3: Ngambek

995 262 19
                                    

Neva segera turun dan merapikan rambutnya yang memang tidak mengenakan helm.

"Kamu mendingan beli helm lain aja, Nev. Biar kalau kamu nebeng-nebeng sama Abang, kamu bisa pakai helm sendiri. Abang cuma punya helm satu aja," kata Andre seraya menatap Neva.

"Iya, Bang. Nantilah aku beli helm kalau udah gajian. Tanggal tua seperti ini aku enggak boleh boros."  Neva tersenyum menatap Andre.

"Ya udah, kamu masuk duluan, gih. Abang lagi mau nyari kopi bentar."

"Lho, memangnya abang enggak ngopi dulu di rumah?"

Andre menggelengkan kepalanya dan menjawab, "abang bangunnya agak telat makanya enggak sempat mengopi dulu."

Saat keduanya sedang berbicara, mobil yang dikendarai Kello tiba. Melihat mobil tersebut, Neva memutar bola matanya kemudian langsung berbalik pergi.

Pagi-pagi sekali ia malas jika harus berdebat dengan Kello yang pasti akan merusak moodnya.

"Neva, tunggu aku dulu. Kita berdua belum selesai bicara."

"Mau ngomong apa lagi? Aku enggak mau ngomong sama kamu. Pergi sana. Hus, hus, hus," usir Neva pada Kello.

"Nev, kamu jangan seperti ini. Kemarin aku itu udah mau pulang dan jemput kamu. Tapi, Silvi justru minta antar pulang sama aku. Makanya aku antar dia duluan sebelum jemput kamu."

Neva yang sudah marah karena Kello terlambat menjemputnya langsung berkacak pinggang di hadapan pemuda itu.

"Oh, berarti kamu memprioritaskan teman kamu itu daripada aku yang pacar kamu? Kello, di mana-mana orang itu lebih memprioritaskan pasangannya daripada temannya. Mau tahu kenapa?" Neva melotot menatap Kello. "Karena yang menemani kamu tidur, menemani kamu makan, yang ada waktu kamu sakit, itu pasangan kamu bukan teman kamu. Kalau lagi pacaran aja kamu enggak memprioritaskan aku, apalagi kalau udah jadi istri kamu."

Neva langsung berbalik pergi meninggalkan Kello yang tercengang mendengar apa yang diucapkan oleh Neva.

"Nev, aku minta maaf, ya? Kamu mau 'kan maafin aku? Aku tahu aku salah dan aku enggak akan mengulanginya lagi. Aku janji."

"Janji kamu itu seperti anggota nganu, Kell. Ditelan enggak bisa, dilepeh enggak bisa,  dan cuma bisa didengarkan tanpa harus dirasakan."

Neva mendengus dan melewati lobby kantor kemudian menuju lantai di mana tempatnya bekerja sambil terus diikuti oleh Kello yang terus mendesak agar ia mau memaafkan pemuda itu.

"Gue enggak mau memaafkan elo, Kello. Bisa diam enggak? Lo selalu aja buat masalah dan salah. Terus lo minta maaf dan bakalan mengulanginya lagi." Kali ini Neva sudah berada di puncak kesabaran. Perempuan itu melotot menatap pada Kello. "Ibarat makanan yang udah beberapa hari, lo tahu, lo itu basi yang sampai buat gue muak. Sana pergi lo!"

Neva dengan amarah yang sedang memuncak segera mendorong Kello menjauh darinya. Tidak peduli jika saat ini ia sudah ditatap oleh banyak pasang mata.

Pertengkaran mereka tidak lebih karena dari beberapa teman Kello yang dirasa oleh Neva berusaha untuk menjauhkan pemuda itu darinya. Sudah hampir satu tahun ini, Neva merasa hubungannya dengan Kello sudah tidak seharmonis awal-awal mereka pacaran sampai akhirnya Kello bertemu dengan teman-teman barunya setahun belakangan.

"Nev," panggil Kello dengan suara lirihnya.

Pemuda itu menatap kekasihnya dengan melas berharap Neva mau memaafkannya. Namun, bukannya mau memaafkan kekasihnya, Neva justru berbalik pergi menuju meja kubikel tempatnya berada.

"Kenapa lo pagi-pagi udah emosi begitu? Keriput di usia dini, tahu rasa lo." Ana menoleh menatap pada rekan kerjanya itu.

"Pusing aku, Mbak. Pagi-pagi sekali Kello udah bikin aku darah tinggi." Neva menyampaikan keluhannya pada Ana. Ditatapnya Kello yang sudah pergi menjauh dengan punggung lemas.

"Risiko lo mau pacaran sama anak mami," sahut Ana santai. "Terima aja nasibnya."

"Iya, Nev. Bagaimanapun 'kan kamu harus menerima pasangan kamu." Kali ini Nat ikut angkat bicara.

"Kalau kekurangan yang lain aku masih bisa terima, Mbak. Aku enggak akan terima kalau dia lebih memprioritaskan teman-temannya daripada aku. Kalau lagi satu atau dua kali masih bisa diwajarkan. Tapi, ini udah keseringan. Aku enggak terima," tandas Neva, dengan wajah merenggut.

"Selesaikan dulu masalah kalian itu secara baik-baik. Mbak kasihan tadi melihat Kello. Tampangnya itu udah melas banget," kata Nat pada Neva.

"Memang dianya aja yang suka mendramatisir keadaan, Mbak. Belum juga Mbak dengar kalau dia udah merengek."

Nat mengangkat bahunya mendengar jawaban acuh dari Neva. Selama beberapa waktu bergabung dengan perusahaan, Nat sudah memperhatikan kalau memang Kello sedikit kekanakan dan manja. Sementara Neva sendiri adalah orang yang keras dan gampang emosian. Anehnya, keduanya bisa bertahan begitu lama seperti ini.

Neva memfokuskan dirinya pada pekerjaan daripada memikirkan Kello yang pasti sebentar lagi akan muncul di hadapannya.

Benar saja, belum genap 1 jam, Kello sudah muncul kembali dengan es krim yang  ada di tangannya.

Neva melirik pada Nat yang kebetulan juga menatap ke arahnya. "Apa juga aku bilang, Mbak. Muncul lagi dianya," timpal Neva pada Nat.

"Sayang, aku bawa es krim buat kamu. Ini es krim vanila dan coklat, yang aku yakin pasti bisa bikin mood kamu membaik." Wadah besar berisi es krim diserahkan pada Neva dengan senyum manis yang menghiasi wajah Kello.

"Ini masih pagi, Kello."

"Iya enggak apa-apa, dong. Kamu enggak akan sakit kok kalau makan es krim dari pagi."

Akhirnya meski dengan wajah cemberut dan tidak rela, Neva menghabiskan satu cup wadah es krim yang membuat Kello tersenyum semeringah karena dengan Neva menerima es krim pemberiannya, itu pertanda jika kekasihnya itu sudah memaafkan dirinya.



Balikan, Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang