Twenty One [Revisi]

4.8K 167 0
                                        

021.

《》

Erlang menangis di gelapnya kamar dengan bunyi burung yang dipelihara bundanya semakin menambah kesedihannya malam ini. Memikirkan kejadian tadi saja membuatnya sakit hati di mana Ivy memaki-maki dirinya.

Ting!

Erlang menoleh pada ponselnya yang layarnya menyala menampakan sebuah nama 'Kera Sakti'. Lantas ia mengambilnya dan membaca pesan yang dikirimkan oleh sahabatnya itu. Kalau ada yang bertanya bukannya ponsel cowok tadi sudah dibanting? ia punya tiga ponsel satunya sudah ia banting dan satunya sedang ia pakai dan satunya lagi masih terbungkus rapi di lemarinya.

 Kalau ada yang bertanya bukannya ponsel cowok tadi sudah dibanting? ia punya tiga ponsel satunya sudah ia banting dan satunya sedang ia pakai dan satunya lagi masih terbungkus rapi di lemarinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 

Erlang mengacak rambutnya frustasi, ia bodoh karena tak mencari tau lebih dulu malah menyakiti gadisnya. Pikirannya kembali teringat di mana Ivy menangis dan terkejut ketika ia membanting ponselnya. Ia tak tau bagaimana membujuk Ivy nantinya, walau ia terbiasa membujuk saudara perempuannya namun Ivy jelas berbeda dengan mereka apalagi melihat kemarahan terpampang jelas di wajah gadis itu tadi.

"Awas aja kalo gue dapet orangnya!" tangannya terkepal kuat.

"Haish... pasti Ivy gak mau bicara sama gue lagi! Argggh, Erlang brengs*k!"

Brak

Tampak ibu Selena sudah berdiri sambil menatap tajam anaknya yang sedang termenung sendirian dengan mata sembab.

'Dia yang buat dia juga yang nangis, anak aku bukan sih?' batin ibu Selena.

"Kamu udah buat kasar sama calon mantu bunda kan?!" tanya ibu Selena garang.

Erlang langsung mengangguk sambil air matanya terus mengalir. Tangan sang bunda bergerak menghapus jejak air mata di pipi putranya.

"Erlang bodoh ya, bun?"

"Gak juga sih, rada-rada. Nanti kalo ketemu langsung minta maaf, bunda kan gak ngajarin abang kasar sama cewek," nasehat sang bunda tulus.

"Tadi Ivy bilang gak mau bicara sama abang lagi, huaaaa!" cowok berbadan kekar itu langsung nangis kejer dan memeluk bundanya.

Mengapa anaknya sekarang mudah menangis hanya karena cewek. Padahal dulu menangis saja tidak pernah membuat semua keluarga menjulukinya beruang kutub.

"Udah udah bobo sana, besok sekolah," dengan manja Erlang tidur sambil bergelayut di tangan sang bunda.

《》

Ivy menatap gedung sekolahnya lalu menghela napas pelan dan melangkah pelan menikmati udara sekolah yang ia tinggalkan selama tiga hari ini. Entah apa yang akan ia lakukan nanti jika bertemu dengan Erlang. Ia masih marah titik! walau Erlang terus-terusan mengiriminya pesan dengan nomor baru, nomor kakaknya, nomor bundanya dan nomor ayahnya. Ivy abaikan semuanya.

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang