Sudah jalan seminggu terjadi kebisuan diantara mereka bertiga. (Y/n) dengan Nanami dan Gojo saling tak tahu menahu bagaimana mengawalinya. Apalagi (Y/n), ia mencap dirinya sendiri sebagai orang bodoh selama ini.
Suara ketukan pintu mengusik kegiatan menonton (Y/n) di dalam kamarnya. Ia mendecih kesal lalu dengan sangat terpaksa hendak membukakan pintunya.
"Hai." Sapa Nanami kegugupan.
Cahaya wajah yang dulunya (Y/n) tampilkan, kini ia melempar tatapan tak suka pada pria pirang itu. "Ada apa? Aku sibuk." Balasnya ketus.
"Maaf mengganggumu. Aku bawa makanan, bisa kita makan bersama di dalam?" Nanami menyodorkan sekantung plastik sedang berisi makanan cepat saji di dalamnya.
"Tadinya aku mau mengajakmu keluar. Tapi, kupikir kau sedang tidak mau diluar. Jadi aku kesini." Lanjut Nanami.
(Y/n) menatap mentah-mentah sekantung plastik dihadapannya. Ia lalu berbalik dan berjalan masuk, "Tutup pintunya."
Nanami Kento masuk dengan perasaan senang, raga langsung bersemangat. Ditutupnya pintu, Nanami dapat mencium aroma stroberi siempunya ruangan. Aroma yang masih tetap sama di (Y/n) saat menyatakan perasaan padanya.
Ini dia aroma favoritku.
Ruangan kamar apartemen (Y/n) dilihat-lihat Nanami tiap sudutnya. Sebuah ruangan berukuran sedang yang sangat rapi dan harum. Ini pertama kalinya Nanami masuk.
(Y/n) pun langsung sigap menyiapkan makanan. Mempersilahkan Nanami bergabung di meja makan mini miliknya. Makan makanan dengan kebisuan. (Y/n) tentulah hatinya masih panas.
"Apa enak?" Tanya Nanami membuka suara.
"Ya." Jawab (Y/n) tanpa membalas tatapan pria di depannya itu.
Nanami menghela nafasnya lelah. Sudah susah memulainya. Ia lalu melanjutkan kegiatan makannya dengan sedu hati.
Usai acara makan malam mereka berdua, (Y/n) langsung berkata, "Sudah siap. Kau bisa pergi sekarang."
Nanami pun membalas menatap dalam netra indah violet milik (Y/n). "Aku masih ingin disini."
(Y/n) tertawa remeh, "Kenapa ini sekarang? Keadaannya berbalik? Sekarang jadi kau yang yang terlihat mengejar-ngejarku."
"Biar kubantu kau mencuci piringnya." Nanami mengalihkan pembicaraan.
••••
(Y/n) menatap keheranan pada Nanami yang dengan entengnya mendekatinya sampai ke atas tempat tidur king size miliknya.
Nanami mendaratkan bokongnya di bibir ranjang, dengan mukanya yang menatapi suka ke (Y/n). Sedang si jelita memilih tak memperdulikannya, fokus mengamati film dilayar laptopnya.
"Maaf baru mengatakannya sekarang. Aku...juga mencintaimu, (Y/n)." Kata Nanami penuh perasaan.
(Y/n) mempause filmnya, ia lalu hanya berdiam diri tak mau menatap Nanami Kento disana. "Sudahlah itu. Aku sudah selesai dengan semua ini." Ucap (Y/n) pelan.
Kemudian Nanami semakin mendekatkan dirinya pada si jelita. Lalu dengan cepat menarik tengkuk (Y/n), memberikan ciuman dengan lumatan bibir yang mendalam penuh rasa.
"Ughkk..." (Y/n) memukul-mukul dada bidang Nanami, meminta putuskan tautan mereka.
Tak memperdulikannya, Nanami semakin menjadi-jadi beradu lidah dengan (Y/n). Menjelaskan indera pendengarannya menangkap segala suara desahan (Y/n) ditengah-tengah serangannya.
Tahu keduanya memerlukan oksigen, Nanami menarik kembali wajah tampannya. Tampak benang saliva diantara bibir manis mereka berdua disana. Dengan (Y/n) yang terengah-engah menarik nafsu Nanami.
"Tch!" (Y/n) mengusap kasar bibirnya, lalu mendorong keras Nanami sampai pria itu jatuh tergeletak dari atas ranjang ke lantai.
"Bisakah kau berhenti?!! Aku sudah muak denganmu! Kau pikir aku ini apa bagimu?! Setelah kau mencampakkanku, dan sekarang kau mendekatiku?! AKU BENCI PADAMU!"
Nanami menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tidak...bukan seperti itu, (Y/n)."
"Lalu seperti apa maksudmu!"
Nanami Kento pun melepaskan kacamatanya lalu meletakkannya di atas nakas. Dirinya bangkit dan kembali ke bibir tempat tidur. Hendak berucap namun terhenti, dilihatnya (Y/n) menangis dengan kedua matanya yang sudah memerah disana.
"Aku...bohong jika aku bilang kalau aku tidak mencintaimu, bodoh." Kata (Y/n) disela-sela segukan tangisnya.
"Aku juga mencintaimu." Balas Nanami cepat.
Detik selanjutnya sang jelita mengusap kasar air matanya. Mengontrol emosinya supaya tak meledak lagi. Pelan-pelan netra violetnya diarahkannya kepada Nanami. (Y/n) mencoba 'tuk menyetujui maksudnya Nanami. Mengawalinya kembali.
"Jangan menatapi seseorang yang sebentar lagi akan mati seperti itu." Kata (Y/n) membuang pandangannya.
"Berapa umurmu?"
"Bulan april tahun depan aku genap dua puluh tahun."
Tak menghiraukannya, Nanami lantas menampilkan senyuman di wajahnya disana.
"Kalau begitu aku hanya punya waktu 6 bulan lagi."Kemudian (Y/n) mengambil tindakan dengan ragu-ragu. Melakukan hal yang sama seperti Nanami lakukan tadi. Ia mendekat pada Nanami, perlahan tapi pasti bibir mereka berdua disatukannya kembali. Kali ini lebih lembut.
Saling mengecap manisnya lidah yang beradu di dalam. Menciptakan kembali benang saliva diantaranya. Lalu sang jelita pun beralih turun, pun mengecap rasa kulit leher Nanami juga disana.
"Ngghh..." Suara desahan Nanami keluarkan, menjadi candu bagi (Y/n) 'tuk bergerak lebih menguasainya.
Sesekali menggigit kecil, membuat lenguhan si pria pirang itu semakin menjadi-jadi keenakan. Tak mau kalah, Nanami menjulurkan tangannya, meraih dua gundukan daging kembar dan memerasnya gemas.
"Mmhh..." (Y/n) menghentikan kegiatan memberi kissmark pada Nanami di lehernya. Sentuhan kedua telapak tangan kekarnya Nanami memberi rangsangan besar padanya.
Nanami pun jadi bernafsu tinggi. Lumatan bibir terjadi lagi dibuatnya. Dengan satu tangannya lagi meraba-raba manja di atas perut datarnya (Y/n). Bak sengatan listrik, (Y/n) melenguh keenakan juga disana. Bagian inti bawahnya sudah basah. Tubuhnya meminta lebih lagi.
Kehabisan nafas, Nanami menarik wajahnya. Menatap wajah sayu rayunya (Y/n), membuat celananya semakin terasa ketat. Sesak pun dirasa. Nanami bergerak bangkit berdiri tepat di depannya (Y/n). Menarik kebawah resleting celananya, dengan tak sabaran mengeluarkan penis besarnya disana.
B-besar sekali. Itu tidak akan muat.
"Anghh..." Nanami menggesek-gesek penisnya di pipi (Y/n). Peluhnya membasahi dahi, sudah diambang batasnya.
Hap
Mulut kecilnya (Y/n) melahap batang perkasa itu. Masih mendapat bagian kepalanya saja sudah membuatnya sesak. Nanami menggeram nikmat. Memberi waktu sejenak untuk jelita mengenali bentuknya, lalu mendorong keras menusuk mendalam. Panjangnya hingga ke tenggorokan.
"Ukhh!..."
"Aahh!..."
Memaju mundurkan pinggulnya, Nanami mengocok penisnya di dalam mulut (Y/n) dengan kenikmatan. Tak berselang lama, Nanami sampai di puncaknya. Klimaks dengan cairan spermanya yang banyak.
"Ahh...mmhhh..." Desah Nanami terus. Ditariknya kembali penisnya keluar, menampakkan penuhnya mulut (Y/n) dengan cairan milik Nanami disana.
Biji klitoris (Y/n) menegang, meminta ingin melahap penis Nanami dibawah sana juga. Pun juga dengan Nanami yang penisnya semakin ereksi keras.
"Boleh aku...?"
"H-hm"
••••
to be continued-

KAMU SEDANG MEMBACA
Whole To You
FanfictionTentang semua kebohongan Nanami Kento yang menolak kehadiran (Y/n), pun tak diindahkan sang jelita. Memberi utuh pada sang pria penguasa hati. Sampai segalanya yang tersembunyi t'lah terungkap jelas, memberi perubahan besar pada (Y/n) dan membalikka...