Draco tersenyum senang, terhitung satu bulan sejak ia bertemu Harry dan pria itu berjanji akan pulang dalam waktu dua bulan. Itu berarti, Draco harus bersabar untuk satu bulan yang akan datang dan Harry akan pulang dan hidup bersama dengannya dan Scorpius.
"Aku tak sabar untuk menunggu satu bulan lagi," ungkap Draco sore itu di ruang temu perusahaan, Theo tersenyum melihat wajah bossnya yang semakin cerah dari hari ke hari.
"Teruslah berhitung, Mr. Draco... Penantian mu akan terasa lebih lama kalau kau melakukan itu." Canda Theo sembari membereskan kertas-kertas hasil meeting hari ini, mengelompokkannya ke dalam satu map.
"Aku akan terus berhitung sampai istriku pulang!" Seru Draco.
"Segeralah pulang, Boss... Ini sudah pukul lima lebih atau anakmu akan mencari kenapa ayahnya tak kunjung pulang." Pansy muncul dari balik pintu, membawakan tas kerja Draco di tangan.
"Oww... So sweet sekali sekretaris ku ini." Goda Draco membuat Pansy merotasikan bola matanya.
"Cepat pulang sana!" Usir Pansy.
Draco bergegas pulang, ia tak mau membuat putranya menunggu lebih lama lagi. Sesampainya di rumah, setelah memarkir mobil Draco mengerutkan keningnya, biasanya Scorpius dan ibunya akan menunggu dirinya di depan rumah. Sayangnya, hari ini Draco tidak melihat keberadaan mereka. Dan lagi, tumben sekali mobil yang biasa ayahnya gunakan sudah terparkir rapi bersama sebuah mobil berwarna biru mencolok di sampingnya. Apa mereka kedatangan tamu?
Memasuki rumah, kelabu Draco mendapati Regulus dan Severus di rumahnya. Ah, mengenai Severus... Seharusnya itu bukan hal asing. Ayah baptisnya terkadang menginap di sini untuk urusan pekerjaan bersama Sang ayah, akan tetapi... Regulus? Dia memang sepupu ibunya, apa yang di lakukan manusia yang selalu sibuk itu di rumahnya? Draco tak menemukan kehadiran ibu dan Scorpius di ruang tamu.
"Akhirnya kau pulang." Kata Lucius.
"Duduklah." Perintah Severus, si pria beranak satu itu tak mau ambil pusing kemudian ia duduk di samping Severus.
"Ada apa?" Draco menatap bergantian tiga pria dewasa di ruangan itu, mereka hanya diam saling melempar tatapan sampai Regulus berdeham memecah hening.
"Aku mendapat kabar dari Sirius mengenai Harry Potter."
Satu kalimat itu mampu membuat jantung Draco serasa jatuh ke dalam lambung, perasaannya menjadi tak enak. "Apa dia baik-baik saja?"
"Aku tidak tahu apakah dia baik-baik saja atau tidak, dari apa yang Sirius katakan. Sudah setengah bulan ini orang-orang World Military Intelligence kehilangan kontak dengan Harry Potter,"
"Apa dia masih bertugas di Irak?"
"Ya, dia masih. Hanya saja, saat dia menjalani misi terakhirnya... Aku tidak tahu misi apa yang Harry jalani. Tapi, agaknya itu sangat berbahaya sampai-sampai mereka kehilangan kontak dengan Harry. Sirius memintaku untuk memberitahu mu tentang ini, kau tau... Kau calon pasangan hidup putra baptis kakakku."
Draco diam, ia tak tahu harus bereaksi bagaimana. Ia takut, jelas ia takut. Keselamatan Harry di pertanyakan. Draco memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri. "Ku dengar, Harry memang sering menghilang-hilang bukan?"
Regulus mengangguk, Draco mengulas senyum tipis. "Terima kasih atas informasinya, Mr. Black. Aku yakin suatu hari nanti dia akan muncul dengan sendirinya."
Draco optimis, ia tak mau berpikiran negatif perihal keadaan Harry. Draco meyakini, Harry akan baik-baik saja. Dia pria tangguh, manusia nekat yang telah membelah perutnya sendiri di Medan perang. Draco yakin, cintanya baik-baik saja di suatu tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mille Fleur | Drarry
FanfictionKaburnya Draco dari tanggung jawab perusahaan, secara tak sengaja mempertemukannya dengan cinta yang telah lama hilang dan ia cari. Besar harapan Draco dari pertemuan tak di sengaja itu untuk bisa terus bersama dengan si pemilik hati, hanya sayangn...