Berita buruk yang sampai pada keluarga Malfoy seminggu lalu bagaikan badai yang berhasil memporak-porandakan hati Lucius, Narcissa, dan Draco. Harapan yang mereka pegang, tak menunjukkan sisa apapun. Lucius dan Narcissa selalu merasa sangsi bahwa, berita itu hanyalah sebuah kebohongan belaka sebelum di yakinkan oleh dog tags yang kini selalu melingkar di leher Draco dan menjadi ciri khas putra tunggal mereka.
Baik Lucius dan Narcissa tidak meninggalkan rumah dalam seminggu ini, berusaha menjadi tegar meski kehilangan. Kehidupan harus tetap berlanjut apapun yang terjadi, dan lagi— jika mereka terus bersedih Scorpius akan terus bertanya apa yang terjadi. Narcissa tidak sanggup untuk memberitahu bocah ini bahwa ibunya telah tiada. Lagi pula, Scorpius belum cukup mengerti mengenai apa itu perihal kehilangan.
Omong-omong soal kehilangan, Draco mengurung dirinya di kamar sejak sebulan terakhir. Menolak untuk bertemu Scorpius sementara waktu, karena sepasang kristal milik Sang putra selalu mengingatkannya pada Harry, ia tak ingin kembali menjatuhkan air matanya di depan Scorpius.
How the hell did I end up losing you?
How could you leave us all behind?
Pertanyaan itu terus terputar berulang laksana pita kaset rusak, membuat Draco terjaga sepanjang malam. Insomnia tak pernah tercatat dalam rekam medisnya, hanya sebuah duka yang membuat rebah perasaannya hingga kesulitan memeluk alam mimpi.
Setiap akan berangkat tidur, Narcissa selalu masuk ke dalam kamar putranya. Menceritakan apa-apa saja yang telah Scorpius lakukan di hari itu, dan malam ini Narcissa kembali menemui Draco.
Pria itu hanya duduk di sofa berlengan, mengelus bandul kalung rantai bulat yang menggantung di lehernya. Draco membersihkan kalung itu dari noda tanah dan darah, meski sebagian bercak darah tak bisa di hilangkan. Seolah-olah noda itu telah lama ada di sana, "Draco, hari ini Scorpius mendapatkan kiriman dari Ron Weasley. Sebuah buku cerita dan burung hantu berwarna putih." Narcissa meletakkan nampan makan malam di atas meja, ia mengusap punggung tangan Draco pelan. Meminta perhatian dari pria yang terlarut dalam lamunan panjang, kelopak mata yang membingkai intan abu-abu dingin mengerjap sekali. Sentuhan hangat ibunya berhasil menarik Draco dari angan-angan pahit yang tak kunjung usai.
"Mom, bilang apa tadi?"
Senyum di wajah ayu Narcissa tergelincir sendu, "Scorpius mendapat kiriman buku cerita dan burung hantu dari Mr. Weasley Pamannya.
"Benarkah?"
"Anak itu tampak sangat senang dengan burung hantu warna putihnya, dia juga bilang akan menunggu mu untuk di bacakan buku cerita yang baru."
"Kenapa bukan Mom atau Dad saja yang membacakan ceritanya?" Alis Draco terangkat sebelah.
"Dia hanya ingin di bacakan buku cerita oleh mu, Drake. Susun kembali hati mu, jangan biarkan terus porak poranda. Scorpius masih membutuhkan ayahnya." Narcissa menepuk bahu Draco sebelum kaki jenjangnya melangkah pergi meninggalkan Draco.
Terlalu hanyut dalam kedukaan membuat Draco melupakan tanggungjawabnya sebagai seorang ayah yang harus merawat Scorpius, tak boleh begini terus. Kehidupannya harus kembali berjalan seperti sebelumnya, ia harus kuat untuk dirinya sendiri dan putra kecilnya. Draco segera menyantap makan malam yang sudah di bawakan ibunya, setelah ini ia akan menemui Scorpius di ruang keluarga. Jarum jam menunjuk pukul delapan, itu artinya bocah Si bocah pirang kesayangannya belum tidur.
Selesai makan, Draco beranjak pergi ke kamar mandi. Membersihkan diri, dan tak lupa untuk bercukur. Ia tampak suram dengan cambang yang tumbuh liar di wajahnya, di rasa penampilannya tak lagi menyedihkan, Draco melangkah panjang-panjang keluar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mille Fleur | Drarry
FanfictionKaburnya Draco dari tanggung jawab perusahaan, secara tak sengaja mempertemukannya dengan cinta yang telah lama hilang dan ia cari. Besar harapan Draco dari pertemuan tak di sengaja itu untuk bisa terus bersama dengan si pemilik hati, hanya sayangn...