18

861 83 9
                                    

Kello saat ini sedang berada di sebuah rumah sakit menunggu kabar dari dokter yang sedang menangani Silvi.

Pemuda itu tidak sendiri karena ada Jodi, Erwin, dan juga Riko yang mendapat kabar dari mamanya Silvi jika Silvi ditemukan dalam kondisi berdarah di pergelangan tangannya.

"Ini semua gara-gara tante yang nggak bisa mempertahankan rumah tangga tante. Seharusnya Silvi bisa berpikir panjang dan nggak memikirkan untuk bunuh diri. Padahal hidupnya masih sangat panjang."

Wanita bernama Sinta itu merenung terduduk di lantai, bersandar pada tembok di belakangnya. Sinta sendiri adalah ibu kandung dari Silvi yang saat itu menemukan kondisi putrinya hampir saja kehilangan banyak darah andai saja ia tidak membuka paksa pintu kamarnya.

Erwin yang berada di dekat Sinta membantu wanita itu untuk berdiri. "Silvi pasti baik-baik saja, Tante. Tante yang tenang. Saat ini yang dibutuhkan Silvi adalah support, bukan tangisan kita."

Pemuda itu menggenggam tangan Shinta menatapnya dengan sedih.

Silvi adalah teman mereka yang selalu tampil lemah lembut sehingga membuat mereka memiliki perasaan untuk melindunginya. Tidak disangka saja Silvi akan nekat untuk mengakhiri hidupnya setelah mengetahui jika kedua orang tuanya akan bercerai.

Tak lama kemudian terlihat pintu ruang tempat di mana Silvi berada terbuka menampilkan sosok seorang dokter yang baru saja selesai menangani gadis itu.

"Bagaimana kondisi teman kami, Dok?" Riko menghampiri dokter dan bertanya dengan raut wajah cemas.

"Syukurlah teman kalian dibawa tepat waktu. Jika tidak, kemungkinan nyawanya tidak bisa diselamatkan. Sepertinya pasien mengalami depresi. Harap untuk teman dan anggota keluarga selalu mensupportnya dan memberikan semangat agar dia tidak terlalu terpuruk." Dokter wanita itu berkata menatap mereka sebelum akhirnya menjelaskan dengan rinci kondisi Silvi. Baru kemudian Dokter wanita itu berbalik pergi karena ada pasien lain yang perlu ditangani.

"Boleh masuk tapi jangan mengganggu waktu tidur pasien sebelum pasien bangun sendiri." Suster berkata pada mereka yang bertanya apakah diperbolehkan masuk atau tidak.

Mereka semua melangkah masuk dengan Sinta yang langsung menghampiri putrinya.

Kello juga ikut masuk dan berdiri di sisi lain samping tempat tidur Silvi. Dia harus izin dulu pada manajernya saat mendapat telepon dari Erwin jika Silvi bunuh diri dan dibawa ke rumah sakit.

Maka dari itu ia langsung bergegas ke rumah sakit tanpa mengikuti manajernya kembali ke kantor.

"Silvi, kamu jangan tinggalin Mama, Nak. Mama tidak tahu mau sama siapa lagi kalau kamu tidak ada di dunia ini.  Hanya kamu satu-satunya harapan Mama untuk bertahan hidup. Kalau kamu memilih pergi, lebih baik Mama ikut kamu juga, Nak." Tangis Sinta langsung pecah sambil memeluk tangan putrinya yang masih belum sadarkan diri.

"Tante yang sabar. Kami sebagai teman-temannya Silvi pasti akan mendukungnya dan berjanji akan menjaga serta melindungi dia." Jodi menepuk pelan pundak mamanya Silvi yang sudah dianggap seperti mama sendiri.

Pemuda itu juga tidak pernah menyangka jika teman mereka memiliki masalah yang tidak diceritakan pada mereka sehingga membuat mereka tidak tahu apa-apa tentang hal yang terjadi di kediaman Silvi.

Sementara ayah dari gadis itu sendiri tidak pernah terlihat dari tadi yang membuat mereka berpikir jika ayahnya Silvi tidak peduli lagi pada Silvi dan juga mamanya.

Baik Erwin maupun Riko juga menganggukkan kepala mereka dan berjanji untuk menjaga dan melindungi Silvi.

Sementara Kello hanya terdiam karena ia tidak bisa berjanji untuk menjaga dan melindungi temannya itu mengingat Jika ia sudah memiliki kekasih.

Kello memutuskan untuk pulang ke rumah setelah menjelang sore dan sampai detik ini juga ia tidak menghubungi Neva lagi karena nomornya pun sudah tidak aktif sejak tadi.

Kello masih merasa marah dan kesal dengan sikap Neva. Lebih lagi ia terus di kompor teman-temannya, hingga membuatnya semakin menimbun rasa kesal pada Neva.

Gadis itu bahkan tidak berusaha untuk mencari keberadaannya. Terbukti ia di rumah dan sampai malam seperti ini Neva tidak muncul juga di rumahnya.

Keesokan harinya Kello berangkat ke kantor seperti biasa. Nomornya sudah aktif dan ada banyak sekali pesan masuk dari Neva namun diabaikan olehnya.

Saat melewati lobi, gadis itu tiba-tiba sudah berada tepat di hadapannya, menghalanginya yang akan masuk ke dalam lift.

"Kell, aku mau bicara sama kamu."

Neva  menarik pergelangan tangan Kello, namun pemuda itu tetap diam di tempat dengan keras kepala dan tidak mau bergerak sedikitpun dari tarikan Neva.

"Kamu mau bicara apa lagi? Aku nggak mau bicara sama kamu dulu."

"Kell, kamu jangan kayak gini dong. Kita 'kan bisa selesaikan masalah kita secara baik-baik. Bukan diam-diaman kayak gini aja. Memangnya kamu mau masalah kita bakalan semakin lama?" Neva mengalah dan melepaskan tautan tangannya dari pergelangan tangan Kello seraya menatap pemuda itu dengan kesal. "Kenapa dari kemarin nomor kamu nggak bisa dihubungi? Aku chat juga kamu nggak bales sama sekali."

"Aku sibuk,"  jawab Kello singkat.

"Memangnya kamu sibuk ngapain? Cuma balas pesan aku doang aja kamu bilang kamu sibuk? Kemarin kata Bang Billy kamu pergi meeting dengan Bu manager tapi sampai sore aku cari kamu nggak ada tuh. Ke mana aja kamu pergi?"

"Bukan urusan kamu kemanapun aku pergi."

Kello menyahut dengan ketus kemudian segera berbalik pergi meninggalkan Neva yang merenggut kesal dengan sikap Kello.

"Oke, fine. Kalau kamu mau marah ya udah marah aja. Terserah kamu mau ngapain. Aku juga udah nggak mau lagi peduli sama kamu."

Neva berkata dengan suara keras kemudian segera pergi menuju kantin untuk mengisi perutnya. Pagi-pagi sekali ia udah berangkat ke kantor untuk bertemu dengan Kello dan dengan sengaja menunggu di lobby. Tapi, sikap Kello yang seperti ini justru membuat Neva akhirnya menyerah dan tidak mau lagi peduli.

Dari kemarin ia kepikiran tentang keberadaan Kello, tapi pemuda itu juga tidak peduli dengan kekhawatirannya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Balikan, Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang