• 𝐋𝐞𝐚𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡𝐨𝐮𝐭 𝐠𝐨𝐨𝐝𝐛𝐲𝐞

420 24 0
                                    

Dua puluh empat jam penuh daksa sang jelita tertidur. Nyeri di bagian punggungnya masih terasa. Tak sedikit ia merintih kesakitan. Pun saat bangun dari masa-masa kritisnya, (Y/n) mendapatkan mimpi buruk. Suaminya; Nanami Kento dinyatakan tewas di tempat kejadian penyerangan dengan Geto Suguru sehari yang lalu.

Tak terima, (Y/n) memutuskan untuk mencabut nyawanya sendiri. Hendak menyusul Nanami di atas sana. Berkali-kali usaha bunuh diri itu gagal, sebab Gojo Satoru yang selalu siap siaga kapanpun di saat terang maupun gelap.

Tak dapat di deskripsikan bagaimana rasa sedihnya. Ditambah dirinya yang belum sempat memberitahu Nanami, bahwa ia tengah mengandung buah hati mereka berdua. (Y/n) bahkan sudah berandai-andai bagaimana mereka berdua kewalahan meredam suara tangisan makhluk kecil kelak.

Pergi tanpa pamit. (Y/n) kesal. Bulir bening di pelupuk matanya tak bosan-bosannya jatuh. Mengesalkan segala di sekitar. Tak mau menerima kehadiran orang-orang yang mau menengoknya.

"Jangan bergantung pada Nanami saja, (Y/n). Pikirkan bayimu, dan suamimu disana pun pasti akan marah kalau kau menyusulnya. Bergantunglah pada kami juga, (Y/n)." Itu kalimat yang selalu Ieiri Shoko katakan padanya tiap kali saat memeriksa kondisinya.

Pun tak jarang Gojo Satoru mencoba menghiburnya. Tak penatnya meski sang jelita tak memberi respon apapun juga. Terkadang juga pria tiang ubanan itu tak sanggup melihat betapa suramnya jiwa raga si jelita. Tak kunjung datang mentari menghilangkan awan hitam di dalam hatinya. (Y/n) gelap seutuhnya. Bagaimana tidak, Nanami Kento yang menjadi cahaya hidupnya sudah pergi jauh meninggalkannya.

Tidak ada lagi ucapan "Tadaimai" di dengar. Diri tak bisa lagi menyambut kepulangan sang suami. (Y/n) menolak dunia juga membenci takdir.

"(Y/n)." Okkotsu Yuuta menarik kursi tepat di pinggir ranjangnya.

Ada Inumaki Toge di sampingnya ikut menyapa. Duduk disebelah kanan dan kiri (Y/n). Melempar tatapan penuh prihatin. Bahkan sapaan mereka pun tak digubris.

Dua manik violet indah itu tampak menggelap disana. Tak ada secercah harapan di jiwa. Tubuh bak biola cantik itu kini kian mengurus lantaran jadwal makan yang berantakan.

"Kami bawa roti selai stroberi untukmu." Lelaki bermahkota hitam itu menaruh barang bawaannya ke atas nakas.

Sedang Inumaki hanya berdiam diri. Tak kuat melihat kondisi tak baik wanita itu. Bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mengapa ia tak ikut serta saja dalam pertarungan sengit itu? Mengapa ia tidak bisa bekerja sama dengan Nanami supaya pria itu selamat? Ya meski ia tak tahu berhasil atau tidak, tapi setidaknya ia ikut berjuang. Kalau Nanami Kento berhasil melalui pertarungan itu hingga akhir, pasti sang jelita tak segelap gulita seperti sekarang ini, pikirnya.

Namun, ia tahu jawaban dari semua pertanyaan dalam otaknya. Nanami Kento bukan hanya menyelematkan istrinya dari bahaya, tetapi juga menyelamatkannya dan lelaki berambut hitam di seberangnya itu.

Berkat usaha keras Nanami, Gojo Satoru yang telat menyusul pun dapat dengan mudah membunuh sang villain. Perkiraan Geto Suguru tak sepenuhnya benar. Meski memang Nanami Kento tetap akan mati di tangannya, tapi pria pirang itu ternyata berhasil membuatnya kewalahan membalas serangan.

Okkotsu Yuuta menggapai pergelangan tangan kurus itu, "Maaf. Juga terimakasih, Nanami-san menyelamatkan kami berdua. Dia pria hebat, (Y/n). Jangan sedih terus seperti ini. Kau punya kami."

Inumaki yang tadinya merasa enggan pun, bergerak menarik buka kerah bajunya. "Aku turut berdukacita."

Hebat kalian bilang? Kupikir dia adalah pria yang sangat bodoh meninggalkanku sendirian. Lagi.

Whole To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang