𝙿𝚊𝚛𝚝 𝟷𝟻 || 𝙱𝚊𝚐𝚊𝚜'𝚜 𝚍𝚎𝚌𝚒𝚜𝚒𝚘𝚗

515 37 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepergian Intan meninggalkan kebingungan mendalam pada Bagas dan Berlian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kepergian Intan meninggalkan kebingungan mendalam pada Bagas dan Berlian.

Bagas dan Berlian tengah dilanda kegundahan yang mendalam sebab Intan memberikan pilihan pertanyaan yang pilihannya tak ada yang mengenakkan.

Mereka bimbang.

Memilih Bryan, anggota Excel Class yang segenerasi dengan mereka. Bryan, satu-satunya anak Excel Class yang bisa berakting.

Atau Intan. Anggota Excel Class generasi 27 yang baru saja bergabung dengan mereka.

Intan yang mereka ajak bergabung dengan beribu rasa mohon. Intan juga telah berkontribusi menyumbangkan naskah film pendek buatannya pada RB Team 2021.

Baik Bagas atau Berlian sama sekali tak bergeming. Mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

Hingga notifikasi chat grup dari hp keduanya berbunyi nyaring.

Menyadarkan Berlian dari lamun pikirnya. Berlian langsung membuka ponselnya. Raut wajahnya mendadak berubah saat menyadari pesan apa yang baru saja masuk pada handphonenya.

Bryan keluar dari chat grup RB Team 2021.

Tanpa pikir panjang, Berlian langsung menekan tombol video call pada profil Bryan.

Ia menyelenggarakan rapat mendadak via daring untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi saat ini.

Tak menunggu lama, Bryan mengangkat videocall Berlian. Tampak di sana Bryan tak sendirian. Bryan ditemani oleh Tamara.
"Heh, lo kenapa keluar dari grup, anjir?" Tanpa basa-basi Berlian langsung menyambar Bryan dengan pertanyaan.

Berlian berpindah posisi duduk. Di samping Bagas. Agar Bagas dapat turut serta dalam "rapat" dadakan itu.

Bryan biasanya merespon pertanyaan Berlian dengan nada santai atau mungkin dengan senyuman tipis, tapi tidak untuk kali ini.

Dari kejauhan, tampak raut muka Bryan yang kusut seperti kain yang lama tidak disetrika. Mata lelaki itu tampak sedikit memerah. Bryan memang tak pernah menangis, tapi Bryan tak pernah bisa menyembunyikan luka hatinya. Ia selalu berhasil menahan air matanya agar tak tumpah. Namun, tak berhasil menyembunyikan warna netranya yang memerah.

Dan di samping Bryan, ada Tamara. Kondisi gadis itu tampak jauh lebih kacau daripada Bryan.

Rambut Tamara tak lagi terkucir rapi seperti di sekolah tadi. Sekarang menjadi sedikit berantakan. Kantung mata tercetak jelas pada wajah bule gadis tersebut. Matanya sembab.

Jika Bryan selalu berhasil menyembunyikan perasaan sedihnya, berbeda dengan Tamara.

Tamara merupakan tipikal gadis yang bodoamat dengan pandangan orang lain saat ia sedang bersedih. Ia tak pernah ragu menumpahkan tangisnya di hadapan semua orang sekalipun.

"L-lo gak us-usah pura-pura ceria gitu, Ber! Lo pasti u-udah tahu semuanya 'k-kan?" Tamara bertanya sesenggukan sambil mengelap pelupuk mata kanan dan kirinya secara bergantian.

Bryan tak menjawab. Dia hanya memeluk erat Tamara sambil tersenyum sedu menatap kamera seolah menyetujui situasi yang tengah terjadi saat ini.

Pernyataan Tamara yang terkesan rude membuat Berlian menundukkan kepalanya.

Berlian memang tak pandai berpura-pura. Gadis itu 11 12 dengan Tamara. Hanya saja, Berlian lebih pintar mengatur emosinya.

Berlian mengatur napasnya. Mencoba mengatur kembali niatnya untuk bertanya.
"Lo kenapa keluar dari grup?" Bagas mengulangi pertanyaan Berlian. Dia seolah mengerti dengan situasi yang terjadi.

Bryan menggeleng. "Gue cuman ngerasa enggak pantes ada di sana."

"Gue brengsek, Ber. Secara enggak maupun langsung, gue udah ngelukain badan dan mental Intan."

Bryan menjeda ucapannya untuk beberapa saat. "Gue masih tahu diri untuk ada di RB Team tahun ini."

Bryan menggelengkan kepalanya. "Gue enggak mau, last project lo — Festival Shortmovie tahun ini, berantakan gara-gara masalah yang terjadi antara gue dan Intan."

"Udah cukup sekali gue ngehancurin hidup dia. Gue enggak mau hal itu terulang lagi."

"Gue mau nyelesaiin masalah gue sama Intan sendiri tanpa ngelibatin kalian." Terdengar keseriusan dari nada bicara Bryan.

Bryan perlahan tersenyum, walau entah lengkungan itu palsu atau tidak. "Tolong hargain keputusan gue."

"Gue tutup dulu," ujar Bryan memungkasi sambungan video call mereka berempat.

"Arghh! Terus gue sekarang harus gimana coba?" Tak menunggu lama, setelah Bryan menutup telepon, terdengar Berlian yang mengeluh kesal.

"Kenapa sih harus ada masalah di projek penting kayak gini?"

"Sekarang gue harus gimana?"

Berlian menatap Bagas yang duduk di sampingnya. "Lo ada ide?"

Tatapan Berlian yang seolah menyiratkan bahwa ia memerlukan pertolongan, membuat otak Bagas langsung berpikir cepat mengenai apa yang dapat ia lakukan untuk RB Team.

"Gue bakal gantiin peran Bryan."

Bagas langsung memutuskan. Ia seolah tak berpikir panjang mengenai perkataannya. Membuat Berlian terperangah menatapnya.

"Terus yang gantiin posisi lo sebagai DOP siapa?"

"Steven."

"Gue rasa ... udah saatnya Lo kasih kesempatan sama wakil lo itu buat unjuk diri."

"Gue kadang kasihan sama dia, kenapa dia enggak pernah lo kasih kesempatan buat nunjukkin potensi yang dia milikin?"

"Karena dia enggak se-pro lo, Bagas!"

Berlian menatap serius Bagas. "Gas, project ini bukan project main-main. Lo enggak bisa se-enak jidat lo tuker posisi gitu aja! Lo sendiri emangnya bisa akting?"

"Satu-satunya anak cowok Excel Class yang bisa akting itu cuman Bryan. Lagian kenapa anak teater cowok pada gak bisa juga, sih?" Berlian semakin kesal.

Bagas tampak menghiraukan kekesalan Berlian. Laki-laki itu hanya mengembuskan napas ringan. "Soal itu gue pasti belajar."

"Lo nyalahin gue tapi lo juga enggak bisa ngasih solusi 'kan?"

Bagas berdiri dari duduknya. "Gue balik duluan."

Setelah itu, Bagas langsung berjalan meninggalkan taman bermain kompleks perumahan Intan yang ternyata sudah disinggahinya selama dua jam.

Setelah itu, Bagas langsung berjalan meninggalkan taman bermain kompleks perumahan Intan yang ternyata sudah disinggahinya selama dua jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu, 8 Januari 2023
815 Kata

Thanks for reading!
See you next week!🫶🏻✨

[SCC: 2] RADEN BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang