Kembali

4.2K 155 0
                                    

Tandai typo!

***

Erlang menangis di gelapnya kamar dengan bunyi burung yang dipelihara bundanya semakin menambah kesedihannya malam ini. Memikirkan kejadian tadi saja membuatnya sakit hati di mana Ivy memaki-maki dirinya.

Ting!

Erlang menoleh pada ponselnya yang layarnya menyala menampakan sebuah nama 'Kera Sakti'. Lantas ia mengambilnya dan membaca pesan yang dikirimkan oleh sahabatnya itu. Kalau ada yang bertanya bukannya ponsel cowok tadi sudah dibanting? ia punya tiga ponsel satunya sudah ia banting dan satunya sedang ia pakai dan satunya lagi masih terbungkus rapi di lemarinya.

Kera Sakti:
Lo bodoh, Lang!

Me:
Maksud lo apa?! mau gue tebas masa depan lo?!

Kera Sakti:
Bener kok, makanya cari tau kebenarannya bego!

Me:
Jelas2 tadi itu foto dia sama cowok lain

Kera Sakti:
Editannya bener2 mulus banget sampe gue aja sempet terkecoh. Tapi, kata Sita emang bener kok mereka jalan-jalan dan pas lo sampe di sana ibu negara kelupaan sama belajaannya makanya diambil bentar dan kalian ketemu

Me:
Jadi gue salah?

Kera Sakti:
Pake nanya lagi! jelas salah lah. Tadi tu dia peluk Anne tapi diedit jadi sama cowok lain, njirrr

Me:
Thnk 

Erlang mengacak rambutnya frustasi, ia bodoh karena tak mencari tau lebih dulu malah menyakiti gadisnya. Pikirannya kembali teringat di mana Ivy menangis dan terkejut ketika ia membanting ponselnya. Ia tak tau bagaimana membujuk Ivy nantinya, walau ia terbiasa membujuk saudara perempuannya namun Ivy jelas berbeda dengan mereka apalagi melihat kemarahan terpampang jelas di wajah gadis itu tadi.

"Awas aja kalo gue dapet orangnya!" tangannya terkepal kuat.

"Haish... pasti Ivy gak mau bicara sama gue lagi! Argggh, Erlang brengs*k!"

Brak

Tampak ibu Selena sudah berdiri sambil menatap tajam anaknya yang sedang termenung sendirian dengan mata sembab.

'Dia yang buat dia juga yang nangis, anak aku bukan sih?' batin ibu Selena.

"Kamu udah buat kasar sama calon mantu bunda kan?!" tanya ibu Selena garang.

Erlang langsung mengangguk sambil air matanya terus mengalir. Tangan sang bunda bergerak menghapus jejak air mata di pipi putranya.

"Erlang bodoh ya, bun?"

"Gak juga sih, rada-rada. Nanti kalo ketemu langsung minta maaf, bunda kan gak ngajarin abang kasar sama cewek," nasehat sang bunda tulus.

"Tadi Ivy bilang gak mau bicara sama abang lagi, huaaaa!" cowok berbadan kekar itu langsung nangis kejer dan memeluk bundanya.

Mengapa anaknya sekarang mudah menangis hanya karena cewek. Padahal dulu menangis saja tidak pernah membuat semua keluarga menjulukinya beruang kutub.

"Udah udah bobo sana, besok sekolah," dengan manja Erlang tidur sambil bergelayut di tangan sang bunda.

***

Ivy menatap gedung sekolahnya lalu menghela napas pelan dan melangkah pelan menikmati udara sekolah yang ia tinggalkan selama tiga hari ini. Entah apa yang akan ia lakukan nanti jika bertemu dengan Erlang. Ia masih marah titik! walau Erlang terus-terusan mengiriminya pesan dengan nomor baru, nomor kakaknya, nomor bundanya dan nomor ayahnya. Ivy abaikan semuanya.

Dengan langkah gontai ia masuk ke dalam kelasnya mengabaikan Erlang yang sedari tadi menatap dirinya.

"Gue udah denger ceritanya," bisik Anne.

"Hmm," dehem Ivy singkat lalu memilih menyibukan dirinya dengan tugas yang belum ia selesaikan.

Erlang tau bahwa gadisnya itu menghindarinya lantaran masih marah dengannya. Ia harus mendapatkan maaf dari mulut gadis itu apalagi menyentuhya tanpa izin waktu itu.

"Ivy," panggil Kim Aerum.

Ivy mendonggak dan mendapati Kim Aerum menyodori selembar kertas yang penuh kata-kata.

"Daftar tugas selama kamu gak sekolah, aku udah susun supaya kamu gak bingung," Kim Aerum tersenyum manis.

"Ihhh, makasih banyak Aerum. Tambah love deh, semoga rezekinya tambah banyak," dengan lebaynya Ivy mengambil kertas itu.

"Aamiin," balas Kim Aerum lalu kembali ke tempat duduknya.

Selama jam pelajaran, Ivy asik memerhatikan dan jika gurunya tidak masuk Ivy menyibukan diri agar tak berbicara dengan Erlang. Berkat itu, suasana kelas yang biasanya ceria kini sunyi karena dua sejoli itu yang sedang marahan.

"Mereka yang marahan kita yang kena imbasnya," bisik Luna pada Bella.

"Yeah, pengen libas pala mereka berdua," timpal Bella menatap jengah Ivy dan Erlang diam tak menyapa seperti biasanya.

"Emang berani, Bell?" tanya Luna.

Bella terkekeh lalu menampikan deretan giginya, "Gak, bisa-bisa gue koit duluan."

"Bocil!" cibir Sita.

"Sadar diri!" sarkas Bella.

***

Vote sama comment
Double up

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang