• 𝐀𝐭𝐭𝐚𝐜𝐤'𝐬 𝐜𝐨𝐦𝐢𝐧𝐠

257 23 0
                                    

"Masih terasa sakit?"

"Tidak."

Dua minggu berlalu sejak semalaman penuh bercinta, sepasang suami istri bermarga Nanami ini datang ke sekolah Jujutsu. Ada keperluan penting, katanya.

Angin sepoi-sepoi yang terus-menerus berhembusan, membuat si jelita beberapa kali menyapu rambutnya. Netra indah violetnya menelusuri tiap-tiap bagian gedung sekolah tersebut. Rasa rindu muncul akan dirinya yang dulu setiap hari berlatih bersama-sama dengan temannya.

Namun, kenangan terindah itu tak akan pernah terulang lagi. Sebab dirinya yang kini sudah tak mempunyai kekuatan sihir apapun.
Ada sedikit rasa iri juga ia lemparkan pada sang suami, yang memiliki apa yang tak ia miliki.

"Ah, kupikir aku ingin menemui Maki-san dan yang lainnya juga."

Lantas Nanami Kento langsung menoleh kearahnya, "Kau tidak ingin ikut denganku?"

"Tidak. Kau akan bertemu dengan Satoru juga 'kan? Kalian pasti punya kepentingan. Aku hanya tidak mau mengganggu kerjamu saja, Kento-kun." Jawab (Y/n) sembari melempar senyuman.

"Baiklah. Ke ruanganku jika kau sudah selesai."

"Baik bos." Ucap (Y/n) dengan hormatnya berlebihan.

"Aku suamimu, bukan bosmu."

Keduanya memutuskan pertemuan di koridor. Nanami Kento yang lebih dulu meninggalkan tempatnya. Dilanjutkan dengan (Y/n) yang kini tetiba beraut tajam disana.

Langkah kedua kaki jenjangnya kini lebih panjang dari biasanya ia berjalan. Cepat-cepat bergerak mencari dimana dua temannya yang satunya bersuara gelap dan satunya lagi yang bersurai putih.

Tak kusangka ini akan terjadi. Bagaimana aku bisa tenang sedangkan suamiku diam-diam menyembunyikan sesuatu yang sang penting dariku?!

Dialog antara Nanami dengan Gojo tak sengaja di dengar oleh (Y/n) saat itu. Awalnya ia memilih untuk menunggu Nanami memberitahukan padanya juga. Namun, pria besarnya itu tak kunjung melakukannya.

Di satu sisi lainnya ia juga merasa kecewa akan dirinya sendiri. Lantaran tak punya kuasa apapun yang cukup dapat membantu, ia tak bisa berbuat apa-apa. Selain hanya berdiam diri dibalik punggung besar sang suami.

Mendadak tungkai kakinya berhenti bergerak kala suara bariton terdengar memanggil namanya.

Ia mengenali suara siapa ini. Suara sang villain cerita ini. Dengan memberanikan diri dengan sangatnya, (Y/n) berbalik, menatap Geto Suguru dengan detak jantungnya yang memompa sangat cepat.

"Wah, si Nanami itu ternyata pandai juga memilih istri ya."

Ditempat sang jelita hanya membisu. Daksanya mematung dengan peluh dingin. Takut-takut bertindak salah opsi lalu berakibat fatal. Diri pun berdiam diri saja, memberi waktu dan tempat sesuka pria berambut panjang itu. Senjata pun tak ada yang di pegang, (Y/n) hanya bisa berharap semoga bantuan datang.

"Kudengar kau punya kekuatan sihir yang luar biasa. Aku meminatinya, berikan padaku." Pinta Geto Suguru dengan seringai jahatnya disana.

Dalam hati (Y/n) tak hentinya mengucap nama sang suami. Harap adanya ikatan batin keduanya ada. Di sela pikirnya, (Y/n) memikirkan bagaimana Geto Suguru bisa memasuki area sekolah Jujutsu. Sedang seluruh daerah t'lah di jaga dari serangan luar.

"Jangan mendekat!" Teriak (Y/n). Selang beberapa menit akhirnya suaranya keluar juga. Begini lebih baik daripada membungkam saja, pikirnya.

Geto mengeluarkan tawa iblisnya, "Jangan takut begitu, sayang."

Kemudian telapak kaki yang lebih besar dari sang jelita melangkah mendekat. Tiap langkah beratnya menambah picu jantung. Peluh dingin semakin menjadi di sekujur tubuh. Tak kuasa berbuat apa-apa, diri pun memejamkan mata ketakutan.

Namun, Geto Suguru dibuat menghentikan langkahnya kala menangkap suara yang menyebut namanya.

"Jangan berani sekali langkah pun lagi, Suguru." Ucap Gojo Satoru.

Tepat di sebelahnya ada Nanami Kento yang menggertakkan giginya murka. Ancang-ancang pun sudah sedia. Siap menyerang di detik berapapun.

"Kento-kun!-..AARGHH!!" Pekik (Y/n) mengerang kesakitan, Geto Suguru mencekiknya geram.

Six eyes milik sang albino melebar. Kobaran api amarah tampak di wajah. Sedang Nanami Kento entah kapan sudah setengah jalan mendekati (Y/n). Mengucap terus-menerus permohonan kepada sang pencipta agar istrinya selamat.

Melihat tindakan ceroboh temannya itu, Gojo Satoru berteriak, "Nanami! Jangan gegabah!"

Telinganya ditulikan. Tak menggubris apapun sanggahan si pria ubanan disana. Fokusnya hanya satu, (Y/n). Tak peduli jika nyawanya terancam, prioritasnya hanya sang istri seorang. Diri tak mau kehilangan 'tuk kedua kalinya. Tak apa, untuk membayar dosa di masa lalu, pikir si pria pirang.

PRANG!

Ayunan senjata tajam berhasil menggores satu sisi pipi sang villain.

"Lepaskan dia." Tekan Nanami pada Geto Suguru.

"Lepas? Oh, baiklah."

BRAK!

"Aaarrghh!!.."

Geto Suguru melepas cengkramannya di leher (Y/n), lalu melempar tubuh sang jelita menabrak tembok kuat-kuat. (Y/n) terjatuh tak sadarkan diri. Tubrukan tubuh kecil dengan tembok itu sangat keras. Bahkan lingkaran penuh lehernya memerah dengan beberapa goresan kuku disana.

"Sialan kau..."

"Apa? Kau yang menyuruhku untuk melepasnya bukan?"

Menyadari ada titik lengah si musuh, dengan cekatan Gojo Satoru bergerak mengambil tubuh jelita. Pegangannya gemetaran kala melihat tubuh mungil itu hampir dibatasnya. Ia tahu tak seharusnya meninggalkan Nanami seorang diri melawan musuh. Namun tetap dilakukan Gojo, ia berlari kencang menjauh dari sana. Mencari Ieiri Shoko untuk mengobati (Y/n) secepatnya sebelum kehabisan darah akibat tubrukan tadi.

"Hee, Satoru membawanya lari."

"Jangan sekali-sekalinya kau berani mendekati (Y/n) lagi."

Geto Suguru berbalik kearahnya. Menyudahi memandangi punggung Gojo Satoru yang perlahan kecil di jauh sana. Menampilkan seringai iblis, Geto Suguru tertawa jahat lagi ditempat.

"Kusarankan kau jangan melawanku. Membunuhmu semudah membalikkan telapak tangan, Nanami Kento."

"Hari kematianku masih jauh."

Kemudian keduanya saling mengambil kuda-kuda menyerang. Bohong jika Nanami sangat percaya diri dengan kekuatannya yang dapat menimbangi musuh. Pun jika takdir berkata lain dari yang di mau, segalanya ia perbuat untuk membelokkan jalan takdir itu ke arah yang di maunya.

Masih jauh. Kalaupun hari ini, tidak akan kubiarkan terjadi. Tak akan terjadi lagi dimana dia harus sendirian.


••••

to be continued-

Whole To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang