Keesokan paginya, Bevan benar benar mengantarkan kedua orang asing tadi. Kebetulan memang hari ini Bevan harus mengirim hasil kebun tehnya ke Jakarta.
"Semua siap" tanya Bevan
Junghwan dan Haruto mengangguk pelan. Mereka berangkat menggunakan mobil pick up dengan hasil kebun teh di belakang. Posisi duduk mereka, Bevan di kemudi supir, Junghwan di pojok kiri dengan Haruto yang berada di tengah.
"Kalian kenapa jauh banget sih mainnya" tanya Bevan
"Diculik monster" saut Haruto
"Maksudnya papa om" ucap Junghwan yang melihat wajah bingung Bevan saat Haruto mengatakan monster.
Sebelumnya mereka harus mampir dulu ke tempat ladang teh yang lain untuk Bevan angkut ke Jakarta. Tiba di lokasi ke 2, Bevan turun dengan membiarkan Junghwan dan Haruto di dalam mobil.
"Ganteng ka hehe" celetuk Junghwan
"Kaka laporin dobby ya" ancem Haruto
"Eh jangan. Wawan cuma becanda" ucap Junghwan yang takut kalau Haruto beneran lapor Doyoung. Kan bahaya ya, jadian belum seminggu masak putus. Mana belum seminggu dia udah misah perkara diculik .
Kelar dengan urusannya. Mereka langsung berangkat menuju Jakarta. Berhubung jarak antara tempat pengepul teh dengan rumah mereka sangat jauh yaitu kurang dari satu jam. Maka sesuai dengan kesepakatan mereka akan jalan kaki. Haruto ga enak kalau Bevan harus mengantarnya pulang sampai rumah. Bevan juga orang jauh yang harus segera pulang ke Bandung.
"Makasi ya mas atas tumpangannya. Kalau ada apa apa di Jakarta cari saya aja. Makasi sebelumnya" ucap Haruto sebagai ucapan perpisahan pada Bevan.
Mereka beruntung masih ada orang baik di dunia ini. Haruto ga bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika masih di rumah itu. Haruto tau setelah kaburnya mereka akan ada masalah besar. Sementara Haruto berencana untuk tidak tinggal di rumah. Dirinya yakin Hanbin sang ayah akan mencarinya kesana lagi. Jika ia tinggal sama Yoshi, tentu sang ayah akan tau.
"Dirumah dobby aja gimana ka" usul Junghwan sekalian mau modus dikit
"Ga ya. Kaka tau otak nakal kamu. Jangan aneh aneh sebelum waktunya" tegur Haruto
Haruto menghela nafas. Dirinya harus kemana sekarang? Apakah tinggal di rumah Jeongwoo?
Terdengar tidak tau malu namun sepertinya mereka akan aman disana untuk sementara waktu.
Haruto dan Junghwan berjalan menuju rumah Jeongwoo yang jaraknya hampir 2 jam lebih. Sejujurnya kaki Haruto sudah pegal ditambah suhu badannya yang masih hangat. Haruto ga tega buat minta gendong sama Junghwan walaupun Junghwan tidak keberatan.
"Ka wawan gendong aja ya? Muka ka Haru pucet banget ka" ucap Junghwan yang merasa khawatir dengan Haruto.
"Gpp wan lagi dikit sampai kan" ucap Haruto bohong
Bahkan mereka belum ada setengah perjalanan. Masih ada 2 jam untuk menuju rumah Jeongwoo. Junghwan melihat ke arah sekitar berharap ada sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menuju rumah Jeongwoo.
Pandangannya tertuju pada bengkel sepeda bekas? Tapi kalau beli, uang Junghwan hanya ada 100 ribu di kantong celananya. Apakah cukup?
"Pak saya kalau beli yang bekas berapa" tanya Junghwan yang kini sudah ada di sana bersama Haruto
"150 mas gabisa nego"
"Pak saya punya 100 ribu doang, bisa ya? Kita abis kena musibah pak dan kakak saya lagi sakit. Saya bingung mau bawa kaka saya gimana" ujar Junghwan yang melihat wajah Haruto semakin pucat.
"Ya boleh deh kasian. Noh ambil yang pojok warna kuning"
Junghwan tersenyum senang. Setidaknya walaupun hanya sepeda, mereka bisa menuju rumah Jeongwoo dengan cepat. Untungnya sepeda ini memilih tempat untuk boncengan. Jadi akan sangat aman bagi Haruto untuk duduk.
Sebelum melajukan sepedanya, Junghwan mengikat tubuhnya dengan tubuh Haruto menggunakan kain yang ia minta pada bapak penjual sepeda tadi. Junghwan hanya takut jika Haruto pingsan dan berakhir jatuh di jalan.
"Ka haru kalau ga kuat kasi kode wawan oke" ucap Junghwan lalu melajukan sepedanya.
Cuaca yang awalnya cerah dan panas seketika berubah mendung. Perjalanan mereka masih tersisa 1 jam untuk menuju rumah Jeongwoo. Sejujurnya kaki Junghwan udah pegel dan hampir copot. Tapi semua ini ga sebanding sama rasa sakit kakaknya. Junghwan rela mengayuh sepeda sejauh apapun asal bersama sang kakak. Mereka hanya punya satu sama lain untuk bertahan hidup. Junghwan bahkan ogah menganggap ada orang lain yang masuk dalam hidupnya setelah berpuluh puluh tahun menghilang.
20 menit lagi
Kaki Junghwan rasanya ingin patah. Namun sebentar lagi mereka akan sampai dan perjuangan Junghwan dan kakinya akan segera usai.
SAMPAI
Junghwan bernafas lega karena akhirnya mereka tiba dengan keadaan Haruto yang semakin parah. Junghwan menggendong tubuh Haruto lalu mengetuk pintu berharap Jeongwoo ada di rumah.
Tok tok tok
"Sape sih ah orang lagi panik anj..... loh kalian" ucap Jeongwoo panik saat melihat Junghwan dengan Haruto yang ada di gendongannya.
"Wan kemana aja kalian? Kenapa? Haru kenapa? Luka? Sakit? Atau gimana" tanya Jeongwoo yang dilanda rasa panik
"Ka bisa masuk dulu ga? Kaki wawan udah kaya mau copot" keluh Junghwan
Jeongwoo yang panik langsung mengajak mereka masuk. Jeongwoo mengambil alih tubuh mungil Haruto ke kamarnya. Jeongwoo pun membiarkan Junghwan istirahat di kamar tamu untuk sementara waktu.
Badan Haruto gemetar hebat. Jeongwoo yang panik buru buru untuk menghubungi dokter pribadi keluarganya.
"Ru hey denger aku ga? Sayang bangun" bisik Jeongwoo penuh dengan rasa khawatir
"Ja..hat" rintih Haruto yang membuat rasa khawatir Jeongwoo meningkat
Jeongwoo memeluk tubuh gemetar Haruto dengan erat.
"Kiss....kisss me" rintih Haruto yang ngebuat Jeongwoo bingung
Apa katanya? Kiss?
"Kiss... Kiss me" rintih Haruto kembali
"Hah kiss? hah dimana" ucap Jeongwoo yang otaknya ga konek sama sekali.
Sejak kapan Haruto merengek untuk minta di kiss? Haruskah Jeongwoo kabulkan disaat keadaan seperti ini?
Hay maaf segini dulu ya. Aku lagi uas dengan segala projek yang ada. Kemungkinan update bakal super slow hehe 🦋❣️
Jika ada typo maap ya
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETIE MAID
Teen Fictionbagaimana jika seorang Haruto harus menjadi baby sitter anak bungsu keluarga Park? Big baby ganti nama Rawan 🔞🔞 Jeongharu BxB area Start : 18 Desember 2022 Finish :