Issue 3 : Polperro and Emerald Eyes

1.2K 201 3
                                    

Draco melarikan diri pagi-pagi sekali dari rumah, menghindari amukan ayahnya. Sungguh, demi apapun Draco masih ingin hidup, amarah ayahnya adalah sesuatu yang ia hindari. Dan kemarin, ia dengan tak tahu dirinya membangunkan ular tidur hingga membuat pria paruh baya itu menahan amukan di kerongkongan.

Di sisi lain, Draco juga senang karena akhirnya ia memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Persetan dengan acara pembukaan hari ini, ia ingin bersenang-senang di tempat yang jauh dari hiruk-pikuk kota besar.

Tempat persinggahan tujuan Draco adalah Polperro, sebuah desa nelayan yang terletak di South East Cornwall. Lokasinya jauh dari London. Destinasi wisata yang tak pernah sepi pengunjung karena tempat ini menyajikan banyak hal indah untuk di lihat. Ia sampai saat matahari menjelang naik ke permukaan.

Mobil hitam berlogo kuda jingkrak ikutan mejeng di area parkir  Crumplehorn sebelah utara desa. Draco keluar dari mobilnya ia masih mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin— setelan kemeja dan celana hitam, dia belum mandi sejak kemarin– dengan sebuah ransel tersampir di salah satu bahunya, orang-orang biasanya akan berjalan melalui jalan sempit yang berkelok sejauh setengah mil menuju pelabuhan. Polperro juga dapat diakses dengan kereta api dari Stasiun Looe atau juga dapat di tempuh melalui perjalanan laut dengan menggunakan perahu. Akan tetapi, Draco tak ingin membuang tenaganya hanya untuk berjalan sejauh itu. Desa ini menyediakan trem reguler yang membawa pengunjung ke pelabuhan, itu akan menghemat waktu Draco.

Hal pertama yang harus Draco lakukan adalah mencari penginapan, ia ingin segera tidur. Draco tidak kesulitan mencari tempat penginapan di desa ini, banyak dari mereka memiliki mata pencaharian sebagai pemilik homestay selain jadi nelayan tentunya.

Draco meletakkan ransel yang hanya berisi satu stel baju ganti. Lebih baik nanti ia membelinya di toko lokal, daripada berat-berat membawa pakaian di tasnya.

Draco melepas sepatu, kemudian membiarkan tubuhnya jatuh meleleh di atas ranjang empuk. Kelopak matanya mengerjap sekali, rasa kantuk sudah tak dapat di tahannya lagi.

"Selamat istirahat diriku, kau sudah bekerja dengan baik." Gumam Draco hingga akhirnya ia benar-benar terbuai dalam tidurnya.

⌛⌛⌛

Draco terbangun saat perutnya bergemuruh keras, ia duduk di tepi tempat tidur. Menggaruk kepala sembari menguap lebar, matanya masih terasa sangat berat. Ia terbengong sejenak, visinya tidak menangkap sedikitpun cahaya di ruangan ini, kamar inapnya gelap, lupa menyalakan lampu saat datang tadi pagi. Draco melakukan peregangan kecil sebelum menyeret kedua kakinya menuju kamar mandi.

Di depan cermin Draco melihat pantulan dirinya dengan mata bengkak, apa ia terlalu kenyang tidur atau malah ia masih kekurangan tidur? Lingkar hitam di bawah matanya jauh lebih mengerikan dari sebelumnya, "merusak penampilan saja." Dumel Draco, satu tangannya membuka bungkus sikat gigi baru.

Usai melakukan ritual mandi, Draco tampak lebih segar. Matanya sudah tidak terlalu bengkak, sementara kantung matanya masih terlihat mengerikan. Jarum jam menunjukkan pukul sembilan malam, Draco takjub dirinya bisa tidur selama 16 jam lamanya. "Aku tidur atau simulasi mati?!" Kagetnya, apa sebegitu lelahnya ia sampai tidur selama itu. Draco geleng-geleng kepala, ini adalah rekor  terbarunya selama dua puluh tujuh tahun ia hidup. Menakjubkan.

Draco menyisir rambut white blonde-nya usai menyapukan pomade, kemudian mengancingkan kemeja hitam yang ia kenakan. Selera fashion Draco sangat buruk dalam pemilihan warna, ia hanya mengaplikasikan warna hitam, abu-abu, atau putih, bila ada warna lain maka itu hanya warna hijau yang akan ia pakai. Hal itu membuat kulitnya yang sudah pucat semakin terlihat pucat. Hampir semua baju di rumahnya berwarna serupa, bahkan teman-temannya terkadang mengolok bahwa Draco tidak pernah ganti baju.

Mille Fleur | DrarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang