7: Hasutan

845 258 22
                                    

Saat ini Kello dan teman-temannya sudah duduk di salah satu cafe yang berada tak jauh dari kantor.

Pemuda itu mendapat telepon dari teman-temannya yang mengajak untuk bertemu ketika jam istirahat kantor tiba.

Sebenarnya Kello tidak mau bertemu dengan mereka namun bujuk rayu mereka akhirnya membuat pemuda itu kini duduk bersama ketiga pemuda lainnya.

"Lo enggak pikir-pikir ulang untuk mempertahankan pacar lo itu, Kell? Dia belum jadi istri lo aja, udah berani mengekang dan melarang lo untuk berteman dengan kami." Erwin  berucap seraya menatap Kello.  "Kita masih muda, man. Ya kali, kita harus hidup dalam aturan perempuan. Kalau gue jadi lo, udah lama gue putusin cewek kayak Neva. Di luaran sana banyak perempuan yang jauh lebih cantik dan pastinya bukan orang yang suka cemburuan macam Neva," tambahnya, menghasut Kello.

"Gue cinta dengan Neva dan enggak akan bisa gue tinggalin dia," kata Kello tegas.

"Terus maksudnya lo mau hidup dalam pengekangan dia? Kalau gue selama masih bujang, gue mau hidup bebas. Enggak akan mau kalau gue dikekang," timpal Erwin lagi.

"Iya, Kell. Kalau gue lihat-lihat sepertinya Neva itu enggak suka banget kalau kita kumpul. Heran gue sama itu cewek, enggak ada manis dan anggunnya seperti Silvi." Kali ini Riko menimpali dengan santai.  Sementara Jodi yang duduk di antara mereka hanya menganggukkan kepala saja setuju dengan ucapan kedua sahabatnya.

"Kalian bertiga ke sini ngajak gue untuk bahas tentang cewek gue?" Kello menatap ketiganya dengan tenang. "Mau kalian bilang apapun tentang cewek gue, gue enggak akan pernah meninggalkan dia. Sampai kapanpun."

"Bukan begitu, Kell. Kami cuma kasihan aja sama lo. Masa depan lo itu masih panjang. Masa iya, apa-apa harus dengar omongan cewek dulu," timpal Jodi menatap Kello.

"Iya, enggak apa-apa. Lagi pula, Neva enggak seburuk yang kalian pikirkan." Kello tentu saja masih membela kekasihnya, membuat teman-temannya mendengus.

Tak tahan berada di dekat mereka yang terus membahas soal Neva, pemuda itu kemudian pamit pada teman-temannya dengan alasan jika ia masih memiliki pekerjaan yang tidak bisa ditunda lagi.

Saat melangkah keluar dari kafe, ia melihat Neva juga yang akan menyeberang jalan menuju kantor.

"Sayang!" Tanpa malu, Kello berteriak memanggil Neva hingga membuat beberapa orang menoleh menatap padanya.

Neva yang baru saja keluar dari restoran untuk membeli makan siang, menoleh menatap pada sang kekasih.

"Kamu dari nongkrong lagi?" 

Saat Kello berdiri di hadapannya, tatapan Neva kemudian beralih pada beberapa pemuda yang bisa ia lihat dari pinggir jalan. Mereka adalah teman-teman  Kello yang juga tengah menatap ke arahnya.

"Iya. Cuma sebentar aja, kok. Habis itu aku langsung keluar. Kalau kamu enggak percaya, bisa tanya sama Billy."

Billy adalah rekan kerja Kello yang sudah dekat dengannya di kantor.

Meskipun papanya adalah pemilik perusahaan, Kello tidak langsung menempati posisi dengan jabatan yang tinggi. Pemuda itu memulai karirnya dari bawah sebagai staf biasa.

"Dengar, ya, Kell. Aku itu bukannya melarang kamu untuk berteman. Aku cuma minta sama kamu untuk cari teman-teman yang memang bawa pengaruh positif ke kamu. Kalau pekerjaan teman-teman kamu cuma nongkrong dan main-main aja selama 7 hari dalam seminggu, itu enggak baik juga." Neva menatap Kello tegas. "Kamu boleh kok kalau mau nongkrong. Enggak ada larangannya juga. Cuma 'kan harus dipikirin. Enggak mesti setiap hari dan setiap malam."

Gadis cantik itu dengan santai menyeberang jalan diikuti oleh Kello yang menganggukkan kepalanya mendengar apapun yang diucapkan oleh sang kekasih.

"Iya, Sayang. Sekarang ini aku udah berpikir supaya enggak menghabiskan waktuku terus-terusan untuk nongkrong." Pemuda itu merangkul pundak Neva. "Nanti aku bakalan banyak menghabiskan waktu sama kamu, deh."

"Aku minta sama kamu untuk berhenti nongkrong-nongkrong enggak jelas itu, bukan berarti aku mau sama kamu terus. Tapi, cari hal positif yang bermanfaat. Kalau kamu terus-terusan sama aku, entah pagi, siang, dan malam, aku juga bakalan eneg."

"Yah, serba salah berarti."

"Masa depan kamu memang masih panjang, Kell. Tapi, manfaatin sebaik-baiknya. Lihat, teman-teman kamu itu contohnya. Sekarang usia kalian itu udah 23 tahun, udah waktunya memikirkan masa depan enggak cuma main-main aja. Jangan jadi beban keluarga."

"Iya, Sayang."

Kalau sudah mengomel seperti ini Neva jadi mirip seperti maminya di rumah.

Meskipun Kello kadang bersikap manja pada maminya, namun ketika ia membuat kesalahan, rentetan omelan akan didengar selama waktu maminya masih dalam mood yang tidak baik.

"Kamu tadi udah makan siang belum?" Neva menatap Kello  yang terus melangkah di sampingnya.

"Belum. Tadinya aku mau ajak kamu makan siang,  tapi Riko udah telepon aku duluan."

"Oh, ya udah kalau begitu kamu makan bareng kami aja. Tapi, satu porsi kita bagi dua. Soalnya aku cuma beli 3 porsi makanan aja. Duanya punya Mbak Ana dan juga Mbak Nat," timpal Neva, yang tentu saja disetujui Kello.

Keduanya kemudian melangkah menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai di mana Neva bekerja. Sementara Kello sendiri berada di lantai yang berbeda dengan tempat Neva.

Keduanya memang sengaja dipisahkan oleh Bima karena takut Kello tidak fokus bekerja.

Balikan, Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang