. Ingat, Neva, kamu itu bawa kuman dari luar. Apalagi sampai rebahan di atas tempat tidur," tutur Kello mengomeli kekasihnya.
"Iya-iya. Ini juga aku lagi mau mandi. Ya udah, tutup dulu teleponnya nanti telepon lagi."
"Iya, Sayang."
Sambungan telepon kemudian dimatikan dan Kello langsung bergegas mengambil handuk untuk membersihkan diri di dalam kamar mandi.
Tak lama setelah pemuda itu masuk ke dalam kamar mandi, pintu kamarnya kembali dibuka dan masuk 2 sosok gadis kecil dengan wajah yang hampir serupa.
Mereka adalah Alea dan juga Alana yang bertugas untuk menginvasi kamar Kello.
Alea naik ke atas kursi di mana buku pelajaran dan juga laptop milik sang kakak terpajang dengan apik di atas meja belajar.
Sementara Alana sendiri sudah menyetel musik dari speaker yang dinyalakan oleh gadis kecil itu.
Musik rock menjadi pembukaan ketika Alana berhasil menyambungkan bluetooth ke speaker milik sang kakak. Tentunya menggunakan ponsel milik Kello di mana kata sandi milik kakaknya itu sudah dihafal oleh Alana di luar kepala.
Musik rock yang tidak dikenal oleh Alana itu mampu membuat gadis itu berjoget di atas tempat tidur sang Kakak sambil memperagakan ia memainkan gitar.
Alea yang melihat adiknya hanya menggelengkan kepalanya. Tidak mengerti apa yang bisa membuat adiknya begitu heboh.
Gadis kecil itu kemudian mulai mengoperasikan laptop milik sang kakak dan melihat-lihat isi dalam laptop, yang siapa tahu bisa menemukan sesuatu yang menyenangkan baginya.
Tak lama setelah itu pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok Kello yang baru saja selesai mandi. Bahkan, handuk putih masih tersampir di pundak pemuda itu.
"Ya ampun, Alana, matikan musiknya!" Kello berteriak menghampiri adiknya yang masih berada di atas tempat tidurnya. Sayangnya, Alana tidak menyadari keberadaan sang kakak.
Merasa gemas karena adiknya tidak mendengarkan apa yang diucapkannya, Kello kemudian mematikan speaker yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya, membuat Alana menoleh dan menatap pada kakaknya yang sedang berkacak pinggang.
"Bangke! Abang baru selesai mandi?" Alana bertanya dengan raut wajah polos, tidak peduli dengan sang kakak yang sudah memelototinya.
"Menurut kamu, Abang keluar dari kamar mandi pakai celana boxer tanpa baju dan handuk di pundak, itu habis dari ngapain?"
"Jualan siomay. Kan, mamang mamang siomay juga sering keliling pakai celana pendek dan handuk di pundak," jawab Alana polos.
Kello berdecak kemudian menyuruh Alana untuk turun dari tempat tidurnya yang langsung dituruti oleh gadis kecil itu.
"Turun."
"Dasar Bangke pelit." Alana menjulurkan lidahnya pada Kello.
"Oh, Abang pelit? Padahal Abang lagi mau ajak kalian untuk makan es krim nanti malam."
Bola mata Alana langsung berbinar ketika mendengar kata es krim keluar dari mulut kakaknya. Begitu juga dengan Alea yang semulanya lebih fokus pada laptop kini beralih pada kakaknya.
"Oke. Nanti malam kita berangkat beli es krim." Gadis kecil dengan raut wajah datar itu turun dari kursinya kemudian menarik Alana. "Kita keluar sekarang. Biarin Bangke ganti pakaian dulu sebelum bawa kita pergi beli es."
Alea menarik adiknya untuk keluar dari kamar Kello meninggalkan pemuda itu yang terbengong dengan reaksi Alea.
Padahal tadi ia tidak serius untuk mengajak mereka berdua makan es krim di luar. Tapi, mengapa tanggapan Alea seperti tidak bisa ditarik kembali ucapannya? Batin Kello bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balikan, Yuk!
RomanceNeva dan Arkello sudah pacaran sejak berada di kelas 12 SMA. Hubungan mereka mulai meregang dan sering terjadi perdebatan semenjak Neva dan Kello sama-sama menjadi anak magang di perusahaan milik papanya Kello. Hal ini disebabkan karena Kello yang s...