Terkadang kebersamaan dapat membuat kebahagiaan namun tidak untuk selamanya.
🖤happy♡reading🖤
"Ngapain kalian disini?" tanya Grey dengan aura yang sangat dingin. "Ini masih jam pelajaran."
Kaki Green dan Tasya mulai bergetar, mereka berdua sudah ketakutan.
"Kak Grey sendiri ngapain disini?" tanya balik Tasya. "Mana berduaan doang lagi sama kak Leca. Bukannya udah putus, ya?"
"Sya," tegur Green dengan pelan. Green heran kenapa Tasya tiba-tiba menjawab seperti itu. Biasanya Tasya akan terdiam saat berhadapan dengan Grey.
"Eh kak gak maksud, sumpah." Tasya yang tersadar sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah. "Beneran deh kak, maaf. Kayaknya tadi gue kerasukan arwah disini."
Sedangkan Grey dan Leca masih terus menatap Tasya dengan tatapan yang mematikan. Hingga beberapa detik tatapan mereka berdua masih sama.
"Maaf," lirih Tasya. Kini Tasya sudah tertunduk, ia tak berani menatap balik Grey dan Leca.
"Mereka di sini disuruh Pak Tono," itu suara Ali yang baru saja masuk ke dalam UKS. "Tadi Tasya sakit pas lagi dihukum terus Green disuruh nemenin Tasya," jelas Ali.
"Lagian lo berdua ngapain pacaran di UKS?" tanya Ali. "Mana gak ditutup lagi."
"Ngapain ditutup? kalo tiba-tiba arwah di UKS ini ngerasukin gue gimana?" Grey seolah-olah membenarkan perkataan Tasya tentang arwah UKS.
"Ngapain masih di situ?" tanya Grey dengan dingin, tatapannya masih sama seperti tadi.
"Grey." Leca mulai bersuara. "Mereka takut sama kamu," lanjut Leca. Padahal tadi juga ia menatap Tasya sama seperti Grey.
"Nama lo Tasya?" Leca memastikan. Tasya mengangguk. Leca mulai berdiri lalu menuntun Tasya supaya ia berbaring di brankar yang tadi sempat ditempati oleh Sena.
"Tiduran aja," suruh Leca. "Mau teh hangat?" tawar Leca. Tasya menggeleng.
"Yakin?"
"Iya, kak. Gak usah."
"Yaudah." Leca kembali ke tempat semulanya.
Green menghampiri Tasya yang keadaannya saat ini sudah lemas.
"Sya, lo gak pa-pa?" tanya Green. Green khawatir melihat Tasya yang begini.
"Keknya gue kena karma deh gegara bohongin Pak Tono," jawab Tasya dengan pelan. "Tutup tirainya dong, Green," pinta Tasya.
"Maaf kak, aku tutup, ya," izin Green pada Grey, Leca, dan Ali. Setelah itu ia menutup rapat-rapat tirainya.
"Cepet sembuh Tasya," kata Green dengan raut wajah yang sedih. "Kalau tahu gini mendingan gue dihukum aja."
"Gue gak pa-pa," ujar Tasya menenangkan Green.
"Lo bisa gak sih Grey kalo ngomong tuh jangan kek gitu." Green dan Tasya masih bisa mendengar suara Ali. Karena mereka masih di dalam ruangan yang sama hanya saja dibatasi oleh tirai yang tertutup.
"Emang gue kenapa?"
"Lo liat Tasya jadi sakit gitu."
"Lah bukannya lo bilang dia emang sakit?"
"Iya. Tapi..." Ali pusing dengan tingkah Grey. "Udah 'lah lupain. Mending sekarang lo kerjain ini. Mumet tahu gak gue." Ali memberikan buku yang ia bawa tadi pada Grey.
"Berdua sama lo."
"Iya."
"Aku balik ke kelas aja, ya, Grey." Grey mengangguk. Setelah itu Leca keluar dari UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
BasundariDeska
Fiksi RemajaSepenting itukah sebuah warna? - Greenla Foile Kaiacezar, seorang perempuan yang dilihat memiliki kehidupan sempurna oleh orang lain. Pandangan itu yang membuat Green menjadi sedih karena orang lain hanya melihat sisi bahagianya tanpa melihat sisi...