Mengingat

78 13 0
                                    

°~° HAPPY READING °~°
^•^

"Manisnya." Ia tersenyum menatap hasil kue buatannya.

"Duh jadi sayang untuk dimakan." Celetuk Oikawa sembari memeluk tubuh tunangannya dari belakang.

"Ngomong-ngomong aku ada tugas keluar kota Minggu besok."

Oikawa terlihat tidak suka mendengarnya. "Kamu masa pergi sih? Bulan depan kita mau menikah loh." Ucap Oikawa cemberut. Ia tidak suka kalau kekasihnya itu terus berpergian, mereka harus cepat menikah dan pindah ke Argentina.

"Ini tugas terakhir aku sebelum aku menikah."

"Oh benarkah? Bagus kalau begitu, aku ingin terus bersama mu." Oikawa tersenyum manis sembari mengeratkan pelukannya.

"Duh kamu manja banget deh, kalau aku gk ada di dunia ini gimana ya?" Ia tertawa kecil.

"Tentu saja aku akan ikut dengan mu, masa mau ditinggal sendiri."

Ia terlihat tidak senang mendengarnya, 'dia' pun menyentil kening Oikawa dengan agak keras. "Enak saja, kau harus bahagia lah."

Oikawa meringis. "Tega banget sih, iya deh. Aku bahagia kok, apalagi sama kamu hehehe."

"Dasar."

||~||

Breaking News.
Dua wartawan ternama dinyatakan menghilang secara misterius....

PRANK. Oikawa tanpa sengaja menjatuhkan ponsel miliknya hingga retak ketika melihat berita yang tertera di televisi itu. Bagai disambar petir di siang bolong Oikawa terjatuh dan menangis histeris saat mendengar berita tersebut.

***

"....wa."

"...kawa."

"OIKAWA."

Oikawa tersentak ketika Bokuto berteriak memanggilnya cukup keras. Tiga tahun berlalu dan tiba-tiba saja ia mengetahui kalau kekasihnya tewas secara tidak wajar, jelas hal itu membuatnya agak terguncang.

"Jangan ngelamun, kalau kau kesambet malah berbahaya." Ucap Atsumu.

"Bilang aja ngerepotin." Celetuk Osamu.

"Ya itu juga sih."

Oikawa berdecak mendengar ucapan si kembar. Ya ampun yang benar saja, amit-amit deh kalau Oikawa sampai kesambet.

"Ngomong-ngomong aku gk liat Kiyomi, Tobio sama Shoyou. Kemana mereka?" Tanya Atsumu sembari menatap sekelilingnya.

"Aku lihat mereka pergi tadi, entah mau kemana." Kata Oikawa dengan santainya.

"Loh? Apa gk masalah? Bukannya situasi lagi bahaya ya? Kok mereka malah kabur-kaburan begitu sih?" Ucap Bokuto tak habis pikir, darimana keberanian mereka berasal sampai bisa jalan-jalan begitu.

Oikawa mengibaskan tangannya. "Mereka akan baik-baik saja."

"Tau darimana? Kalau mereka terjebak dalam bahaya gimana?" Kata Osamu.

"Itu salah mereka sendiri, tapi mereka pasti baik-baik saja."

"Loh? Jangan begitu dong. Kita datang bersembilan pulang juga harus bersembilan, aku gk mau kalau ada yang kurang atau lebih." Sahut Bokuto yang tentu disetujui oleh mereka semua. Oikawa juga tidak mau kalau mereka kembali kurang dari sembilan orang.

Oikawa bangkit dari duduknya dan berjalan ke luar rumah. "Mau kemana kau?" Tanya Iwaizumi yang baru saja keluar dari kamar.

"Panasin mobil, itu mobil udah lama gk dipanasin kan?" Iwaizumi mengangguk.

"Bentar lagi malam, jangan lama-lama. Aku temenin aja ya." Entah kenapa Iwaizumi sangat khawatir kalau Oikawa sendirian.

Oikawa menggeleng. "Aku cuma sebentar, sebelum malam aku akan kembali." Oikawa langsung melenggang pergi dan berjalan ke luar rumah.

Ya harusnya gk ada yang perlu di khawatirkan, lagipula Oikawa hanya pergi kesamping rumah bukan keluar rumah.

•⭐•

Akaashi menatap sebuah kertas yang berisikan rangkuman penting yang Akaashi salin dari buku biru tersebut, secara garis besar Akaashi sudah cukup memahami apa yang sudah terjadi.

"Pembunuh kanibal... Jack Thomson, target pembunuh pertamanya adalah istri dan kedua anaknya. Ia memakan tubuh mereka dengan alasan mereka bisa bersama selamanya, ia juga membunuh keluarganya setelah melihat istrinya selingkuh." Akaashi mengingat-ingat artikel yang pernah ia baca 3 tahun yang lalu. Tentu saja Akaashi tidak bisa mengingat dengan jelas isi artikel itu tapi secara garis besarnya ia tau.

Akaashi menghempaskan tubuhnya di ranjang, ia merasa mulai kesal dan malas dengan semua yang terjadi sekarang, Akaashi ingin segara pulang dan Akaashi berharap jika semua ini hanya mimpi buruknya saja. Bagaimana bisa mereka berakhir seperti ini? Benar-benar tidak masuk akal.

Tunggu! Seperti apa ya wajah Jack? Akaashi ingat dengan samar-samar dan wajah itu sangat mirip dengan pria yang ada di gudang waktu itu.

"Tapi tidak mungkin kan? Kalau dia ada disini kemungkinan dia sudah tewas karena di jadikan tumbal. Kecuali..."

Cklek... Pintu kamarnya terbuka membuat Akaashi buru-buru melipat kertas itu dan memasukannya kedalam saku jaket.

"Akaashi kau sedang apa?" Ternyata Bokuto yang berada dibalik pintu tersebut. Akaashi tersenyum yang menunjukkan sketsa gambarnya.

"Hanya sedang menggambar, ada apa Bokuto -san?"

Bokuto tersenyum dan berjalan mendekati Akaashi, Akaashi bangkit dari rebahannya dan berdiri dengan posisi menyembunyikan kedua tangannya dalam saku jaket.

"Tidak, aku hanya merasa takut saja. Menurut mu kapan semua ini akan selesai? Aku sudah mulai lelah."

Akaashi memandang keluar jendela. "Aku berharap secepatnya. Aku juga sudah mulai lelah."

"Benar." Bokuto menjawab dengan lesuh. "Akaashi, setelah kita kembali nanti ayo makan-makan."

Akaashi tersenyum. "Tentu saja."

"Bukankah sudah lama kita tidak makan bersama? Kita sibuk bukan selama ini?" Bokuto terkekeh kecil.

"Kau benar kita sangat sibuk." Akaashi terdiam, ia mendengar suara derap langkah yang berlari dari luar rumah, Akaashi tau dengan jelas derap langkah itu milik siapa.

"Bokuto -san, kau-"

Jleb.

"Maaf ya."

^•^ BERSAMBUNG ^•^
Thanks For Reading 🤗
Don't Forget For Vote And Coment 🥰

Cannibal Village {HAIKYUU}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang