"(Y/n)! Ayo cepat naik ke bus. Kau mau tinggal disini!?" Seru Zenin Maki pada (Y/n). Gadis bersurai hijau itu membuyarkan lamunan indahnya si jelita.
Kedua tungkai kaki digerakkan. Berlari kecil menuju bus. Hari ini t'lah usai liburan mereka. (Y/n) pun berhenti diambang pintu, melihat-lihat dimana kursi kosong untuknya duduk. Netra violetnya pun bersitatap dengan Nanami disana. Kursi disebelah pria pirang itu tak ada yang mendudukinya.
Memikirkan ciuman kemarin malam membuatnya menggelengkan kepalanya. Pun Nanami disana menatap aneh padanya. (Y/n) menyapu pandangan, fokusnya berhenti dikursi sampingnya Kiyotaka Ijichi. Tanpa memusingkan suatu apapun, (Y/n) mendaratkan bokongnya disana.
"E-eeh..." Ijichi kikuk seketika. Mungkin dirinya takut diusir oleh (Y/n) lagi seperti kejadian sebelumnya.
"Apa?!" Tanya (Y/n) ketus.
Pria berkacamata itupun menggelengkan kepalanya sembari mengibaskan tangannya, "B-bukan apa-apa. Maksudku, apa kau tidak duduk disebelah Nanami-san?" Tanya Ijichi pelan.
"Diamlah. Aku sedang tidak ingin dengannya."
Diri bukan berarti marah pada Nanami. Bukan, bukan seperti itu maksudnya (Y/n). Ia hanya tidak tahu. Ia tak mengerti sama sekali. Sungguh kepalanya terasa ingin meledak sebab dipenuhi ingatan kemarin malam. Nanami menciumnya. Begitu saja, kemudian pria itu bergeming tanpa mengindahkan tanya-tanya di (Y/n).
Meninggalkannya. Nanami tak memberitahu apa maksud dirinya berbuat demikian. Pria itupun bahkan menulikan telinganya disaat (Y/n) memanggilnya. Sungguh menjadi tanda tanya besar pada sang gadis cantik itu. Setidaknya katakan apapun itu.
Aku tidak menyukai kebisuanmu, Nanami-san.
••••
Seusai panjangnya perjalanan pulang, (Y/n) langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya. Meski ia acuh tak acuh, pun tetap sedikit merespon sahutan orang-orang. Ia butuh seharian penuh 'tuk mengistirahatkan tubuhnya. Juga benaknya.
Gojo Satoru yang sedari awal menyadari perubahan pada (Y/n) melirik tak suka pada Nanami. Si pria bersurai pirang itu pun juga menyadarinya, namun tak kunjung mengambil tindak lanjutnya.
Saat semuanya sudah kembali ke kamar masing-masing, Gojo si pria ubanan itu berjalan mendekati temannya, Nanami.
"Apa yang kau lakukan? Membongkar semua kebusukanmu?"
"Aku belum melakukan itu, Gojo. Aku hanya..."
"Hanya apa!?" Bentak Gojo membuat Nanami menjeda sebentar suaranya.
Helaan kecil dibuang. Cukup ragu 'tuk menyatakannya. Setelah helaan kecil dibuang Nanami berucap, "Aku hanya...tak sengaja menciumnya kemarin."
Gojo menggertakkan giginya, "Lalu apa yang terjadi?"
"Tidak ada. Aku tidak berkata apa-apa padanya." Nanami membuang mukanya tak mau berhadapan dengan Gojo.
"Sialan! Setelah kau membuangnya ke luar negeri dengan alasan tololmu itu, sekarang kau pergi begitu saja setelah menciumnya?" Murka Gojo. Diri tak habis pikir. Semakin ia menahan diri, semakin pula ia meledak.
"Sudah kubilang jangan mengungkitnya lagi, Gojo!" Balas Nanami tak mau kalah.
"Kuakui kalau aku ini sangat egois. Tapi memang, aku tidak terima jika (Y/n) pergi nantinya. Aku ingin menikahinya, Gojo. Tapi dia...(Y/n) punya batasan waktunya. Maafkan aku."
Gojo Satoru kemudian hanya bergeming ditempatnya. Dirinya pun sebenarnya tak menyalahkan Nanami sepenuhnya. Sebab pria ubanan itu punya sesuatu yang buruk untuk ceritanya ini juga.
"Apa maksud kalian berdua?" Sosok jelita tetiba muncul tampak di tengah-tengah dua pria itu.
Disana kedua netra violet menggelap. Kedua telapak tangannya terkepal kuat hingga memutihkan kukunya. (Y/n) tak menyangka kebenaran ini terungkap. Persoalan batas umurnya memanglah ia ketahui. Namun, Nanami yang mengirimnya ke luar negeri selama beberapa tahun?
"Menikahiku? Kau...kau bahkan tidak pernah mengucapkan hal romantis padaku."
Daksa jelita bergetar, menatap nanar kepada dua pria didepannya bergantian. Sungguh kejam fakta yang disembunyikan darinya.
(Y/n) yang kiannya tadi hendak menemui Maki pun menghentikan niatnya. Dua mata violet indah miliknya tak sengaja menangkap kedua pria itu saling melempar kata. Pun dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, (Y/n) mengendap-endap hendak menguping pembicaraan.
Nanami dan Gojo pun langsung gelagapan diam seribu kata. Nafas keduanya tercekat sesak. Kompak mengucapkan kata 'sial' dalam hati.
"(Y/n)-chan..." Gojo Satoru pelan-pelan mengambil langkah mendekat, satu tangannya mencoba menggapai pundak sang jelita.
(Y/n) melangkah mundur dengan kedua tangan yang terkepal kuat. Menahan emosi. Memanglah, terkadang suatu kebenaran tak semestinya dinyatakan, demi tak terwujudnya kesakitan hati.
"Aku bisa jelaskan." Tegas Nanami melangkah lebih maju daripada Gojo.
(Y/n) menggeleng kecil, "Tidak..."
(Y/n) berlari cepat menjauhi kedua pria itu. Dua penyebab sakit hatinya. Dirinya pun tak mau menerima alasan apapun itu, semuanya sudah lebih dari cukup jelas baginya. Padahal (Y/n) berkeinginan 'tuk menemui Nanami setelah bertemu dengan Maki hari ini. Pun juga (Y/n) ingin meluruskan sesuatu di antaranya dengan Nanami.
Kenapa seperti ini? Ini terlalu menyakitkan untukku.
"(Y/n)!" Teriakan Nanami pun terabaikan.
Dasar! Aku pun seharusnya sadar diri kalau sebentar lagi aku akan mati. Bodohnya aku terlihat seperti orang yang panjang umur saja.
Kedua tungkai kakinya terus membawa daksanya semakin menjauh. Diri tak tahu sudah berapa banyak tetesan air matanya jatuh.
Seharusnya saat itu aku memilih mati saja daripada harus menjalin kontrak dengan iblis sialan ini!
(Y/n) sungguh menyesalinya sekarang. Semestinya ia pergi saja meninggalkan dunia ini saat dulu itu. Namun, dengan bodohnya ia menyetujui tawaran iblis yang mengatakan "Aku akan memberimu waktu untuk menikmati dunia ini lebih lama lagi dari sekarang. Aku juga akan mengangkat sepenuhnya penyakit yang kau derita. Kau mencintai orangtuamu, 'kan? Akan sangat menyedihkan jika kau mati sekecil ini. Tapi dengan satu syarat, aku akan mengambil utuh tubuhmu saat kau berumur pas dua puluh tahun nanti. Tentu saja selama itu kau juga akan mewarisi kekuatan dariku, jadi kau akan terjaga selalu." Padanya saat di ruangan rumah sakit di tengah-tengah ujung waktunya. Kejadiannya itupun sebelum dirinya dipertemukan dengan Gojo Satoru. Jadilah (Y/n) tak punya pilihan lain lagi.
Menyayangi orangtuaku kau bilang? Sekarang saja aku tidak tahu dimana mereka!
(Y/n) tahu bahwa Ibunya seorang senior pemabuk di salah satu bar tersembunyi. Sedangkan Ayahnya seorang pedofil akut yang menjadi pelanggan setia di pasar perdagangan anak-anak, tentu saja untuk memuaskan hawa nafsunya kepada malaikat-malaikat kecil tak berdosa itu.
Dulunya (Y/n) pikir jikalau ia berjuang lebih keras lagi, dapat memancing penuh perhatian kedua orangtuanya padanya. Maka dari itu ia menjalin kontrak, memperpanjang waktunya untuk bersama-sama dengan keluarganya.
Namun, tidak. (Y/n) sendiri bahkan hampir menjadi santapan segar Ayahnya sendiri. Kalau bukan dengan bantuan kekuatan yang ia dapatkan dari kontrak yang dijalinnya, mungkin dirinya akan ikut ternodai juga dengan anak-anak korban pelecehan seksual Ayahnya.
Kontrak ini memanglah membuat dirinya terjaga selalu hingga saat ini. Tetapi sekarang tak berarti apa-apa lagi setelah mendengarkan pernyataan langsung dari Nanami Kento.
Dua puluh tahun ku sia-sia, Nanami-san. Setelah menjalin kontrak ini, kedua orangtuaku pergi entah kemana. Aku beralih memperpanjang semuanya untukmu. Setidaknya membuat kenangan kecil denganmu sebelum waktunya habis. Tapi kau menolak terus semuanya.
••••
to be continued-

KAMU SEDANG MEMBACA
Whole To You
Hayran KurguTentang semua kebohongan Nanami Kento yang menolak kehadiran (Y/n), pun tak diindahkan sang jelita. Memberi utuh pada sang pria penguasa hati. Sampai segalanya yang tersembunyi t'lah terungkap jelas, memberi perubahan besar pada (Y/n) dan membalikka...