Menyelamatkan

78 19 0
                                    

°~° HAPPY READING °~°
^•^

"Jadi ini tempatnya?" Kata Osamu seraya menatap gedung dihadapannya. Gedung kosong itu memiliki hawa yang sangat berbeda, hawa disini sangat berat dan tidak menyenangkan.

 Gedung kosong itu memiliki hawa yang sangat berbeda, hawa disini sangat berat dan tidak menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belum masuk saja jantung Atsumu dan Osamu sudah berdebar kencang. "Ayo masuk." Kata Atsumu yang langsung memasuki gedung itu, ia menggunakan ponselnya untuk dijadikan senter.

Osamu pun mengikuti Atsumu, dipundak Osamu terdapat busur panah dan beberapa anak panah yang diambil di garasi tadi. Atsumu sendiri hanya membawa cutter yang ada di saku celananya.

Begitu mereka menginjakan kaki di gedung itu hawa tidak enak itu langsung menyerang tubuh mereka membuat mereka merinding dan sedikit sesak nafas.

"Apa benar mereka ada disini?" Tanya Atsumu tiba-tiba sembari menyusuri lorong-lorong yang ada dilantai dasar itu.

"Waktu itu Iwaizumi dan Kageyama kesini jadi ada kemungkinan juga mereka datang ke sini."

"Tapi ngapain mereka kesini?" Osamu hanya menggidikan bahunya tak tau. Tapi Osamu juga sangat yakin kalau Kageyama dan yang lainnya juga ada disini.

Setelah tidak menemukan apapun dilantai satu mereka pun menaiki tangga ke lantai dua. Tapi baru saja mereka sampai dilantai dua tiba-tiba mereka mendengar suara dari arah lantai satu.

Drap... Drap... Derap langkah kaki yang sangat teratur dan sepertinya berkelok seolah-olah mereka itu tentara terdengar di telinga Osamu dan Atsumu.

Osamu dan Atsumu buru-buru bersembunyi di sebuah ruangan yang tak jauh dari sana. Mereka mematikan lampu yang ada di ponsel mereka dan kedua anak kembar itu saling berpegangan tangan. Mereka melihat secerah cahaya lilin yang seperti dibawa oleh orang-orang itu menaiki lantai 2.

"Apa itu?" Bisik Osamu yang berjongkok dibelakang Atsumu.

"STT..." Atsumu meletakan jari telunjuknya didepan bibir dan menyuruh Osamu tak bersuara. Tak lama kemudian datanglah segerombolan orang atau lebih tepatnya warga yang membawa lilin dan berjalan lurus aja.

Wajah mereka semua pucat, pandangan mereka kosong, gigi mereka runcing seperti hiu, mereka memakai baju rumah biasa. Tapi mereka membawa tambang yang berlumuran darah kering, tambang yang mereka bawa cukup panjang dan tebal.

Lalu ada juga katana yang panjang dan terlihat berat yang bawa oleh seorang pria bertubuh sangat besar. Jelas saja mereka berdua bingung, buat apa juga tambang dan pedang itu. Tapi mereka lebih terkejut lagi ketika warga-warga itu membawa 3 orang asing yang sedang tertidur dan salah satu dari tiga orang itu ada Oikawa yang lagi pingsan, dibawa oleh para warga tersebut.

Melihat Atsumu yang hampir berteriak, Osamu buru-buru menutup mulutnya. Namun gerakan Osamu itu menimbulkan suara sehingga salah satu dari warga tersebut menoleh kearah ruangan tempat mereka bersembunyi. Secara spontan mereka langsung menempelkan diri mereka ke tembok dan berjalan penuh kehati-hatian memasuki ruangan tersebut lebih dalam.

Untungnya orang itu hanya menoleh dan tidak menghampiri mereka, setelah mendengar suara langkah kaki itu menjauh dan tidak terdengar lagi Osamu dan Atsumu perlahan-lahan keluar dari ruangan itu.

Mereka kembali menyalakan senter dari ponsel mereka dan menyoroti keseluruhan ruangan ini. Ruangan yang sangat berdebu dan bau.

"Kita ikuti saja orang-orang itu ya?" Kata Osamu.

"Gimana caranya? Kalau kita ikuti begitu saja ya kita ketahuan lah, tapi bagaimanapun juga kita harus menyelamatkan teman-teman kita." Atsumu mengigit bibirnya sendiri, ia bingung dan juga takut.

BRAK.

"HINATA."

Teriakan itu membuat si kembar terkejut. Suara itu berasal dari ruangan yang tak jauh dari mereka dengan segera mereka berlari menuju ruangan itu.

"STOP." Kata Sakusa sembari merentangkan tangannya melarang Atsumu dan Osamu masuk.

Atsumu dan Osamu melihat, Hinata yang kakinya terikat tengah diseret oleh sosok mahluk bertubuh besar dan berkepala babi, sosok mahluk itu membawa kampak yang lumayan besar. Hinata juga terlihat meronta-ronta dan berharap agar tali tersebut terlepas.

Kageyama sendiri terlihat tengah mengambil ancang-ancang dan bersiap untuk menyelamatkan Hinata, Kageyama menyuruh Sakusa untuk berjaga di pintu. Karena Sakusa dibenci oleh sosok-sosok yang ada disini bisa saja Sakusa malah membuat sosok yang sedang menarik Hinata itu murka dan malah membahayakan Hinata, Sakusa di izinkan membantu jika memang diperlukan.

'Kalau aku tarik paksa kaki Hinata bisa putus. Bagaimana ini?' Kageyama harus bisa memutar otaknya sekarang.

Kageyama merogoh saku celananya dan mengambil dua buah cutter, yang satu ia pegang dan yang satu lagi pelan-pelan ia berikan pada Hinata. Beruntung sosok itu memunggungi mereka, Hinata dengan cepat menerima cutter pemberian Kageyama dan merubah memotong tambang itu dengan cutter.

Tentu saja tak mudah tapi Hinata berhasil. Kageyama langsung menarik tangan Hinata dan membawanya kebelakang. Siluman itu tentu merasa marah, ia menatap Kageyama dan Hinata dengan penuh amarah, sosok itu mengayunkan kampaknya kearah mereka berdua, dengan cepat mereka melompat dan menghindar.

Kageyama memberi kode pada Sakusa untuk segera menjauh dari tempat itu, Sakusa pun keluar dari tempat itu. Namun tak mudah sosok hantu lainnya berusaha menikam Sakusa namun tak bisa, pisau itu tak bisa sampai ke tubuh Sakusa seolah-olah ada yang menahannya. Tak lama kemudian sosok menyeramkan yang ingin menikam Sakusa terpental.

Tak perlu dijelaskan Kageyama sudah melihatnya sendiri siapa yang menahan serangan itu.

Sratt... Jleb...

"ARGHHH." Sosok siluman berkepala babi itu menjerit kesakitan ketika sebuah anak panah mengenai salah satu matanya. Panah itu di lesatkan oleh Osamu.

"Kau bisa menggunakan panah?" Tanya Atsumu terkejut, pasalnya mereka semua tidak pernah bermain-main dengan panah. Seumur hidup mereka, mereka hanya bermain dengan bola volly saja.

"Gk, itu cuma kebetulan." Jawab Osamu, jantungnya juga terus berdebar kencang takut salah sasaran. Tapi ternyata berhasil.

Hinata dan Kageyama segera kabur dari tempat itu. "Itu bukan kebetulan. Sepertinya bakat atletik Osamu -san tidak perlu di ragukan lagi." Ucap Kageyama.

"Bikin iri aja, sialan." Kesal Atsumu seraya berlari menjauhi ruangan itu.

"Ini bukan saatnya untuk iri." Omel Osamu yang juga ikut berlari. "Oikawa, sepertinya akan dijadikan tumbal hari ini."

"APA?!"

^•^ BERSAMBUNG ^•^
Thanks For Reading 🤗
Don't Forget For Vote And Coment 🥰

Cannibal Village {HAIKYUU}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang